Jenguk Kale

32 7 5
                                    

Sore ini setelah pulang sekolah, Anggara kembali ke rumahnya setelah mengantarkan Moura pulang. Dan akan segera kembali untuk menjemput Moura.

Saat ini Moura sedang bermain bersama dua anak kembar tetangganya yang bernama Brendan dan Brency dan juga anak anjingnya yaitu Moa.

Breland yang saat itu ingin melintasi rumah Moura seketika berhenti ketika mendengar tawa gadis itu bersama anak anak dan juga gonggongan anak anjing.

Breland berusaha tidak peduli dan melanjutkan jalannya. Saat itu Moura menyadari jika Breland melintas di depan rumahnya. Ia hendak menyapa namun lelaki itu mempercepat jalannya seolah tak ingin bertegur sapa dengan Moura.

Moura tentu tampak sedih, namun setelahnya dua anak kecil itu tertawa saat bermain dengan Moa dan tawa mereka membuat Moura kembali tersenyum.

...

"Sejak kapan Moura pelihara anjing?" Gumam Breland di perjalanannya.

...

"Kak Mouu! Liat deh Moa nya guling guling, lucu bangettt!!" Ujar Brency.

Moura mengalihkan pandangannya ke arah mereka dan ikut tertawa karena tingkah lucu Moa.

Tak lama akhirnya Anggara datang. Ia sempat heran kenapa ada anak kecil di rumah Moura. Moura pun menjelaskan jika itu adalah anak tetangga barunya yang ia ajak bermain bersama Moa.

Anggara hanya menganggukkan kepalanya, ia menyapa kedua anak itu dan kedua anak itupun balik menyapanya dengan ramah.

"Anak anak.. maaf ya, kita udahan dulu mainnya. Kak Moura mau ke rumah temen duluu.." ucap Moura kepada dua anak kecil itu.

Mereka awalnya murung namun dengan cepat mereka menganggukkan kepalanya seolah mulai mengerti.

"Okee deh kak.. nanti kakak pulang jam berapa?" Tanya Brendan.

"Kayaknya malem. Besok kita main lagi ya?"

"Okee kak! Hati hati di jalan ya! Brendan sama Brency pamit dulu." Ucap si sulung lalu menyalim tangan Moura dan Anggara secara bergantian.

"Dadahh kak Mou!!!" Pamit mereka berdua melambaikan tangannya lalu dibalas dengan lambaian tangan juga oleh Moura.

"Ahahaha udah cocok lo jadi emak." Ucap Anggara.

"Gue emang suka anak kecil tapi gue belum mau jadi emak. Susah broo!"

Moura sibuk memasang tali pada Moa. Disana Anggara terus memperhatikan Moura. Tak dapat dipungkiri karena sering bersama, Anggara mulai menumbuhkan perasaan lain selain sahabat pada Moura.

Hal yang membuat Anggara menumbuhkan perasaannya pada Moura karena ketegaran dan ketabahan gadis itu untuk mengahadapi segala masalah dan kesulitan yang ia alami di hidupnya.

Melihat sosoknya yang begitu kuat menahan segala rasa sakit yang diberikan oleh keluarganya dan sebuah penyakit tak biasa yang ia idap saat ini membuat Anggara semakin yakin jika ia benar benar ingin melindungi gadis di hadapannya ini.

Anggara terus memandangi Moura dengan senyumannya, hingga tak sadar Moura sudah selesai dengan urusannya dan menghampiri Anggara.

"Woi! Senyam senyum sendiri. Ngeri betulll." Ucap Moura mengagetkan Anggara dengan tepukan di bahunya.

Anggara tersentak dan sempat gagu namun untungnya ia bisa dengan cepat merubah ekspresinya menjadi tenang. "Apaan sih? Udah siap kan? Ayo dah langsung biar ga keburu malem." Ucap Anggara lalu pergi ke arah mobilnya.

Moura mengikuti Anggara sambil memasang wajah meledek pada lelaki itu. Moura mengunci pintu gerbangnya dan beralih pada Anggara.

"Tumben deh bawa mobil? Biasanya paling males kalo disuruh bawa mobil."

NO MATTER what they say, we'll keep going on [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang