A Shoulder You Can Cry On -4

466 28 21
                                    

Eerste, tweede kerstfeest berlalu dalam kejapan mata. Hanya tersisa hari libur di bawah label cuti tahunan; alasan rumah Klein tetap terpantau ramai. Gramofon antik Beatrix sendiri masih setia melantunkan instrumen Natal setiap pagi dan sore. Berteman harum mentega hingga jahe yang belum beranjak dari dapur, nuansa Natal bertahan menyelimuti seisi rumah kuno ini.

"Beterschap, Bina. Niet verdrietig zijn. Kom op! Ik heb chocolade. Hier, voor jou!"

*Cepat sembuh, Bina. Jangan sedih. Ayolah! Aku punya cokelat. Ini, untukmu!

Arabella Famke Serin Klein baru berumur sembilan tahun. Tercatat sebagai Klein termuda saat ini, Arabella telah menjiwai status darahnya dengan unjuk kemahiran berbahasa Belanda. Famili Klein resmi menemukan titisan Louisa Isabella Beatrix Minji Klein-Wijnberg dalam sosok belia Arabella, memastikan kemampuan Nederlands spreken tidak punah di generasi kelima cabang tanah rantauan.

Arabella memperlihatkan kesamaan lain dengan kakak sepupu tertua nomor dua--Minji--ketika ia mengulurkan tangan kepada sepupu tertuanya pada siang berhujan di penghujung Desember. Menyodorkan sebatang cokelat usai melontarkan kalimat penghiburan sederhana, logika belia Arabella menempatkan dirinya sendiri sebagai tolok ukur. Solusi menurut pandangan Arabella jatuh pada cokelat, obat bagi sepupunya yang berumur dua puluh satu tahun.

Hampir saja Wonbin menangis lagi.

Sepupunya yang paling kecil menawarkan ketulusan murni khas kanak-kanak. Sementara para Klein dewasa memilih apatis dan menghindari urun komentar, Ella--demikian Arabella biasa disapa--menggantungkan harapan pada sebatang cokelat seumpama voucher yang bisa ditukar dengan senyum manis milik kakak sepupunya. Gadis cilik ini menunjukkan kepedulian yang patut diacungi jempol dalam muram berkepanjangan Laurens Damiaan Maurits Wonbin Klein-Wijnberg, sepupu yang tujuh bulan lagi bakal resmi memwisudanya dengan gelar tante.

"Dank je," Wonbin menerima cokelat pemberian sepupunya, tidak lupa memeluknya hangat.

Sepupu terdekatnya selama ini memang Sungchan Jung-Jueerdens, tetapi Arabella Famke Serin dengan ketulusan murni anak usia sembilan tahun selalu punya tempat khusus di hati Wonbin, jauh melampaui posisi kedua kakak perempuannya: Jennifer Beatrix Yunjin dan Danielle Lalice Jihye.

"Mooie Bina, lachen en gewoon zo mooi zijn als je wilt*!"

*Bina yang cantik, tertawalah dan jadilah secantik yang kamu inginkan!

Keyakinan Ella tertambat kuat pada sebatang cokelat selagi kalimat penghiburan lain terucap. Wonbin di sisi lain hanya bisa tersenyum getir menanggapi penghiburan sepupu kecilnya. Seandainya dunia bekerja dalam mekanisme sesederhana logika belia Ella, Wonbin tidak perlu terjebak dalam spektrum abu-abu dan hitam kelam lukisan hari-harinya kini.

"Bina, ze wachten op je. Ella, nu is het tijd om te lezen. Kom op*!"

*Bina, mereka menunggumu. Ella, waktunya membaca buku. Ayo!

Suara Minji memisahkannya dari Ella. Kembarannya berdiri di pintu kamar Karina seperti pengawas, menatapnya datar.

"Oké, Mina, goed! Bina, je moet nu rusten, goed? Ik zal je zeker opnieuw bezoeken!"

Ella mematuhi aba-aba Minji. Meniru orang-orang dewasa, mengingatkan sepupu tertuanya untuk beristirahat. Kecupan manis mendarat tepat di pipi kiri Wonbin, menyegel janji kunjungan berikutnya dari sang sepupu kecil.

Kepergian Ella mengembalikan Wonbin pada dominasi mendung di hatinya yang perlahan menurunkan gerimis. Tatapan intens dari Minji tidak membantu sama sekali. Sedikit banyak Wonbin merasa terbebani.

Cherry Blossoms After ErrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang