💞 Tiga Belas 💞

17 16 0
                                        

"Takdir yang akan kembali padamu, meski kau berlari menjauhinya,"

*
*
*

T

api dia malah menemukan Hyuga dengan wajah pucat sambil terengah-engah dengan anak rambut yang berantakan.

"Lo kenap—"

"Itu Rara, kan?! Ngapain Rara digendong Rey ke UKS?" potong Hyuga tanpa basa-basi. Dia menatap Kirana dan Silvi dengan wajah khawatir. Dia terkejut melihat Rey yang menggendong seorang cewek sebelum hilang di balik lorong itu. Sudah pasti itu Rara.

"Rara pingsan setelah melihat darah—"

"APA?! Rara kan phobia darah! Kok bisa?!" Daniel tiba-tiba muncul mengejutkan mereka. Kirana mendecak kesal melihat dua cowok itu.

"Kalian bisa tenang, gak?! Enak aja lo potong-potong penjelasan gue!" sungut Kirana kesal. Dua cowok itu tampak bersalah namun hanya sesaat. Mereka kembali mendesak bertanya lagi.

"Rara gapapa?" tanya Hyuga dan Daniel bersamaan. Mereka saling tatap satu sama lain. Namun dengan ekspresi apa-lo-ikut-ikut.

Silvi segera menarik mereka menjauh karena anak-anak yang lain tampak kepo melihat mereka.

"Kita ke UKS aja, di sini banyak orang," bisik Silvi. Kirana mengangguk. Lalu saat mereka hendak melangkah kembali menuju UKS, dua makhluk itu seperti orang gila berlari sekencang-kencangnya meninggalkan mereka yang hanya tercengang di tempat.

"DASAR! DUA MAKHLUK—" Silvi segera menyumpal mulut Kirana dengan tangannya. Dua orang kakak kelas 12 sedang melintas di depan mereka. Silvi tersenyum sopan dan menyapa seniornya itu dengan ramah.

Kirana hendak protes namun dia terdiam saat melihat dua seniornya itu. Dia ikut tersenyum dan menyapa dengan ramah.

"Gue hampir mengumpat tadi, Vi," ucap Kirana dengan muka shock.

Silvi tertawa. "Traktir gue bakso," ucapnya.

Kirana tertawa. "Siiipp!"

Lalu mereka segera menyusul ke UKS.

***

Saat tiba di UKS, mereka tersentak melihat pemandangan tak biasa ini.

"Ini perasaan gue aja, atau tiba-tiba jadi dingin gini, ya?" bisik Kirana. "Gue juga merinding," balas Silvi saat merasakan hawa tak biasa ini.

Mereka menatap heran pada tiga cowok yang saling tatap itu.

Tiba-tiba seorang gadis dengan jas putih muncul dari belakang mereka. "Kalian bisa nyuruh tiga kulkas itu keluar dari sini, gak?" bisik Ayu, cewek dari Ipa 3 yang merupakan ketua PMR yang kebetulan sedang siff siang ini.

Kirana dan Silvi sempat shock selama sesaat. Silvi menahan senyum karena Ayu mengatakan tiga cowok itu dengan sebutan kulkas. "Bener kan? Kalian juga ngerasain hawa dingin, kan? Gue merinding dari tadi," jelas Ayu seolah bisa membaca pikiran dua temannya itu.

Mereka menahan tawa. Lalu Kirana segera mendekat ke sisi ranjang dimana Rey sedang duduk di sana sambil menggenggam tangan Rara, sedangkan Hyuga dan Daniel menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kalian keluar sana. Biar gue sama Silvi yang jagain Rara," ucap Kirana blak-blakan. Membuat tiga cowok itu sontak menatap tajam ke arahnya.

"Gue di sini. Mereka aja yang keluar," ucap Rey dingin sambil tetap menggenggam tangan Rara.

Hyuga dan Daniel sontak mencebikkan bibir melihat sikap egois rival mereka itu.

"Enak aja!" sungut Daniel.

"Rara gak bakal ngusir gue. Gue jamin," ucap Hyuga dengan pede tingkat tinggi seperti biasa.

Ayu menghela napas panjang melihat persiteruan yang tak kunjung selesai itu. Dia memijat pelan pelipisnya.

"Kalian bikin ruang UKS yang kecil ini jadi makin sesak, tau gak?!" sungut Kirana kesal.

Tapi ketiga cowok itu bersikukuh tidak peduli. Membuat Kirana mengerang frustasi.

"Aish! Ini UKS apa kamar mayat?" ucap seseorang tiba-tiba. Saat mereka menoleh mereka terkejut dengan kehadiran seorang gadis berambut panjang yang dikuncir satu tiba-tiba muncul di ambang pintu. 

Wajah Kirana dan Silvi bahkan Ayu tampak shock melihat kehadiran seseorang yang sama sekali tak mereka kira bakal mereka temui di sini, saat ini juga.

Ketiga cowok itu menoleh untuk melihat siapa makhluk tak diundang yang tiba-tiba datang dan berani-beraninya mengatai ruang UKS yang suci ini sebagai kamar mayat.

Mereka bertiga jelas tersinggung karena Rara jelas-jelas sedang terbaring di ranjang dalam kondisi yang lemah, namun bisa-bisanya kamar ini disebut kamar terkutuk itu?

Gadis itu benar-benar tidak waras.

Ketiga cowok itu hampir mengumpat namun mereka juga tampak terkejut melihat gadis yang tengah berdiri di ambang pintu itu.

Wajah putih bersih yang menegaskan kecantikannya jelas berasal dari gen asing dan sepertinya itu perpaduan wajah Asia dan Eropa. Hidung mancung dan bibir merah muda yang tipis membuat daya tarik tersendiri dari gadis itu.

Dia melangkah dengan anggun, dagunya terangkat menunjukkan kepercayaan dirinya yang besar. Tatapannya tajam mengintimidasi siapapun yang menatapnya. Tubuhnya tinggi dan ramping. Dia jelas memiliki tubuh ideal bagi setiap wanita.

Langkahnya terhenti tepat di depan Hyuga. Gadis itu tampak sangat terkejut selama beberapa saat. Dia berkedip berkali-kali demi memastikan bahwa pandangannya sama sekali tidak salah.

Cowok tampan keturunan Jepang itu terpekur selama beberapa saat. Dia menatap gadis di depannya itu dengan pandangan yang tak biasa. Kirana sempat terkejut melihat raut ekspresi Hyuga. Mereka jelas saling mengenal. Atau mungkin mereka pernah saling mengenal.

Pupil gadis itu bergetar. Dia terlalu shock saat ini. Kenangan yang selama ini berusaha dilupakannya mati-matian kembali muncul ke permukaan tanpa ampun. Kilatan kepingan memori yang telah hancur itu kembali menyatu bertubi-tubi.

Oksigen di dunia seakan menguap begitu saja. Mencekiknya dengan kejamnya. Berkali-kali dia merutuk dalam hati untuk tidak lemah, untuk tidak menangis, namun tubuhnya mengkhianatinya tanpa perasaan.

Hyuga terperanjat saat melihat gadis di depannya itu menangis.

***

QUEEN - MY LOVE(R) 💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang