Pertempuran akhir l

121 18 1
                                    

Hongjoong dan semua teman-temannya sudah sampai di tempat tujuan mereka. Yaitu Dunia tempat tujuh Dewi tinggal. Mereka bersama-sama mencari tempat letak dimana penjara bawah tanah berada. Di mana tempat para orang-orang yang tak bersalah di tahan.

"Hyung, aku lapar dan haus. Tidak bisakah kita istirahat sebentar?" Ucap Jongho dengan nada yang memelas.

"Kau bener, Ho Tapi kita sudah tidak bisa beristirahat lagi. Dunia sudah dalam bahaya" Ucap Seonghwa tegas. Sudah lebih dari lima kali mereka istirahat. Jadi untuk kali ini tidak ada kata istirahat lagi.

"Tapi aku lelah berjalan" Jongho menunjukkan kakinya pada Seonghwa, kakinya biru karena kelelahan. Itu sudah pasti. Semua seperti itu, tapi karena Jongho yang paling muda. Mungkin karena itu dia merasa lebih letih dari yang lainya.

"Kalau begitu ayo aku gendong" Hongjoong menghampiri Jongho. Jongho hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dia malu, tapi mau bagaimana lagi, dirinya sudah terlanjur lelah.

Baru saja hendak berjalan, tiba-tiba mereka semua terhenti dengan seorang yang menghalangi. Satu orang pemuda sedang berada di depan mereka sambil menatap mereka dengan serius. Jongho yang awalnya ingin naik ke gendongan Hongjoong tidak jadi karena kehadiran Pemuda itu.

"K... Kau siapa? Apakah kau adalah orang suruhan Maskman?" Tanya Hongjoong dengan nada yang penuh tanda tanya, di situasi seperti ini tidak ada yang bisa di percaya lagi. Karena bisa jadi semua adalah musuh.

"Tidak, aku tidak memihak kedua belah pihak. Aku hanya ingin menemui kakakku saja" Ucap Pemuda itu dengan Santai sambil menghampiri mereka.

"APA..!!" Semua tidak terkecuali, mereka semua menatap pemuda itu dengan bingung dan ragu. Mungkinkah dia salah orang atau apa? Membingungkan sekali.

"Park Seonghwa, aku adalah adikmu. Kau lupa dengan diriku? Aku, Jihoon" Ucapan pemuda tersebut membuat mereka semua tercengang.

"Tunggu, aku pernah melihatmu. Kau orang yang mengirimkan kami surat itu bukan?" Titah Hongjoong. Jika di perhatikan dengan detail memanglah wajah Pemuda tersebut mirip seperti orang yang mengirim mereka surat.

"Iya, itu aku" Jihoon tersenyum. Kini tatapannya teralihkan pada Seonghwa yang sedang mematung sambil menatap dirinya.

"Tidak mungkin! ADIKKU SUDAH LAMA TIADA..!" Seonghwa masih memberontak. Dirinya masih tidak percaya pada Sosok orang yang di depannya sekarang. Seonghwa kembali mematung seketika saat melihat luka di alis bagian kiri Jihoon. Persis sama dengan luka yang di miliki adiknya, luka yang pernah ia buat sebelumnya.

"Terserah kau mau percaya ataupun tidak, aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu" Jihoon menghentikan ucapannya saat merasa sesuatu atau lebih tepatnya seseorang tengah berjalan menghampiri mereka. Siapa itu? Dia Maskman dengan semua pasukannya.

"Kalian di sini? Sungguh penyerahan diri yang tidak merugikan" Suara yang kaku terdengar seperti robot. Itu yang keluar dari mulut Maskman.

"Kami tidak akan menyerahkan diri kami untuk orang sepertimu...! Tunggu saja kekalahanmu" Ucap San dengan lantang dan penuh percaya diri.

"Argh! Aku benci monster-monster ini" Sebuah pemuda sedang menebaskan pedangnya untuk mempertahankan Negerinya yaitu Utopia, siapa dia? Dia adalah orang yang sepesial bagi Hongjoong. Orang yang sangat di nantikan kehadirannya.

"Bumjoong, ambil ini" Dojoon memberikan sebuah pisau kecil yang sudah jelas itu di olesi racun mematikan yang dapat membunuh monster-monster di sana dengan cepat.

Perempuan yang sangat sengit. Bumjoong dan Dojoon, mereka hanya berdua menghadapi seluruh pasukan Maskman. Tanpa henti mereka berdua terus melawan sekuat tenaga. Sebenarnya mereka lelah karena terus bertarung. Tapi mereka tidak bisa menyerah begitu saja. Lagipula bagaimanapun mereka harus menyelamatkan orang-orang yang ada di sini, kecuali pemimpin Utopia yang sudah lama tiada karena semua energinya di ambil oleh Maskman.

Flashback

San mendengar sedikit pembicaraan antara Pemimpin Utopia dan seseorang yang begitu jelas di lihat oleh San. Itu adalah Maskman yang menyamar menjadi orang dengan gelar raja, yang tak lain adalah pemimpin pertama negri Utopia yang sudah tiada. Hanya dengan tipu daya saja pemimpin Utopia percaya pada Maskman. Setelah perbincangan itu mereka berdua pergi berpisah.

Malam harinya. Mingi sudah tertidur setelah kejadian itu. Tapi samar-samar dia mendengar suara seseorang sedang berteriak sambil memohon kepada orang lainya, Mingi terbangun dan langsung pergi menghampiri sumber suara tersebut. Tapi naas saat dia hendak membuka pintu kamarnya, pintunya terkunci. Dia sudah berusaha membuka tapi tidak bisa, sampai pada akhirnya dia mengintip di lubang kunci.

"Ibu....!" Setelah mengucapkan hal itu Mingi langsung menutup mulutnya saat melihat ibunya di tusuk oleh pisau yang sangat tajam tepat di dadanya. Seketika Mingi membeku. Dia menangis tanpa suara, dan dia sangat terkejut saat tau siapa yang membunuh ibunya. Pimpinan Utopia.

Tak lama orang-orang itu pergi dari sana. Dan tanpa aba-aba juga pintu kamar Mingi terbuka. Ini pasti sihir gelap. Mingi tak berani mengatakan hal ini pada siapapun. Dia menyembunyikannya dan memutuskan untuk memendam itu. Bahkan saat di tanya San dia hanya mengatakan bahwa ibunya di bawa ke pimpinan Utopia untuk di hukum mati.

Setelah mereka semua pergi ke kapal dan meluncur jauh, di situlah Maskman mulai menjalankan misinya dengan cara mengambil energi pimpinan Utopia dan juga sebagian warga di sana. Saat itu juga Bumjoong datang entah dari mana dan terjadilah perlawanan yang dahsyat sampai Dojoon datang dan menyelamatkan dirinya.

Flashback off

"Argh!!" San memegang perutnya yang terluka parah. Dia tidak bisa merasakan perutnya sekarang. Tusukkan pedagang pasukan Maskman sangatlah dalam.

Seonghwa langsung membawa San terbang, Seonghwa sekarang sedang berubah menjadi seekor naga besar, dengan ukuran yang besar.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Seonghwa, San mengangguk kecil.

"Bawa, San pergi...! Kami akan mempertahankan dari sini" Ucap Jongho dengan tegas. Seonghwa setuju dan pergi meninggalkan sisa teman-temannya. Dia tidak pergi jauh, hanya ke ujung bukti di sebelah istana saja untuk melindungi San.

"Bagaimana ini? Kita semua sudah kehabisan tenaga...!" Ucap Yeosang sambil memegang tangannya yang terlihat sedikit goresan luka akibat tebasan pedang anak buah Maskman.

"Hah, tanpa tenagaku keluar saja kalian sudah kewalahan. Lemah sekali" Maskman berucap meremehkan mereka semua. Hongjoong tidak ada di sana karena Seonghwa menyuruh Jihoon membawanya pergi, karena mereka semua tahu jika Hongjoong tidak memiliki kemampuan apapun, dan di lain sisi juga Seonghwa tidak ingin Jihoon terluka saat dia tau bahwa benar Jihoon adiknya.

"Kau meremehkan kami? Akan ku bunuh kau sekarang Juga!!" Wooyoung berlari dengan cepat menghampiri Maskman dan siap menghunuskan pedangnya, namun naasnya keberuntungan sedang tidak berpihak pada dirinya. Dia terlempar jauh saat Maskman menggoyangkan tangannya.

"Wooyoung!" Mingi berlari menghampiri Wooyoung dan Sama. Dia juga ikut terpental, seperti ada Medan magnet yang mendorongnya begitu kuat.

...

Maskman sudah bertindak. Bisakah mereka menyelamatkan Dunia ini? Atau malah sebaliknya...

TBC...

Maaf lama, soalnya gak ada kuota🤧🥲 jadi tolong wajarin ya, besok-besok kalau aku up lama berarti gak ada kuota 🤧

Sampai jumpa di Next bab!!

Wonderland ATEEZ [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang