Wajah Arham mendadak merah padam, tangan kirinya mengepal kuat dengan rahang yang semakin tegas.
Emosinya sudah di ujung tanduk "GUE HARUS TOLONG ECHII." Arham menyerahkan ponselnya kembali kepada yuda dan berlari secepat kilat mengambil motornya.
"HAM TUNGGUIN!" teriak bima
Arham berlari secepat kilat mengambil motornya di garasi. Kepergiannya di ikuti oleh Nando, Devan dan Bima.
Kini mereka bertiga melongo menyaksikan Arham yang sedang mengaitkan helmnya.
Arham turun dari motor lalu menghampiri Nando. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Nando, hingga jarak wajah mereka hanya satu senti saja.
"Bang kali ini gue gak minta tolong sama lo buat mukulin temen gue lagi. Tapi gue minta tolong sama lo alihkan perhatian mama jangan sampe dia tau kalo gue bakal ngehajar anak orang malam ini." pungkas Arham dengan keyakinan yang mantap
Nando menelan salivanya, tangan kanannya secepat kilat menutup hidung mancungnya "Mulut lo bau kabel tebakar." sahut Nando merusak suasan mencekam malam itu
Arham memundurkan langkahnya, sejak tadi ia juga merasa kalau napasnya bau kabel terbakar
"Hueek." Nando memuntahkan angin dimulutnya
Tanpa membalas sepatah kata pun Arham langsung menaiki kembali motor CB hitamnya, tapi betapa terkejutnya Arham saat dua makhluk Aneh ikut nangkring diatas motornya. Arham spontan menoleh kebelakang dengan mata melotot sempurna
"Gak akan cukup kalo kita tartig markonah!" teriak Arham menatap nyalang kedua sahabat sintingnya
"Lo kan punya mobil bangsat." sungut Bima
Arham tergesa-gesa turun dari motornya, ia langsung berlari keluar pagar dan mengambil alih mobil pick up pengangkut sewa dekorasi pesta ulang tahun yang terparkir rapi dipelipir pagar rumahnya.
Kepergian Arham tak luput dari dua assisten gilanya itu.
Sang sopir masih tertidur pulas. Tanpa pikir panjang Arham langsung menstater mobil itu, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Mereka berempat desak-desakan didalam kepala pick up. Ada Arham, Devan, Bima dan sopir pick up yang masih tertidur pulas.
"IUH!" celetuk devan seraya menyingkirkan lengan sang sopir dari hadapannya
"Ketiaknya bau kembang kantil." sungut bima sembari menutup setengah wajahnya dengan kerah baju yang di naikkan
Arham terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tubuh bima dan devan terguncang ke kenan dan ke kiri.
Bima berdecak kesal lalu geleng geleng kepala "Arham Arham. Ada mobil mewah malah naik giniin. Lagian kita mau kemanasih?" titah Bima kesal
"JANGAN BANYAK PROTES. GUE GAK NYURUH LO BEDUA IKUT !" bentak Arham
Bima melotot heran, baru kali ini Arham bisa membentaknya seperti itu.
"Emang napa sih gak boleh? sombong amat." sinis devan
Cittttt
Brrak
Arham memukul stir dengan kencang saat ia harus ngerem mendadak karena lampu merah.Arham melirik kedua sahabatnya yang masih fokus menatap ke depan. "Echi di sekap sama Aliandra bajingan itu!"
Devan dan bima spontan melirik kearah Arham. "Kok lo gak bilang dari tadi sih? lo kira lo jagoan apa? coba kalo kita gak keukeh mau ikut, pasti lo bakal abis di hajar mereka!" ucap Bima
"Eh ha'ah lah." sahut devan
"Dimana?" tanya bima
"Gedung bekas pabrik, belakang sekolah." titah Arham