Agak lompat dari part sebelumnya ya, soalnya author kangen banget pengen dorr..dorr.. an di part ini 😚.
Selamat membaca :)
*
*
"Kau yakin?" Tanya Jack pada Aslan yang satu jam lalu tiba - tiba pria itu merencanakan penyelundupan obat-obatan terlarang ke kota lain.
"Kita sudah tidak punya banyak waktu" Tekad Aslan sudah bulat.
"Kau butuh uang lagi? Untuk Dara?" Ucap Jack dengan tatapan menyelidik.
"......" Aslan tak menjawab.
"Aku yakin kau masih punya sesuatu disana, kenapa tidak kau gunakan saja itu!" Rian menimpali sembari menunjuk sebuah brankas besar disana.
"Tidak, itu untuk dana darurat kita. Kita habiskan dulu yang ada. Lagi pula, menyimpan narkoba terlalu lama akan beresiko!" Ucap Jack. Sementara Aslan mengangguk setuju.
Tanpa mereka ketahui, rencana mereka telah bocor ke pihak kepolisian. Entah pihak kepolisian itu mendapat informasi itu dari siapa, yang jelas pasti salah satu anak buah Aslan telah berkhianat.
Richard adalah kapten yang ditunjuk untuk memimpin penyergapan penyelundupan yang Aslan lakukan. Tengah malam di pergantian hari, sebuah kapal merapat di dermaga. Kapal itu dijaga ketat oleh beberapa orang.
"Tidak salah lagi itu pasti kapal milik Singa putih" kata seseorang dengan berbisik kepada Pimpinannya, Richard.
Richard bersembunyi di balik peti-peti yang berada di sekitar dermaga bersama pasukannya.
Kelompok mafia singa putih yang dipimpin Aslan sudah bersiap disana. Richard kemudian mengangkat tangan kanannya dan menggerakan jari telunjuknya. Melihat kode itu, para penembak jitu bersiap di posisinya.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dari belakang persembunyian para polisi. Seorang polisi jatuh terhempas ke tanah. Richard tersentak melihat salah seorang pasukannya jatuh. Dengan cekatan dia berteriak dengan lantang
"Kita ketahuan, keluar dari persembunyian dan tembak semua para mafia!"
Baku hantam tembakan terjadi. Pertempuran malam itu tidak dapat dielakkan. Bahkan Rian, ia berlari menuju sebuah peti besar. Yang mana peti tersebut berisi sebuah senjata. Ketika ingin menembak ke arah para polisi, sialnya para penembak jitu tidak lengah. Salah satu penembak jitu menembak lengan Rian.
"Argghhh" Rian meringis kesakitan
"Shitt, kau tidak apa - apa?" Aslan menghampiri Rian dengan mimik khawatir jelas tersirat di wajahnya.
Rian hanya meganggu lemah sembari menekan lengan kiri nya yang terus mengeluarkan darah. Aslan menarik tubuh Rian kaluar dari sana.
Aslan dan beberapa anak buahnya memasuki kapalnya lewat pintu belakang, sementara beberapa anak buahnya yang lain, sudah menjadi bahan amukan para polisi.
"Sial! Kenapa bisa ada polisi?" Aslan menggerutu kesal.
Suara keras pintu didobrak. Seorang pria masuk menerobos pintu. Aslan terlonjak, begitupun lima orang anak buahnya. Pria itu mengangkat pistol yang ia genggam dengan dua tangan, dan tanpa bicara para polisi itu menyerang mereka.
Letusan pistol terdengar nyaring di telinga, diikuti dengan jatuhnya salah satu anak buah Aslan di seberang meja. Tubuhnya terpental ke belakang, jatuh di atas meja, seolah didorong oleh angin.
Letusan kedua menyusul, terdengar jeritan tertahan salah seorang polisi di sebelah kiri jauh dekat pintu ruangan. Tubuhnya terduduk di lantai dengan noda darah yang menyelimutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE GOES ON || Taehyung X Jeongyeon
AcciónKisah seorang mafia yang tengah mencari kebenaran dibalik kematian ayahnya