Dibyaratnopama

545 19 6
                                    

Harus latihan nulis dan berani publikasi sebelum beneran kaku karena beberapa hari vakum nulis fiksi. Baca novel juga cuma dapet selembar. Akhir pekan baru bebas dari rapat kerja 드디어! 2024 berat! Wajib ganti presiden!

Catatan ini untuk latihanku dan hiburan saja yaa. Tidak perlulah kujadikan ajang mencari validasi. Fanfiksi jangan diseriusin, apalagi masalah kapal bxb vs bxg. Intinya sama-sama halu dek 😅

...

Memasuki hari ketiga pembabatan area garis terluar Alas Menggalok, jumlah pekerja yang tumbang mengalami kenaikan signifikan berdasarkan laporan harian pengawas.

Rata-rata mengalami sakit yang sama. Demam tinggi dan kejang-kejang, disusul kelumpuhan pada tangan dan kaki. Yang paling meresahkan tentu catatan jatuhnya korban jiwa, mempertajam tingkat kegawatan fenomena ganjil ini.

Namun, ada satu yang paling menyita atensi Temenggung Enggon Sokyawuni, senapati Kerajaan Wugerwesi.

Singhakerti selaku pengawas proses babat alas menyebutkan mimpi aneh yang dialami hampir seluruh pekerja.

"Mereka mengaku melihat ular raksasa, Gusti Temenggung," Singhakerti melanjutkan laporannya.

"Sangat besar, kira-kira sebesar batang beringin tua. Panjangnya cukup untuk meremukkan sepuluh batang beringin sekaligus. Konon sisiknya berwarna hijau, dilapisi semacam batu-batu manikam."

Mata elang Enggon Sokyawuni menjelajahi silang sengkarut batang-batang gemuk beringin, mahoni, hingga langsing batang maja muda nun jauh di belakang sosok tegap Singhakerti. Lebih dari seratus jangkah jaraknya dari tempat mereka berdiri, Alas Menggalok yang membentang dari barat ke timur masih tidak tertembus. Kanopi lebat beringin-beringin tua dan para membatasi akses suryarasmi, mengunci seisi hutan dalam temaram. Alas Menggalok mempertahankan kesan purbanya dengan nuansa singup pekat membubung ke atap langit. Tiga hari proses babat alas seakan tidak berarti apa pun. Enggon Sokyawuni melihat langsung jumlah batang kayu hasil tebangan para pekerja bahkan belum mencapai sepersepuluh batang-batang mahoni dan beringin yang masih berdiri gagah memagari jalan masuk alas.

Sebagai seorang linuwih, mata batin Enggon Sokyawuni dikaruniai kemampuan menembus lapisan pertama alam jaljalut--dunianya para lelembut. Alas Menggalok mewujud negara-negara kota berselubung tipis kabut, memenuhi penglihatan Enggon Sokyawuni seperti ilusi. Tampak seperti objek di dalam air, sedikit kabur, lantas mengambil wujud lain sebagaimana kekhasan alam jaljalut mempermainkan imaji manusia.

Enggon Sokyawuni tidak menemukan tanda-tanda keberadaan entitas ular hijau yang disebut-sebut mendatangi mimpi para pekerjanya.

"Mulai hari ini sampai lima hari ke depan, biarkan seluruh pekerja beristirahat," Enggon Sokyawuni mengambil keputusan usai menimbang-nimbang opsi langkah yang layak ditempuh.

Singhakerti tidak kuasa menutupi kaget. Gurat keterkejutan terukir sepanjang garis ketampanan milik wajah belianya.

"Gusti Temenggung, apabila para pekerja diistirahatkan sampai lima hari ke depan, saya khawatir kita tidak akan sanggup menyelesaikan tugas sesuai tenggat yang ditetapkan Gusti Prabu," Singhakerti mengingatkannya secara halus.

"Kita sudah kehilangan tiga orang hanya dalam waktu tiga hari. Tiga puluh tercatat mengalami sakit aneh. Apabila kita bersikeras memaksa mereka lanjut bekerja, entah berapa lagi yang harus menjadi korban," Enggon Sokyawuni balas mengingatkannya.

"Saya tidak mengerti. Kita sudah mengadakan upacara dengan mempersembahkan tiga kepala kerbau yang dipersyaratkan, tetapi kenapa penghuni alas ini masih saja mengganggu para pekerja?" Singhakerti seakan bertanya kepada dirinya sendiri.

Cherry Blossoms After ErrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang