Awal dari perjalanan

573 55 1
                                    

Hongjoong, Yeosang dan Wooyoung Sedang berjalan bersamaan menuju tempat tinggal pimpinan utopia, mereka sesekali mengobrol dan Hongjoong selalu menanyakan tentang negri Wonderland. Dia memang tidak terlalu yakin, tapi yang di ucapkan oleh Wooyoung dan Yeosang itu sama persis seperti apa yang dia tau tentang negri Wonderland.

"Permisi" Hongjoong membuka pintu ruangan pimpinan utopia dengan perlahan, dia masuk bersama Yeosang dan Wooyoung ketika mendapatkan Izin dari pimpinan. Teman-teman Hongjoong yang lain memang tidak ikut karena alasan tersendiri, jadi terpaksa dia harus mengantar Yeosang dan Wooyoung.

Hongjoong menjelaskan semuanya dengan detail tentang Kedatangan Wooyoung dan Yeosang di negri Utopia, pimpinan hanya mengangguk-angguk kecil. Setelah beberapa saat mendengar penjelasan dari Hongjoong, pimpinan berdiri dan menatap tajam kearah Wooyoung dan Yeosang. seketika hening, hanya ada suasana yang mencengangkan.

"Wonderland sudah lama hilang ha...ha...." Pemimpin tersebut tertawa datar yang membuat Yeosang kesal dan ingin memukulnya, tapi Wooyoung menahannya karena dia tidak ingin jika Yeosang akan membuat kehancuran. "BUNUH MEREKA!"

Semua pengawal datang beriringan mengelilingi Yeosang, Wooyoung dan Hongjoong. Seketika mereka panik karena tidak bisa melakukan apapun di saat seperti ini, Hongjoong berfikir dengan keras, namun tetap saja kondisi seperti ini dia sulit berfikir.

TARR

"Lompat!" Mereka semua menoleh ke arah Jongho yang sedang bergelantungan di jendela yang sudah ia pecahkan, Hongjoong dan dua orang tadi langsung berlari dan melompat ke luar jendela. Mereka tidak jatuh ke tanah, melainkan mereka jatuh ke tumpukan karung yang berisikan gandum.

"Lari!" Jongho mengangkat tubuh Yeosang dengan santainya dan membawanya pergi, Hongjoong dan Wooyoung juga ikut lari mengikuti langkah Jongho.

"Mereka masih mengejar kita" Ucap Wooyoung. Dia tidak sengaja melihat ke belakang dan mendapati gerombolan orang sedang mengejarnya mereka, tentunya dengan senjata di tangan mereka.

Mereka pergi ke dermaga dan melihat Yunho, Seonghwa dan dua orang yang tidak di kenal nya Sedang mengangkat layar Kapal, mereka naik ke kapal dan dengan cepat kapal itu melesat jauh. Tidak ada yang bisa di lakukan oleh prajurit-prajurit tadi, mereka hanya bisa melihat kepergian Hongjoong dan yang lainnya.

"Kita selamat" Wooyoung mengelus dadanya lega, dia tidak berfikir sejauh ini. Dia kira bahwa dirinya akan mati di tusuk pedang yang sangat tajam.

"Iya, tapi kenapa harus pergi ke kapal" Yeosang bertanya, dia menatap Jongho penuh tanda tanya. Ya! Benar kata Yeosang, kenapa harus pergi ke kapal bukan ke rumah Hongjoong atau lainnya.

"Jika tidak ke kapal, mau pergi kemana?" Yunho menatap datar wajah Yeosang yang masih berusaha mencerna perkataannya. Tidak ingin ada keributan, Hongjoong dan Seonghwa langsung melerai mereka berdua dan memerintahkan mereka untuk berjabat tangan.

"Bukan hanya karena ingin menyelamatkan kalian, sebenarnya ada sesuatu yang sangat mengerikan" Tiba-tiba suasana mencekam, mereka menatap Mingi dengan penuh tanda tanya.

"Maksudmu apa?" Jongho yang tak tau langsung saja bertanya mewakili teman-temannya yang sekarang sedang menatap Mingi tajam dan mematikan.

"Huh! Aku kemarin mendengar pembicaraan Pimpinan utopia dengan seseoran. Dia berkata Ingin menghancurkan negri Utopia yang kuno ini" Bukan Mingi yang menjelaskan, melainkan San. Teman sekaligus rekan kerja Mingi di dermaga.

"APA!?" Hongjoong, Seonghwa, Jongho dan Yunho serentak terkejut, mereka menatap Mingi dan San bergantian. Ada apa lagi ini? Semua itu tidak masuk akal di telinga Mereka.

"Dengarkan kami" Semua mata tertuju pada Wooyoung dan Yeosang, mereka berdua menyuruh agar semua mendekat pada mereka. Setelah mendekat, Yeosang menjelaskan sesuatu yang membuat mereka berenam tercengang tak percaya.

"Jadi maksudmu itu?" Hongjoong menatap kearah Yeosang, Yeosang mengangguk sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Peta yang berada di rumah Hongjoong.

"Kita harus menyelamatkan dunia ini sebelum semua itu terjadi" Wooyoung menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya, wajahnya penuh dengan harapan.

"Jadi, sejak kapan jam pasir itu hancur?" Semua perhatian tertuju pada Jongho, memang benar apa yang ia katakan. Jika jam itu sudah lama hancur, berarti kesempatan mereka untuk menyelamatkan dunia ini sangatlah kecil, Begitu pun sebaliknya.

"Beberapa hari yang lalu—dan Bagaimana dengan orang tua kalian? Mereka pasti khawatir jika kalian pergi" Perkataan Yeosang langsung di balas gelengan oleh lima orang di depannya. Yeosang mengangguk paham dan hanya bisa diam, dia hampir lupa jika Mingi belum membalas pertanyaannya. Yeosang menatap Mingi, begitupun sebaliknya. Tapi tatapan Mingi terlihat sendu.

"Satu-satunya keluarga yang aku punya hanya ibuku, tapi tadi malam— Hiks.." Seketika tangis pecah, Mingi menunduk Sambil mengepalkan kedua tangannya. San datang dan langsung memeluk tubuh Mingi yang gemetar luar biasa.

"Huh... Ibu Mingi di bawa ke pimpinan untuk di hukum mati" Seketika semua terbelalak, mereka tidak percaya dengan perkataan San barusan, tidak ada berita soal itu. Yeosang dan Wooyoung saling bertatapan.

"Waktu Kita semakin menipis. Mingi, berhentilah menangis" Yunho mengelus pundak Mingi, Mingi memiliki kisah hidup yang persis seperti dirinya, yaitu kehilangan orang yang paling di sayang.

"Aku sudah mengikhlaskan kepergian ibuku, yang penting sekarang adalah jam pasir itu bukan?" Mingi mengelap air matanya, dia tersenyum membuat yang lainnya lega. Yunho memeluk erat tubuh Mingi dan di susul yang lainya. Mereka saling berpelukan beberapa saat.

"Baiklah! Kemana Kita harus pergi terlebih dahulu?" Hongjoong menaruh peta yang ia bawa ke atas meja besar, mereka berdelapan memperhatikan peta tersebut dengan seksama.

"Lembah Kematian" Tutur Yeosang, siapa yang tidak takut mendengar kata kematian? Raja sekalipun akan takut mendengar itu, begitupun mereka berdelapan.

"Sebaiknya kita menyusun rencana terlebih dahulu sebelum ke sana" Yunho mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. dia menggambar di sana dengan alat tulis yang selalu ia bawa kemanapun dan kapanpun. Itu sudah kebiasaannya saat dia sedang gugup.

"Benar sekali, siapa yang bisa bermain panah?" Hongjoong menatap satu-persatu orang yang ada di sekiranya. Yeosang dan San mengangkat tangan, Hongjoong mengangguk.

"Aku, Jongho dan Wooyoung akan menggunakan pedang" Seonghwa Berucap, dia tau keahlian Jongho dan dari raut wajah Wooyoung. Sudah jelas Wooyoung memiliki keahlian berpedang yang mudah di tebak oleh Seonghwa.

"Lalu kami?" Mingi menunjuk dirinya dan juga Yunho. Hongjoong melirik mereka dengan menyipitkan sebelah matanya, dia menghela nafas berat membuat Yunho dan Mingi sedikit Khawatir.

"Kalian harus menyiapkan rencana cadangan, aku akan ikut ke bagian Yeosang dan San" setelah mengucapkan itu, semua yang ada di sana mengangguk paham. Tapi ada satu yang menjanggal di pikiran Wooyoung.

"Satu pertanyaan dariku" Semua tatapan tertuju pada Wooyoung "Apakah ada peralatannya?"

Hongjoong dan yang lainnya kecuali Yeosang menatap datar wajah Wooyoung "Aku tidak akan menyuruhmu melakukan itu jika tidak memiliki senjatanya"

Wooyoung hanya tersenyum tipis, dia yang malu memutuskan untuk memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan mereka yang Masih asik menertawakan dirinya.

TBC....

Wonderland ATEEZ [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang