"Dia yang selalu bisa memahamimu"
*
*
*“RARA! Gue kangen lo!” sapa Kirana dengan riang. Gadis cantik berambut panjang itu menatapnya dengan mata yang bersinar. Salsa yang sedang duduk di sampingnya terlonjak kaget.
“Woy lah! Kaget gue! Lo gak ngasih aba-aba apa kek sebelum teriak di kuping gue?” protesnya sambil bersungut-sungut. Dia kembali sibuk mengerjakan pr fisika. Lebih tepatnya menyalin pr Kirana dengan tampang serius.
Rara tertawa melihatnya.
Seperti ada tulisan jangan-ganggu-gue-atau-gue-makan-lo di wajahnya. Alisnya bertaut karena terlalu fokus menyalin pr. Gadis cantik berambut pendek sebahu itu terlihat tomboy. Semua orang bisa membaca tulisan itu di wajahnya.
Seperti apa-lo-liat-liat?-ngajak-ribut-lo?
Rara mendekat sambil tertawa. “Kiranti! Gue juga kangen!” serunya dan mereka berdua pun saling peluk seperti baru bertemu setelah sekian abad.
Rey menggeleng geli meski sudah melihat pemandangan yang tergolong 'biasa dan lazim' itu selama 5 tahun.
Rara sekelas dengan Kirana sejak SMP. Juga dengan Salsa. Tapi Salsa sedikit tomboy. Dia tidak sudi melakukan adegan peluk teletubbies seperti itu. Image coolnya akan jatuh katanya.
Sedangkan Nayla sedang duduk sambil mengerjakan soal matematika. Seperti biasa, Nayla adalah anak rajin dan taat peraturan. Dia cukup pendiam dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca. Nayla berbeda jauh dari kepribadian Rara yang Ekstrovert.
Rambut panjang sepunggung, kulit putih yang sedikit pucat, dan juga mata bulatnya membuat daya tarik tersendiri dari sosok Nayla. Salah satu hal yang Rara sukai dari Nayla adalah, dia pendengar yang baik.
“Kalian kalau ketemu kayak teletubbies tau gak? Heboh banget kayak baru ketemu setelah sekian abad,” decak Salsa.
Dia menarik napas panjang sambil merenggangkan otot-otot tangannya. “Capek gue,” keluhnya. Akhirnya dia selesai menyalin semuanya tanpa terkecuali.
Rara dan Kirana tertawa melihat kebiasaan Salsa yang tak pernah berubah. Sahabat mereka itu selalu santuy di segala situasi.
“Lo gak jadi nyalin pr gue kemarin, Sa? Padahal udah gue kirim pagi-pagi,” tanya Rara bingung setelah ia duduk di bangku sebelah Rey. Rey dan Rara duduk bersebelahan. Meskipun nomor undian sudah diacak, namun sepertinya mereka memang ditakdirkan bersama.
Salsa nyengir tanpa dosa. “Gue malas beb. Rencananya gue kerjain kemarin malam. Tapi lupa. Gue bakal berdiri di depan kelas sampai istirahat kalau Kiranti gak nanyain pr gue,” jelasnya dengan nada yang didramatiskan.
“Thanks banget beb. Lo emang sohib terbaik!” Salsa menepuk punggung Kirana dengan bangga.
“Udah berapa kali gue nyelamatin nyawa lo? Traktir gue bakso,” sungut Kirana memasukkan kembali buku pr nya ke dalam tas.
“Beres!" ucap Salsa sambil mengacungkan jempol favoritnya. "Tapi tadi gue gak sempet sarapan. Ke kantin yuk! Laper. Entar gue gak bisa fokus belajar,” ringisnya sambil memegang perutnya yang sudah keroncongan.
“Nay, lo belum sarapan kan? Yuk ke kantin bentar makan goreng. Kiranti yang traktir,” kata Salsa sambil nyengir. Dan segera mendapatkan tatapan datar Kirana. "Bukannya lo yang utang nyawa ke gue?"
Salsa nyengir sambil mencubit pipi Kirana. "Unch... Kan nanti gue traktir bakso, beb. Sekarang mah beda. Lagian, traktiran temen tuh lebih berfaedah. Lebih lama kenyangnya cacing di perut gue darimana gue beli sendiri. Lebih maknyus gitu loh, katanya," ujar Salsa yang dibalas Kirana dengan cibiran di wajahnya.
