Apa Aku Harus Percaya.?

2.2K 164 67
                                    

  

...

Pagi menjelang, saat ini Sunghoon baru saja turun dari lantai dua berjalan menuju dapur, dimana di sana suda terlihat Yujin dan sang mertua tengah sibuk membuat hidangan sarapan dengan di bantu  beberapa pelayannya.

  

"Mau apa lagi kau ke dapur, bukankah ibu suda melarang mu untuk mendekati dapur.?" ujar Yujin menegur kehadiran Sunghoon.


"Aku tau.?" tepis Sunghoon membuang muka kembali fokus membuka lemari pendingin yang tak jauh dari tempat mertuanya berdiri.



  

'Tuhkk...'

Suara pintu kulkas di tutup paksa oleh Ny.Lee membuat jemari Sunghoon tampa sengaja terjepit.

  

"Ahkkk-" ringisnya menarik jemarinya keluar dari jepitan pintu lemari pendingin itu.



"Kan jadi kena, Itu bukan salah ibu yah, itu salahmu sendiri, siapa suru tidak patuh." angkuh sang ibu mertua tampa merasa bersalah.



"Aku patuh kok Ibu, aku kedapur cuma mau mengambil air mineral, persediaan ku di kamar suda habis." lirih Sunghoon sedikit mengusap jemarinya yang sakit.


"Oh begitu, bilang dari tadi, kau membuang-buang waktu ibu saja." balasan tampa kata maaf, Ny.Lee kembali melanjutkan aktifitas memasaknya bersama menantu kesayangannya.

Sementara Sunghoon hanya bisa pasrah menerima perlakuan tidak adil itu. Terdiam dan kembali dengan tujuannya yaitu meraih sebua botol kecil berisikan air mineral.

  


...

Setelah beberapa saat setelah mengambil air, Sunghoonpun kembali masuk kamarnya dengan sejuta pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Nafasnya terdengar begitu kasar berhembus mengiringi langkah tubuhnya yang meraih kotak medis untuk mengobati lukanya.

Air matanya kembali menetes, bukan karena merasa sakit pada luka yang sedang dia obati pada jemarinya, melainkan dia menangis karena luka yang tergores melukai hatinya yang paling dalam.


'Kenapa aku menangis, ada apa denganku huf Sunghoon-aa Katakan pada dirimu sendiri kalau kau baik-baik saja iyakan.' 

Batinnya menyemangati dirinya sendiri, meski air matanya tampak menetes membasahi pipinya, namun senyum manisnya tidak perna pudar menghiasi raut wajah cantiknya.

 


"Hoon-aa." Sebua suara berat terdengar seiring sepasang tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang rampingnya dari belakang.



Sunghoon yang menyadari kehadiran sosok itu buru-buru mengusap air matanya dan menyembunyikan luka yang ada di jemarinya.

Sweet Husband (HeeHoon) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang