"Poppetje*."
*doll face
Wonbin terbangun dengan kaget.
Kembaran beda enam menitnya, Minji, membangunkannya barbarly. Lupakan tepukan lembut atau semacamnya. Hampir dua puluh dua tahun hidup sebagai kembaran Minji, Wonbin jelas tahu persis kembarannya jauh dari label lemah lembut. Guncangan heboh Minji di bahu Wonbin yang memaksanya kembali dari alam mimpi bisa dihitung sebagai salah satu bukti otentik.
Namun, yang paling mengejutkan Wonbin tentu saja panggilan Poppetje, memiliki efek semacam mantra yang ampuh mengembalikan Wonbin ke dalam kesadaran penuh.
Wonbin belum lupa. Poppetje, itu panggilan sayang Minji untuknya semasa kecil dan hanya mereka berdua yang tahu.
Masih segar dalam ingatan akan sosok Minji di masa kecil. Minji yang memiliki karakter boyish, mencintai renang, atletik, dan sepak bola lebih dari apa pun. Kesan feminin terasa mustahil melekat pada sosok Minji kecil. Ia punya tinggi badan di atas rata-rata anak perempuan seusianya, malah mengalahkan beberapa anak laki-laki termasuk Wonbin sendiri. Semua teman dekatnya tidak ada satu pun yang perempuan. Minji bahkan menyebut dirinya sendiri 'een prins' yang berarti pangeran, sementara dengan seenak jidat ia memanggil kembarannya 'Poppetje' alias doll face.
Minji kecil selalu mengalahkannya dalam mata pelajaran olahraga, kompetisi renang sampai atletik, dan yang paling menyebalkan tentu saja fakta ia diizinkan masuk Sekolah Sepak Bola Ajax, sedangkan Wonbin tidak.
Orang-orang bilang jiwa mereka tertukar. Siapa pun bisa melihat perbedaan yang terlalu mencolok di antara sepasang kembar kedhana-kedhini yang satu ini. Minji lebih mirip anak laki-laki yang sehat dan aktif dengan kulit tan penuh freckles, sedangkan Wonbin garansi kalem, ringkih, jauh lebih cantik dari kembarannya dengan kulit serupa pualam yang cenderung pucat lantaran ia mudah sekali sakit.
Kalau dipikir-pikir, Minji tidak berlebihan memanggilnya Poppetje.
Wonbin sudah lupa kapan terakhir kali Minji memanggilnya Poppetje sebelum hari ini. Seiring pertambahan usia, ia semakin menjaga jarak dengan kembarannya. Minji tumbuh menjadi pribadi sinis dan tukang kritik. Wonbin tidak menyukainya hingga memilih untuk menjauh ketimbang menjadi sasaran lidah tajam sang kembaran.
"Hier, eet dit. Als je in verwachting bent, moet je eten*.
*Ini, makanlah. Saat hamil, kamu harus makan
Wonbin bengong, tidak mempercayai pendengarannya sendiri.
Minji menyuruhnya makan? Apakah hari ini matahari terbit dari utara?
Kembarannya yang biasa sinis secara mengejutkan malah menyuruhnya makan sepiring daging panggang dan kentang di atas nakas, lengkap dengan sup lentil dan tidak ketinggalan lima butir raspberry.
Ini baru kejutan!
"Makan. Yu Seulgi masak nasi liwet, tapi berhubung selera makan lo paling bule di sini, anti-nasi, gue bawain ini." Minji menunjuk nampan berisi piring, mangkuk, sendok, dan garpu di atas nakas.
Kejutan yang lain lagi. Wonbin bingung total, sulit mengidentifikasi tempatnya berada sekarang. Alam mimpi ataukah realitas? Minji yang ia kenal sangat jarang bicara tanpa campur kode bahasa Belanda. Kembarannya yang punya jiwa petualang itu kebetulan menghabiskan masa SMP-nya di Den Haag, otomatis sangat lancar dalam Nederlands spreken.
Lalu apa yang Minji bilang tadi? Minji sendiri yang membawakan Wonbin makanan?
Wah, wah.
Wonbin meneguk ludah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Blossoms After Error
FanfictionGudang penyimpanan arsip fiksi bujang RIIZE BxB kadang GS! Didominasi Seoknen, CP lain tergantung prakiraan cuaca Silakan baca jika sanggup menahan mual, tidak usah dibawa keluar Wattpad