"Pinter juga cacing lo," ucapnya sambil menyundul perut Salsa dengan jari telunjuknya. Rara tertawa melihat tingkah lucu kedua sahabatnya itu. Lalu saat Nayla hendak membereskan buku-bukunya, Rara tersadar akan sesuatu.
“Eh, gue lupa!” seru Rara tiba-tiba. Semua memandang Rara bingung. Terutama Nayla yang hampir menjatuhkan buku-bukunya karena kaget.
Rara segera mengeluarkan sebungkus roti panggang buatan mama meskipun tidak sehangat tadi pagi ke Nayla.
“Ini Nay, dari mama. Sorry, gak terlalu hangat lagi,” decit Rara sambil menyerahkan roti panggang buatan mama tadi pagi.
Nayla tersenyum menerimanya. “Thanks, Ra. Gapapa kok. Buatan mama lo selalu enak,” ucapnya.
Rara tersenyum senang. Sedangkan Salsa pura-pura cemberut. “Untuk gue gak ada, Ra?” keluhnya.
Kirana menepuk bahu Salsa. “Lo yang terbiasa sarapan tiap pagi, napa kesiangan?” ketus Kirana dan dibalas Salsa hanya dengan cengiran tak berdosanya.
Mereka tertawa. Salsa menarik lengan kirana. “Ayok, beb! Cacing di perut gue gak bisa nunggu lebih lama lagi,” desisnya.
“Daahh Nay! Daahhh Ra!” jerit Salsa sebelum meninggalkan kelas.
Rara sempat melambaikan tangannya lalu dia melihat Nayla yang kembali fokus melihat rumus sambil memakan roti panggang.
Rara hendak berbicara dengan Nayla, tapi dia mengurungkannya. Melihat betapa konsentrasinya Nayla dengan buku soal-soal matematika.
Rara mengedarkan pandangan ke seisi kelas. Kebanyakan temannya yang lain sedang nongkrong di koridor atau mungkin di kantin. Hanya ada beberapa siswa di kelas. Ada yang belajar juga ada yang sedang asyik mengobrol.
Rara menghembuskan napas pelan saat kembali duduk di kursinya. Dia tidak boleh mengganggu teman yang sedang belajar. Meskipun Rara tahu Nayla tak akan keberatan diganggu, Rara tahu betapa seriusnya Nayla dalam hal pelajaran. Dan dia tidak ingin menjadi sahabat yang tidak pengertian.
Nayla bisa bersekolah di sini karena beasiswa yang didapatkannya. Nayla berasal dari keluarga yang kurang mampu, karena itulah Rara tahu dengan jelas betapa gigihnya Nayla dalam belajar.
Tapi sekarang dia jadi bosan.
Rara melihat Rey yang sedang bermain game dengan ponselnya. Dia menempelkan kepalanya di meja dan menatap Rey selama sesaat sebelum akhirnya mendesah pelan lagi.
Rey menyeringai tipis menyadari kebosanan Rara di waktu kosong ini.
“Mau latihan bentar?” tawar Rey sambil mematikan ponselnya dan menatap Rara.
Rara tersenyum menatap Rey dengan mata yang bersinar. “Ayok!” sambutnya mengangguk senang.
Rey tersenyum melihat antusias Rara dan segera berjalan ke belakang mengambil sebuah gitar yang tersandar di samping loker. Beberapa orang yang sedang mengobrol menghentikan obrolan mereka dan berseru riang saat menyadari Rey dan Rara akan latihan sekarang juga.
Bahkan salah satu dari mereka rela keluar memanggil teman yang lain yang sedang berdiri di sepanjang koridor.
“Dua artis kita bakalan manggung dadakan woy!” teriak Aya, si sekretaris kelas paling supel memecah keheningan kelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN - MY LOVE(R) 💞
JugendliteraturThis story is MINE. Don't copy anything! © Hak Cipta Dilindungi Undang-undang QUEEN - MY LOVE(R) Rara adalah gadis periang yang disukai banyak orang. Dia cantik, pintar, dan populer sebagai vokalis di band Starlight yang terkenal se-intra SMA Permat...