Kabar Buruk

20 6 0
                                    

Keesokkan sorenya, sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh Thea semalam. Mereka berlima kini sudah berada di rumah keluarga Prawodjo. Ketiga teman yang saat itu menjadi saksi hilangnya Calesthine yang tak lain adalah Dewi, Johan dan Febian sudah menceritakan semua kejadian buruk itu kepada ketiga keluarga angkat Calesthine.

Kabar itu tentu menjadi kabar buruk bagi Bunda, Ayah dan Kakak Calesthine. Sang Bunda sudah terisak di pundak sang suami. Kakaknya kini tengah menahan sedih sekaligus marah.

"KENAPA KALIAN CEROBOH SEKALI, HAH!!??" Bentak Ayah Calesthine.

"Udah, yah.. ini bukan salah mereka.." lirih Sang Bunda berusaha menenangkan suaminya dengan cara mengelus bahu sang suami.

"Bunda bener, yah.. Kale yang keras kepala disini.. ayah jangan salahin mereka.." ucap Cantika.

Sang ayah mengusap wajahnya kasar karena frustasi. Kelima remaja itu hanya menundukkan kepalanya dengan perasaan yang juga ikut sedih.

Tanpa sadar Sutresno juga ikut menitikkan air matanya. Ia segera pergi ke kamarnya, yang lalu tak lama ia keluar dengan jas hitam miliknya. Ia meraih kunci mobil lalu keluar dari rumah.

Tak ada yang mencegah Ayah Calesthine untuk pergi. Karena mereka sangat takut jika Ayah Calesthine sedang dalam kondisi penuh emosi.

"Can.. bunda takut.. hiks.." Isak Candra sambil memeluk putri sulungsnya.

"Kale bakal baik baik aja, Bun.. dia kan anak hebat.." ucap Cantika berusaha menenangkan Sang Bunda.

"Kak, Tante.. kita pamit dulu, ya.. kita harus balik ke villa buat coba cari Kale lagi. Kita udah hubungin polisi juga, jadi polisi udah mulai cari keberadaan Kale sekarang." Ucap Thea.

"Kamu bisa kirim alamat villa nya? Besok kita bakal kesana." Ucap Cantika.

"Bisa kak, nanti aku kirim."

"Oke. Bisa minta nomor aku di Bian atau langsung aja ntar Bian yang kirim alamatnya ke saya."

"Baik kak. Kalo begitu kami pamit dulu.."

"Iya. Hati hati di jalan."

Mereka mengangguk lalu keluar dari rumah Calesthine dan menuju mobil Johan. Mereka kembali ke villa untuk mengecek keadaan teman temannya disana.

...

Last Night..

Disisi lain. Di sebuah mansion yang begitu besar, terlihat mobil hitam memasuki kawasan mention itu.

Lalu mobil itu terparkir di bagasi yang juga cukup luas. Nampak seseorang dengan wajah yang terbalut penuh dengan topeng kucing.

Orang itu keluar dari mobil lalu dengan sigap beberapa pengawal yang ada disana datang lalu membuka pintu bagian belakang dan mengambil alih seorang gadis yang tengah pingsan dengan mulut yang sudah dibekap dan tangan yang sudah diikat. Gadis itu tak lain adalah Calesthine.

"Bawa dia ke kamarnya." Perintah orang bertopeng kucing itu.

Dengan segera para pengawal itu langsung berjalan masuk ke dalam ruangan yang tak lain adalah sebuah kamar dengan nuansa putih dan biru.

Para pengawal itu pun segera merebahkan Calesthine di atas ranjang lalu melepaskan bekapan pada mulutnya dan juga melepaskan ikatan pada tangannya. Setelah selesai melakukan tugasnya, mereka dengan segera pergi dari kamar itu dan menutup pintu tak lupa mereka menguncinya dari luar.

Dua jam berlalu. Kini Calesthine sudah mulai tersadar dari pingsannya. Ia mulai membuka matanya perlahan, dengan pandangan yang masih samar samar ia sudah menyadari jika tempat dimana saat ini ia berada adalah tempat yang sangat asing bagi Calesthine.

NO MATTER what they say, we'll keep going on [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang