41. Penguntit

30 4 0
                                    

Echi merebahkan tubuhnya disofa ruang keluarga, ia membuka ponselnya yang baru saja diberikan Daffin sepuluh menit yang lalu. Dan jam menunjukkan pukul empat sore

Rasanya sudah berhari-hari handphone Echi disita oleh Daffin. Tapi kenapa tidak ada satupun notif dari Arham? ya minimal sekedar menanyakan kabar, atau apalah itu.

"Tu anak kenapa ya sama gue?" gumam Echi

Pikiran Echi terus menerawang jauh, sesekali memikirkan tingkah konyol Arham, wajah tampannya bahkan perhatian-perhatian kecilnya. Tapi sesekali juga terlintas rasa bersalah Echi terhadap pria bermata teduh itu.

"Gue harus tanya bunda," ucap Echi yang kini berencana menemui Anika di kebun belakang rumah.

*

"Biar Echi bantu bun," ucap Echi mengambil alih sabit dari tangan Anika dan mulai membabat rumput sisa pekerjaan Anika tadi di perkarangan belakang

"Kamu itu loh kalau ada butuhnya aja baru bantuin bunda," balas Anika

"Aelah bun, gak bisa banget kayaknya liat Echi rajin dikit," sahut Echi

Anika yang sedang menggemburkan tanah didalam pot refleks terkekeh mendengar jawaban Echi. "Langsung aja ke intinya chi, males ah basa-basi." ucap Anika

Echi seketika menghentikkan aktivitasnya. Gadis ini langsung mendekatkan tubuhnya untuk duduk disebelah Anika. "Bunda tau kan kalau Arham tu anak baik-baik?" tanya Echi

Anika menganggukan kepalanya tapi pandangan dan tangannya tetap fokus ke tanah yang sedang ia olah. "Iya bunda tau," jawab Anika

"Ya kalau bunda tau, kenapa gak mau belain Echi waktu itu sih bun?" tanya Echi kesal

Anika menghela napas pelan. "Anaknya emang baik, caranya yang gak baik." balas Anika membuat Echi semakin bingung

"Gak baik gimana sih bun? Echi cuma duduk di minimarket deket rumah, itupun Echi bawa Ken juga—-" ucap Echi

"—gak mungkinlah Echi macem-macem bun," sambungnya

Anika menyelesaikan aktivitasnya lalu membuka sarung tangannya yang sudah kotor karena tanah. Ia beranjak dan memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang ada di kebun belakang. Echi yang melihat itu langsung mengikuti Anika dan menyusul duduk di sebelah wanita parubaya itu.

Anika meluruskan kakinya, dan menenggak air mineral yang tersedia di meja itu.

"Keluyuran malem-malem bahkan dia nyuruh kamu kesana sendiri loh Chi, pakai motor lagi—"

"—ya minimal kalau mau ngajak anak gadis orang datangi rumahnya terus pamit ke orang tuanya, bukan jumpa depan gang." lanjut Anika

Echi mengangguk paham. "Tapi niat awalnya bukan mau ketemuan bun, cuma ada perlu sebentar." jawab Echi

"Iya bunda tau, Daffin dan ayahmu gak bakal maklumi sama alasan itu, kamu tau kan mereka gimana?" tanya Anika

Echi mengangguk lemah. ya ternyata itu alasan ayah dan kakaknya marah besar kemarin. Tapi, tetap saja Echi masih merasa dirinya dan Arham tidak bersalah.

"Arham ngediamin Echi tau bun, risol yang Echi buat subuh tadi, Echi bagiin dikelas." ucap Echi lesu

"Loh emangnya Arham gak mau risolnya?" tanya Anika

Ya, subuh tadi Echi meminta bantuan Anika untuk membuat risol spesial itu, karena memang itu untuk Arham, tapi pria itu malah menolaknya. Benar-benar sakit hati Echi.

Echi menggeleng lemah. "Kayaknya dia masih marah sama Echi bun." jawabnya

"Ya, harusnya kam—" ucap Anika tercekat

I'm Here √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang