Ungkapan

16 5 0
                                    

Sehari berlalu setelah acara kelulusan mereka. Kini sesuai janji kemarin, 5 orang remaja tengah bersiap siap di rumah masing masing untuk pergi menjenguk sahabatnya yang masih belum sadar dari komanya.

Anggara. Lelaki itu sudah siap untuk pergi, namun dirinya masih berkutik di depan layar ponselnya dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.

Saat tengah asik dengan ponselnya, Anggara dikejutkan dengan kehadiran sang sepupu yang membawa bucket berisikan bunga dan coklat. Gadis itu langsung menyerahkan bucket itu kepada Anggara dengan wajah kesalnya.

"Nih!" ucap Kaluna kesal.

Anggara mengambil alih bucket itu sambil tersenyum bangga. "Widihh..! Keren keren, lo baru beberapa bulan disini tapi udah nemu aja toko bucket sekeren ini."

"Karna gue bukan anak rumahan yang no life kayak lo. Udah mana sini upah gue!" ucap Kaluna sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Anggara.

Anggara kembali fokus dengan ponselnya, lalu tak lama ia menunjukkan isi ponselnya kepada Kaluna.

"Udah gue tf 100 ribu."

"Widihhhh!!! Gitu dong! Jadi makin seneng buat bantu bantu lo nanti," ucap Kaluna cengingiran.

"Dasar mata duitan!"

"Realistis aja ga sih, bro? Udah gih sono berangkat, kasian kalo sampe Kak Moura nungguin."

"Iyee..! Gue berangkat, ntar kalo Mama udah balik arisan kasih tahu gue lagi jenguk Kale."

"Okee!"

Di dalam mobil, Anggara masih belum ada pergerakan, laki laki itu terlihat sangat gugup.

"Hah.. kira kira Moura ntar bakal terima gue ga, ya?"

"Kalo dia ga terima.. ah! Belum juga dicoba. Semangat, Gar! Lo harus gentle! Oke, Ra gue otw.."

Anggara mulai menancapkan gas menuju ke rumah Moura. Selama diperjalanan lelaki itu terus saja tersenyum dan meyakinkan dirinya untuk menyatakan perasaan kepada Moura, gadis yang selama ini ia sukai- ah! Ralat! Yang ia cintai.

Sesampainya ia di depan rumah Moura, ia mengecek terlebih dahulu ke arah rumah Breland yang berada tepat di samping rumah Moura.

Ia tidak melihat ada mobil Breland disana, jadi ia rasa ini memang waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya kepada Moura.

Anggara keluar dari dalam mobilnya sambil memegang bucket yang ia sembunyikan di balik punggungnya.

Anggara mengetuk pintu rumah Moura sebanyak tiga kali. Tak lama muncullah sang pemilik rumah dari balik pintu.

"Wih udah nyampe aja lo."

"Ehehe iyaa, mau jalan sekarang atau nanti?"

"Bentar, tanya yang lain dulu di grup ya.."

Moura membuka ponselnya lalu mengetikkan sesuatu di grup untuk menanyakan apakah sahabatnya yang lain sudah berangkat atau belum.

Ternyata jawaban mereka mengatakan jika mereka sudah berangkat. Jadi Moura kembali mengalihkan pandangannya kepada Anggara.

Ah, sial. Sepertinya gadis itu masih belum menyadari jika sedari tadi Anggara menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Yang lain udah berangkat, ayo lah kita berangkat sekarang juga- eh? Lo sembunyiin apa di belakang?"

"O-oh! Ini.." Anggara mulai menunjukkan barang yang ia sembunyikan di belakang punggungnya.

Bucket bunga dengan coklat yang baru saja Kaluna belikan tadi.

NO MATTER what they say, we'll keep going on [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang