Duo Tengil

28 6 0
                                    

"Haduhh.. pusing saya lama lama menghadapi kalian" keluh pak Hartono yang menjabat sebagai guru BK di Shinee High School.

Sudah tak heran lagi jika tau siapa yang sudah membuat beliau pusing.

Tentu saja si duo tengil kebanggaan Shinee High School ini. Tak lain dan tak bukan yaitu Awantara dan Breland.

Mengapa bisa menjadi kebanggaan di sekolah? Karena meskipun menjadi langganan guru BK, mereka ini telah berhasil meraih prestasi untuk sekolah. Breland sudah berhasil memenangkan pertandingan basket sebanyak 13 kali selama 3 tahun ini dan ia juga adalah pemain favorit pak Herman, guru olahraga sekaligus pembina ekstra basket di sekolah. Sedangkan Awantara sendiri telah memenangkan juara 2 lomba debat tingkat nasional. Dan tentu saja hal itu sangat dibanggakan oleh sekolah.

Ya.. meski sangat disayangkan jika kelakuan mereka berdua itu selalu membuat semua orang pusing. Seperti pak Hartono saat ini.

"Hehe.. maaf pak.." ucap Brenland sambil cengengesan.

"Haha hehe haha hehe. Memang dengan kalian cengengesan haha hehe haha hehe begitu bisa balikin jendela di ruang F yang udah pecah balik normal lagi?" -pak Hartono.

"Ya.. engga sih pak" jawab Awantara.

"Nahh.. itu tau, jadi sekarang gimana solusinya biar itu jendela balik normal lagi?"

"Ya dibenerin lah pak, masa iya dikasih cintanya saya" canda Breland

"Makin pecah yang ada"

"Karna cintanya saya yang terlalu dalam ya pak?"

"Karena muak"

"Pfftt!" Awantara cekikikan mendengar ucapan pak Hartono.

"Ketawa lo!" Bisik tegas Breland pada Awantara.

"Udah udah, diem! Lagian kalian ngapain coba main basket di koridor. Padahal sudah disediakan lapangan basket yang outdoor ada, yang indoor juga ada malah main di koridor"

"Ga main pak, cuma lempar lemparan kecil aja" cicit Breland.

"Ngejawab kamu!"

"Iya, pak.. maaff.."

"Sekarang bersihkan pecahan kacanya, sebelum bel istirahat sudah harus bersih biar aman buat siswa lain jalan, paham?"

"Paham pak!"

"Ya sudah sana pergi. Justin tolong awasi mereka. Kale tetap disini dulu."

Ya. Memang sedari tadi ada Kale dan Justin (Wakil Ketua Osis) disana.

"Baik pak" ucap mereka dan langsung melakukan hal yang diperintahkan oleh pak Hartono.

"Kale, duduk dulu nak." perintah pak Hartono.

Kale membungkuk sebentar lalu duduk di kursi depan pak Hartono.

Terdengar helaan pak Hartono dan beliau memijat pelipisnya. "Kale.. bapak khawatir sama kamu."

Kale mengerutkan keningnya, tak paham dengan apa yang guru BK nya itu maksud. Mengapa ia harus mengkhawatirkan Kale?

"Khawatir bagaimana pak?"

"Itu loh, temen temen kamu itu. Si Awan sama Si Elan. Mereka bandel bandel banget, selalu bikin ulah di sekolah. Bapak khawatir nanti kamu sama temen temen kamu bertiga itu, si Linzy, Anggara, sama Moura jadi ikutan terpengaruh sama mereka berdua."

Raut wajah Kale tiba tiba berubah saat mendengar ucapan sang guru BK tersebut. Ia tak suka jika orang lain terlalu sok sibuk soal urusan pribadinya.

"Maaf sebelumnya jika saya lancang, pak. Tapi bisa bapak lihat saat ini. Bapak dan semua orang di sekolah pasti sudah tau, berapa lama saya dan teman teman saya itu berteman dengan Awantara dan Breland. Menurut bapak, apa kami berempat ada yang membuat masalah? Saya rasa tidak, hanya mereka saja. Bapak tak perlu khawatir soal kami yang akan terpengaruh oleh kenakalan mereka berdua. Lagipula itu adalah hal yang biasa bagi anak remaja, mereka nakal masih sewajarnya, pak. Kenakalan mereka tidak sampai membuat seseorang sekarat ataupun meninggal dunia. Memang agak mengganggu, tapi pasti bapak tau dan mengerti tentang kenakalan remaja saat ini. Pak, tak semua hal yang terlihat negatif selalu memiliki hasil yang negatif. Bapak bisa lihat dari prestasi mereka, meski nakal mereka bisa membuat nama sekolah ini naik. Mereka juga selalu berteman baik dengan saya dan yang lainnya. Sekali lagi saya minta maaf, dan saya berbicara seperti ini bukan untuk sok mengajari bapak dan membela mereka. Namun memang suatu fakta apa yang saya katakan. Terimakasih." jelas Kale panjang lebar yang sebenarnya ia sudah kesal namun mencoba untuk tidak meluapkan emosinya karena sedang menghadapi orang yang lebih dewasa darinya.

NO MATTER what they say, we'll keep going on [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang