Aungan yang menggema di seluruh penjuru membuat siapapun yang ada di sana ketakutan. Hongjoong sudah kehabisan tenaga, badannya lemas Karena kehabisan tenaga.
"Aku lelah sekali..." San terduduk di samping Hongjoong. Mereka berdua sama-sama kehabisan tenaga dan hanya menyisakan sedikit tenaga untuk berjalan.
"Ini kutukan!" Lagi dan lagi. Hongjoong mendengar suara itu, dia menoleh dan melihat seorang pria dengan topi Pandora beserta masker yang menutupi mulutnya Sedang menatap mereka.
"Apa lagi hah!?" Hongjoong berdiri. Tubuhnya masih lemas tapi ia memaksakan dirinya untuk menatap pria Pandora itu. Melihat tingkah Hongjoong yang seolah-olah aneh, San ikut berdiri dan menepuk pundak Hongjoong. Hongjoong terjengkang kaget dan langsung menatap San.
"Kau bicara dengan siapa?" Hongjoong bingung dengan perkataan San barusan. Apakah San tidak melihatnya? Atau San tidak sadar jika ada orang di sana karena dia kelelahan? Bisa jadi. Tapi, Saat Hongjoong menoleh ke belakang...... Tidak ada siapapun. Hanya kobaran api saja.
"Aku hanya berhalusinasi saja" Hongjoong menggaruk tengkuknya perlahan. Dia tidak Ingin membuat San takut karena hal yang menurutnya tidak masuk akal. Hongjoong memang selalu begitu, dia lebih mementingkan keselamatan seseorang daripada dirinya sendiri. Apalagi di tempat seperti ini, dia merasa sedang menanggung beban yang sangat berat.
"Owh...."
DRUAK!!!!
Hongjoong San tersentak. Mereka berdua langsung berlari menuju arah suara ledakan tersebut. Mereka memaksakan diri walaupun lelah. Betapa terkejutnya mereka saat melihat apa yang sedang terjadi di depan mereka. Sebuah gundukan batu besar di tambah dengan rantai panas yang mengikat tubuh teman mereka. Hongjoong lemas, tubuhnya bergetar hebat.
"S... Seonghwa?" Ucapnya lirih sambil mengeluarkan tetesan kristal bening. Dia tertunduk dan pada akhirnya terdengar suara isakan.
"Maaf...." Yeosang membantu Hongjoong untuk berdiri dan menenangkan temannya itu. Dengan wajah bersalah dia menatap Wooyoung dan Jongho yang sedang berkelahi.
"Apa-apaan kau ini!" Jongho meninju Wooyoung dengan sekuat tenaga sampai oknum di depannya mengeluarkan darah segar dari dalam mulutnya. Tidak sampai di sini saja, Jongho menendang Wooyoung yang sekarang tengah terbaring lemas.
"Berhenti! Tidak sepantasnya kalian bertengkar di situasi seperti ini!!" Yunho berusaha melerai keduanya. Dia membantu Wooyoung berdiri dan berikutnya menatap Jongho sedu.
"Hentikan Ho.... Ini sudah terjadi dan kita tidak bisa berbuat apapun" Yunho mengelus surai rambut Jongho sambil memeluknya berusaha untuk menenangkannya. Dia sedih, tapi dia juga harus tetap tegar karena Seonghwa mereka bisa selamat.
"Kenapa harus Seonghwa Hyung? Kenapa tidak aku... Hiks.!" Jongho lemas, dia mengis sejadi-jadinya di pelukan Yunho.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Hongjoong Menatap Yeosang berharap agar mendapatkan jawaban apa yang baru saja terjadi pada Seonghwa.
Yeosang menghela nafas berat. Dia berusaha untuk mengatur nafasnya agar bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Seonghwa.
"Wooyoung menyegel semua makhluk yang ada di sini berserta naga itu di tubuh Seonghwa Hyung. Wooyoung memberikan Seonghwa pisau kecil yang pada dasarnya berguna untuk menyegel semua jenis mahluk, hewan maupun manusia sekalipun —
— dia memberikan pisau itu pada Seonghwa saat kita berada di lembah Kematian. Pada saat kita bertemu sosok naga besar itu, dia tau jika hal ini akan terjadi. Maka dari itu, Wooyoung memberikan Seonghwa Hyung pisau ini" Yeosang menunjukkan pisau kecil yang ia pegang pada Hongjoong. Pisau yang bergelimang darah dan berbau anyir.
"Aku tau pisau ini... Hiks. Kenapa harus Seonghwa? Kenapa bukan aku saja? Aku rela menjadi korban jika aku tau dari awal" Hongjoong sangat menyesal. Seandainya dia tau dari awal, ini semua tidak akan terjadi. Andai saja mereka tidak pergi ke sini. Hati Hongjoong di penuhi penyesalan yang amat luar biasa.
"Tidak sembarang orang bisa melakukannya ,Hyung." Yeosang menjeda ucapannya sebentar. Dia mengusap Air matanya sebelum melanjutkan perkataannya. "Hanya keturunan dari raja Giok saja yang bisa menjadi wadah untuk menyegel semua jenis mahluk di dunia"
Hongjoong benar-benar hancur. Dia hampir menangis, tapi dia menahannya saat menyadari sesuatu. Tidak, lebih tepatnya salah satu dari mereka tidak ada 'Mingi'
"Kemana Mingi?" Hongjoong tersadar. Dia Sadar bahwa Mingi tidak ada, maka dari itu dia urungkan niatnya untuk menangis karena satu orang telah menghilang dari pandangannya.
"Aku memindahkannya ke sebuah pulau yang tak berpenghuni" Jelas Yeosang. Hongjoong menatap Yeosang bingung. Bagaimana bisa? Mustahil jika itu benar, siapa sebenarnya Yeosang dan Wooyoung ini? Apakah mereka seorang penyihir yang dikirimkan oleh Wonderland? Kepala Hongjoong benar-benar pusing.
"Bag.." ucapan Hongjoong terpotong oleh Jongho yang tiba-tiba menutup mulut Hongjoong dengan jari telunjuknya. Hanya Jongho saja yang tau saat Yeosang memindahkan Mingi, karena dia ada di sana saat itu.
"H... Hongjoong" Hongjoong menoleh kearah tubuh Seonghwa yang perlahan bergerak, matanya terbuka dan mulutnya menampilkan sebuah senyuman yang indah. Bukan hanya Hongjoong saja, semua kecuali Yeosang dan Wooyoung terkejut karena Seonghwa sadar dari adegan yang sangat matikan. Ya, mematikan karena Seonghwa terbang dan semua mahluk berserta naga besar yang menghantui mereka masuk ke tubuh Seonghwa melalui dadanya yang bersinar. Setelahnya sebuah batu besar terbentuk dan keluar rantai yang langsung mengikat tubuh Seonghwa.
"Kau sudah sadar ya?" Yeosang menghela nafas berat dan mengeluarkannya sesuatu dari tas kecil yang ia bawa, sebuah cincin yang terbuat dari berbagai jenis akar. Cincin yang indah namun sangat mematikan.
"A... aku i.. izin untuk pergi" Nafas Seonghwa terengah-engah. Matanya perlahan berubah menjadi putih dan berikutnya dia memejamkan matanya. Hanya matanya, mulutnya masih bisa mengeluarkan suara.
"Jangan tinggalkan aku Hyung" Jongho terisak, dia tau jika Seonghwa tidak akan selamat dan ajal akan menjemputnya.
Yeosang perlahan melangkah mendekati Seonghwa dan memakaikan cincin yang ia bawa tadi ke jari manis Seonghwa. Ntah mengapa rasa sedih menyelimuti dirinya. Baru pertama kalinya dia merasa sesak yang begitu hebat.
"Maafkan aku Hyung. Aku tidak bermaksud untuk melakukan ini." Setelah selesai mengucapkan kalimat itu. Seonghwa seketika berubah menjadi Sebuah pohon besar dengan daun yang lebat dan akar yang menjulang keluar dari tanah. Pohon itu begitu tinggi, sekitar seribu kaki. Lautan api kini berubah menjadi taman bunga yang indah. Awan hitam berganti dengan awan putih dan burung yang turut berterbangan menambah kesan keindahan alam.
"Apa ini?" San kebingungan dengan apa yang telah terjadi, bukan hanya San. Semua yang ada di sana juga turut bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan, Wooyoung menjelaskan pada mereka bahwa orang yang telah menjadi wadah segel akan berubah bentuk menjadi pohon. Sekelilingnya juga akan tumbuh bunga yang indah.
"Sekarang apa?" Hongjoong menyeka air matanya, di menatap penuh percaya diri kearah Yeosang dan Wooyoung. Hongjoong tau jika menangisi seseorang terlalu lama itu tida baik dan hanya akan meninggalkan luka yang dalam.
"Kita harus mencari Mingi, karena aku menyuruhnya untuk mencari sebuah kompas yang akan mengantarkan kita ke negri Wonderland" Tuturan dari Yeosang mereka angguki paham. Tiba-tiba sebuah portal lingkaran terbentuk di depan mereka, mereka tau jika itu adalah portal yang di buat Yeosang.
"Tunggu apa lagi? Ayo pergi" Wooyoung yang pertama kali masuk dan yang terakhir masuk adalah Yunho, dia menatap pohon besar yang sebenarnya adalah sahabatnya. Dia tersenyum dan mengucapkan sesuatu pada pohon itu sebelum pergi masuk ke portal.
"Aku tau kau akan kembali"
TBC...
Gayus gua mau kasih tau nih ya. Gua bakalan Hiatus dulu nulis ceritanya_T kuota gua abis, Tapi tenang aja, gua bakalan dobel up kok ✌️
Maaf banget ya kalo ceritanya gaje. Karena cerita ini di tulis waktu gua gabut aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland ATEEZ [ End ]
FantasiDunia menjadi suram. Tidak ada lagi kata kebahagiaan di penjuru dunia, hanya ada kesengsaraan yang merajalela. Sebuah Jam pasir yang mengendalikan dunia telah lenyap di telan kegelapan, delapan pemuda dengan jiwa pahlawan yang menyelamatkan dunia da...