17. Dia

9 1 0
                                    

Hallo Wellcome semua, sebelum lanjut jangan lupa vote dan komen ya. Jangan pernah bosan untuk baca cerita ini ya, oh iya kalau kalian ada saran boleh langsung komen ya.
.
.
.
.

"Tadi tu gue di suruh ke sini sama nyokap, nah pas gue sampai sini nyokap gue malah lagi sibuk alhasil gue di suruh tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadi tu gue di suruh ke sini sama nyokap, nah pas gue sampai sini nyokap gue malah lagi sibuk alhasil gue di suruh tunggu. Karena gue bosan ya udah gue ke meja admistrasi tadi gue lihat-lihat daftar pasien nah ada nama Grace. Awalnya gue gak percaya dan gue coba cek ke kamarnya ternyata benar itu Grace gue tanya ke bi Inung, gue kira itu mamanya ternyata tidak. Gue tanya ke dokter yang menangani Grace tenyata dia gpp cuman depresi aja makanya dia gitu, kata dokternya yang buat dia pingsan ya gara-gara benturan di kepalanya sama telat di sadari sehingga sudah banyak darah yang keluar. Cuman dokter bilang itu semua bisa di atasi, kata dokter melihat sayatan-sayatan di tangannya itu bukan kali pertama dia melakukan itu, emang lo gak tau masalah dia?" Ujar Irul menjelaskan panjang lebar.

"Dia beda sama kita Rul, dia anak broken home. Gue juga tau dia sering buat luka sendiri di tubuhnya, cuman gara-gara pengen mencari ketenangan" ujar Renjana sedih melihat nasib malang kekasihnya itu.

"Lo serius? Tapi kan dia anak tunggal ya gak mungkin lah orang tuanya gak sayang."

"Hahaha, lo gak dengar ucapan bi Inung tadi?"

"Gue gak ingat, soalnya tadi gue fokus main handphone pas lo sama bi Inung ngomong."

"Kalau semua luka yang dia dapat di pipinya itu ulah papanya sendiri, dia emang anak tunggal pewaris tapi dia selalu di tuntut untuk lebih dari siapapun. Apalagi lo tau kan keluarga Winata? Keluarga yang gila akan harta dan martabat."

Irul mengangguk ia masih tidak menyangka ternyata dunia terlalu kejam untuk manusia lembut seperti Grace. Walaupun ia suka marah-marah dan ngamuk-ngamuk gak jelas tapi Irul dapat melihat kalau sebenarnya gadis itu memiliki hati yang lembut.

Tak lama menunggu akhirnya Grace datang di bantu oleh bi Inung dan Bara. Ren melihat jam arloji yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 20.00, ia pun bergegas membantu Grace membuka pintu mobil.

Setelah selesai menyusun semua barang, Ren pun kembali ke dalam mobil untuk membawa mobil menuju rumah Grace, yang di ikuti oleh Bara dan Irul di belakangnya.

Cukup lama akhirnya mereka sampai di rumah milik Grace  tersebut. Grace pun segera turun di susul oleh bi Inung, "den tas nya sampai depan sini aja nanti biar bibi yang bawa ke dalam" ujar bi Inung kepada Ren yang hendak membawa tas Grace masuk.

"Gpp bi biar Ren aja yang bawa masuk."

"Haduh... jadi ngerepotin."

"Udah Ren taruh di dekat sofa aja biar nanti gue yang bawa ke kamar." Ren pun mengangguk dan menurut.

fille froide [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang