Persiapan perang

113 14 0
                                    

Seorang pemuda dengan tubuh yang cukup tinggi datang dari balik pintu untuk menghadapi seorang wanita atau lebih tepatnya adalah pimpinannya.

"Bagaimana tugasmu? Apakah kau sudah mengirim surat itu pada Hongjoong dan teman-temannya" Ucap Wanita tersebut sambil perlahan memutar badannya untuk melihat lawan bicaranya.

"Sudah selesai nyonya, aku sudah mengirim surat itu. Dan seperti yang nyonya minta, saya hanya mengirim surat tersebut kepada Hongjoong tanpa sepengetahuan dari teman-temannya" Pemuda tersebut menunduk untuk memberi sebuah salam kepada pimpinannya.

"Itu bagus sekali, setelah mereka mengetahui itu. Mereka akan kesini untuk mencariku dan pada saat itu aku akan mengurang mereka di sini agar mereka tidak pergi ke Medan perang, kau tak usah menanyakan kenapa aku melakukan itu? Sudah jelas aku tidak ingin satu manusiapun ikut dalam perorangan ini. Sudah berkali-kali kami berperang melawan Maskman dan selalu kalah, karena apa? Itu semua karena manusia!" Jelas wanita itu dengan tegas. Lawan bicaranya hanya diam karena dia tau bahwa dirinya adalah seorang manusia dan sudah jelas jika dia juga akan di salahkan.

"Aku mengerti Nyonya, Jiu! Aku akan pergi sekarang karena tugasku telah selesai" Ucap Pemuda tersebut kemudian pergi dari pandangan Wanita yang tak lain adalah Jiu sang pemimpin DREAMCATCHER.

"Kembalilah ke penjara bawah tanah, dan tunggu kedatangan anak-anak, Jihoon" Perintah dari Jiu itu mutlak. Maka dari itu dia harus menuruti semua keinginan dan perintah dari Jiu.

Setelah Jihoon pergi dari tempat situ, Jiu kembali melamun dan melihat kearah dimana semua orang sedang bekerja dari kejauhan. Itu adalah orang-orang yang pernah di selamatkan olehnya atau lebih tepatnya orang-orang yang pernah memiliki tujuh kekuatan yang di berikan oleh Halateez kepada mereka. Karena takut dengan hal buruk yang akan terjadi pada orang-orang yang menggunakan kekuatan itu. Mereka semua menculik para manusia yang menerima tujuh kekuatan itu pada lima tahun setelah mereka memiliki kekuatan itu.

"Aku Masih tidak yakin soal perang ini. Delapan pemuda itu memiliki keahlian yang luar biasa dalam berfikir, termasuk Yunho yang sangat cerdas" Ntah dari mana tiba-tiba Sua datang dan sekarang sedang berjalan menghampiri Jiu yang tengah memikirkan sesuatu.

"Itulah yang aku takutkan dari mereka semua. Aku takut jika mereka tidak bisa kita tangkap" Sama seperti halnya Sua. Siyeon juga berjalan perlahan menghampiri Jiu dan di susul yang lainnya kecuali Gahyeon yang sekarang Ntah di mana keberadaannya.

Setelah perjalanan yang panjang Hongjoong memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke Medan perang. Dia sebenarnya tidak tau kalau hal seperti ini akan terjadi, karena awal perjalanan mereka hanya untuk mengembalikan jam pasir yang rusak, tapi malah berujung seperti ini.

"Apakah kalian baik-baik saja jika kita berada di Medan perang?" Tanya Hongjoong pada Mingi dan juga Jongho yang tengah terduduk sambil sesekali memainkan ranting kayu yang berserakan di tanah.

"Aku tidak terlalu yakin, kita sudah terpisah satu sama lain. Bahkan bisa jadi jika Jiu itu membohongi kita" Ucapan Mingi memang ada benarnya, mereka kuat jika bersatu. Dan jika mereka berpisah akan sangat mustahil menang.

"Walaupun perkataan Jiu itu bohong, aku yakin dengan perang itu yang memang Ada. Saat aku di sekolah aku sudah belajar banyak tentang hal legenda. Dan di salah satu buku yang aku pelajari tercantum bahwa sebelumnya terdapat perang yang amat dahsyat antara makhluk putih dan juga para Dewi —

— aku yakin yang di maksud makhluk putih itu adalah Maskman dan para Dewi itu adalah Gahyeon dan Juga teman-temannya. Dan satu lagi yang aku percayai adalah Jiu itu pemimpin dari Tujuh Dewi" Penjelasan yang sangat detail oleh Jongho sangat mudah untuk Hongjoong dan juga Mingi cerna. Hongjoong memang tak terlalu tau karena dia tak bersekolah waktu kecil, tapi dari sekian banyak buku legenda yang ia baca. Semua Sama persis seperti apa yang Jongho ceritakan.

"Kalau begitu, kita tidak harus percaya pada Jiu. Kita hanya perlu menghadiri perang itu untuk mengembalikan kestabilan dunia ini" Hongjoong masih sangat bersemangat dengan hal seperti ini. Jiwa petualangnya tiba-tiba bangkit begitu saja.

"Benar apa katamu, Hyung! Selama masih ada tekat kita masih bisa menyelamatkan dunia ini" Senyum yang indah terukir di wajah Mingi. Dia ingin sekali menyelamatkan dunia ini. Karena setelah dunia aman tidak akan ada lagi yang namanya konflik dan tak boleh ada orang yang harus kehilangan nyawanya.

"Ibumu pasti bangga padamu" Ucap Jongho seraya tersenyum.

Yunho, San dan Gahyeon tengah berteduh di sebuah pohon kecil yang rimbun. Mereka saling bercerita satu sama lain, bahkan Gahyeon memberi tau mereka tentang rencana busuk yang akan di lakukan oleh Jiu, maka dari itu dia tidak boleh membiarkan Yunho dan San menghampiri Jiu.

"Sungguh kejam sekali dia. Ternyata teman-temanmu itu......!" San sudah mengepalkan kedua tangannya karena rasa amarahnya yang begitu besar.

"Tenanglah, walaupun begitu. Aku yakin Jiu pasti memiliki alasan tersendiri" Yunho menenangkan San yang amarahnya sudah menggebu-gebu. Walau bagaimanapun mereka harus berfikir positif.

"Oh iya, dimana Dojoon?" Tanya San memecah suasana yang penuh emosi. Sengaja melakukan itu agar mereka tidak saling membenci satu sama lain karena perbedaan pendapat.

"Aku dan dia memang ingin pergi ke Utopia pada Saat itu. Tapi karena aku mendapatkan panggilan dari kakak-kakakku. Aku dan dia berpisah di pertengahan jalan" Jelas Gahyeon. Yunho dan San hanya menganggukkan kepala mereka tanda bahwa mereka paham dengan apa yang di jelaskan oleh Gahyeon.

Setelah itu keheningan menyelimuti mereka. Tidak ada yang harus di bicarakan lagi, semua sudah terfokus pada jalan pemikiran masing-masing. San dan Yunho yang sedang memikirkan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Dan juga Gahyeon yang sedang merenung dan fokus pada pikirannya yang sedang kacau. Sebenarnya dia tidak ingin memberi tahukan tentang kebusukan Jiu pada Yunho dan juga San, tapi di lain sisi dia takut jika mereka tidak bisa menang di Medan perang tanpa bantuan dari mereka semua. Gahyeon yakin pemikirannya kali ini tidak akan salah. Selagi masih ada harapan tidak akan ada kekalahan. Itu adalah kata-kata yang terukir di benaknya saat melihat Yunho dan yang lainya. Ntah mengapa rasanya sangat mustahil bisa menang tanpa mereka ada di Medan perang. Ntah hanya firasat atau pertanda.

"Apa yang kau lakukan? Sepertinya kau begitu fokus dengan lamunanmu" Ucapan San memecah suasana dingin di diri Gahyeon.

"Ah...... Bukan apa-apa, aku hanya sedang bingung saja" Ucap Gahyeon dengan nada yang sedikit terbata-bata. Sudah jelas terlihat kebohongan dari raut wajahnya.

"Begitu ya!?" San memicingkan matanya menatap penuh kecurigaan pada Gahyeon. Bukanya merasa takut dengan tatap itu, Gahyeon justru ingin menampar San karena emosi dengan bentuk wajah San Sekarang.

"Sudahlah tak usah di perpanjangang" Ucap Yunho dengan nada datar namun sangat mematikan. Sebenarnya dia bingung sekali dengan apa kondisi sekarang. Rasanya dia ingin melempar sesuatu yang ke kepala San. Ntah mengapa, Tapi yang Jelas itu yang sedang dia pikirkan.

"Kalian sudah datang ya?" Seketika mereka bertiga terkejut dan bersamaan melihat kearah sumber oknum yang sedang bicara. Gahyeon sangat mengenal orang itu tapi sangat asing bagi San dan Yunho.

"S.... Sua Eonni"

TBC.....

Wonderland ATEEZ [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang