Hallo semua datang lagi ni di cerita fille froide sebelum lanjut jangan lupa vote dan follow ya. Buat kalian jangan pernah bosan untuk baca cerita ini terus.
.
.
.
.
Happy reading...
"Sekarang lo biarin dia sendiri, besok atau nanti lo minta maaf sama dia" Bella pun langsung pergi menuju kelas.Sesampainya di kelas ia tidak melihat keberadaan sahabatnya itu, kursinya terlihat kosong. Tidak ada siapapun di sana bahkan tasnya pun tidak ada.
Bella segera meletakkan tas nya dan langsung keluar mencari keberadaan sahabatnya itu.
Ia berjalan ke taman belakang sekolah, ia menelusuri koridor untuk sampai ke tempat tersebut dan benar saja dugaannya bahwa sahabatnya sedang di sana.
"Grace..." Panggilnya lembut.
Grace yang menundukkan kepala segera mengangkat kepalanya melihat ke sumber suara. Bella dapat melihat bahwa sahabatnya itu tengah menangis, sebab ada bekas tetesan air mata yang sempat ia hapus.
Bella pun segera menghampirinya, "gue tau Grace, tapi lo gak boleh nangis. Grace yang gue kenal itu Grace yang ceria yang selalu menebarkan senyuman dan muka judes nya. Udah jangan nangis lo jelek tau gak kalau nangis."
Tak menjawab kini Grace beralih menghapus air matanya yang tersisa, apa yang di katakan Bella ada benarnya. Mengapa ia harus menangis? Bukannya yang di bilang Ren itu betul apa adanya.
"Nah gitu dong jangan nangis, udah ayo ke kelas," dengan cepat Bella menarik tangan sahabatnya itu.
Kini mereka sedang berjalan secara berdampingan menuju kelas, banyak yang menatap grace dengan tatapan heran dan lain sebagainya. Grace yang merasa terusik pun berhenti "gak usah natap gue, mau gue congkel mata lo?" Ujarnya dengan salah satu siswi yang menatapnya sedari tadi.
Kini Grace sedang duduk di taman sendirian, sedangkan Bella anak itu tiba-tiba ada urusan mendadak yang mengharuskan ia pergi. Perkataan Ren terus memutar di kepalanya, "Ren Memeng benar kalau gak ada dia mungkin muka gue gak bakal sesempurna ini" ujarnya sendu, ia terus menunduk sembari memainkannya ujung kukunya.
Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah sepatu yang terletak tepat di hadapannya, ia menaikkan kepalanya dan melihat siapa pemilik dari sepatu tersebut.
"Maaf..." Ujarnya menyesal.
Tak minat untuk menjawab Grace memutuskan untuk pergi, namun dengan cepat Ren menariknya. Membuat Grace berbalik dan hampir jatuh, namun dengan sigap Ren menahannya.
Dengan cepat Grace berdiri dan hendak pergi, "gue tau gue salah tapi gue minta maaf!" Ujar Ren. Grace berhenti dan menatap Ren dengan tatapan datar, sama seperti Grace yang ia kenali pertama kali.
"Maaf..." Ujarnya sekali lagi.
"Kalau lo dekat gue cuman karena kasihan, gue gak butuh semua itu. Lebih baik gue habis lebam dari pada harus sama lo yang egois."
"Iya gue egois!" Jawabnya.
"Bagus deh kalau lo sadar, ya udah gue pergi dulu. Anggap kita gak kenal! Masalah pertunangan tolak aja, Gue siap menerima semua luka." Grace pun pergi perlahan hilang dari hadapannya tanpa menunggu jawaban dari Ren.
Ren bingung apakah ucapannya tadi terlalu menyakitkan untuk Grace? Sehingga sangat sulit bagi Grace untuk memaafkannya, jujur ia tidak sadar mengucapkan itu. Emosinya sudah menggebu-gebu sehingga tidak sadar akan semua ucapan yang ia lontarkan.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, membuat semua murid girang dan berebut untuk pulang lebih dulu. Sedangkan Grace ia nampak jalan santai menuju mobilnya berada, sesampainya di sana Ren lh objek pertama yang ia lihat tengah menunggunya di pintu mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
fille froide [ON GOING]
FantasyGracella anak tunggal yang hidup dengan rasa trauma dan dendam di dalam dirinya. Hidupnya hanya untuk membalaskan dendam seseorang di masa lalu nya. Hingga suatu hari perjodohan gila terjadi. Yang di mana dia harus menerimanya, dengan berat hati. "...