Pelarian terbaik kala penat adalah menumpahkan tulisan nirmanfaat. Kebanyakan nulis laporan demi laporan, maapkan apabila tulisan berikut berantakan.
....
Rumah Oma Klein menempati bekas perumahan elite orang-orang Belanda era kolonial. Saat ini masuk jajaran perumahan klasik sasaran pajak mencekik. Berlokasi persis di pinggiran kota yang relatif sepi dan hijau berkat kanopi pohon-pohon mahoni penunggu tepian ruas jalan, keunggulannya tentulah tidak jauh-jauh dari paket kualitas udara yang relatif ramah paru-paru, lengkap dengan level rendah polusi suara.
Sekilas tidak ada yang spesial dari rumah bernomor 51 itu. Lazimnya rumah peninggalan Belanda bergaya Indische, atap tinggi dan jendela-jendela kayu jati setinggi satu meter lebih masih menjadi ciri khas, dilengkapi rak penampung koleksi pot tanaman era jadul yang menegaskan generasi pemilik rumah. Satu-satunya pembeda hanyalah jelang eerste kerstdag*, ketika halaman dan area parkir di depan tembok gerbangnya beralih fungsi menjadi semacam showroom mobil-mobil Eropa.
*Natal hari pertama
Para tetangga mafhum. Jelang eerste kerstdag berarti jatah reuni keluarga Klein, momentum bagi anak, menantu, dan cucu Oma Klein mengunjungi sang sesepuh. Para tetangga sudah tidak kaget apalagi norak melihat Bentley Bentayga A sampai Jaguar F-Pace terparkir rapi di sana. Bertahun-tahun menyandang status sebagai tetangga Beatrix, demikian nama asli Oma Klein, mereka cukup tahu selera keluarga yang satu ini dalam otomotif. Walhasil begitu jajaran mobil Eropa penyejuk mata sekaligus pengingat status finansial tersebut ketambahan mobil SUV mewah keluaran Jepang yang mengangkut wajah-wajah asing, para tetangga pun bertanya-tanya.
"Lho, siapa itu? Kok sepertinya saya belum pernah lihat?"
"Dari wajah sih tidak ada belanda-belandanya. Kalau famili Klein 'kan masih ada bule-bulenya. Mungkin teman gerejanya Oma?"
"Kalau teman gereja Oma saya hapal, Bu Broto. Pak Siwon yang duda ganteng, Opa Sihyuk, Budhe Eugene, wong paling ya mereka-mereka saja. Yang ini kok dilihat-lihat lain?"
"Mungkin kenalan jauh yang mau antar hampers. Besok 'kan Natal."
"Mungkin juga, tapi itu ada yang masih muda lho. Ganteng, tinggi koyok* artis. Cocok dapat cucunya Oma. Wonbin lho cek uayunee**, makin besar makin cantik. Anak saya lho naksir."
*seperti
**cantik sekali"Minji juga cantik. Danielle, Jennifer. Semua cucunya Oma cantik-cantik. Ya, maklum, wong omanya saja umur delapan puluhan masih cantik, segar."
"Anak samean* naksir Wonbin yo namanya maksa, Bu. Wonbin itu mobilnya saja Aston Martin, lha anak samean? Modal Beat dredeg** sampai dengkul begitu yaapa?"
*Anda
*gemetar"Lho, jangan salah, Jeng. Kalau rumah warisan ini laku dijual, saya dan suami bisa jadi juragan. Anak saya si Heeseung langsung ta belikno Alphard."
"Sudah, sudah. Kok malah jadi rasan-rasan cucunya Oma? Mending dilanjut lho ini rujakannya, nanti kita bagi juga buat Oma."
"Mufakat, Mama Daehwi. Bu Tejo ini ada-ada saja. Mari dilanjut rujakannya, Ibu-Ibu."
Para tetangga yang kekurangan hiburan ini rata-rata bukan penduduk asli kompleks. Mereka segera melupakan sosok tamu-tamu Oma Klein yang sempat menarik perhatian. Asumsi demi asumsi yang sempat terlontar kini ditelan lembap udara musim penghujan, lantas tergusur embusan angin pembawa percikan gerimis yang singgah jelang hari pertama Natal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Blossoms After Error
أدب الهواةGudang penyimpanan arsip fiksi bujang RIIZE BxB kadang GS! Didominasi Seoknen, CP lain tergantung prakiraan cuaca Silakan baca jika sanggup menahan mual, tidak usah dibawa keluar Wattpad