33. Suci yang haram

2.1K 205 23
                                    

Seperti pagi biasanya Anika selalu di repotkan dengan kesibukan dapur dan anak gadis satu-satunya yang sangat sulit bangun pagi, siapa lagi kalau bukan echi.

Dengan langkah panjangnya Anika melesat cepat menuju kamar gadis bergingsul itu.

Setiap pagi Anika selalu menjadi alarm setia untuk anak bungsunya itu.

Tangan anika mulai meraih handle pintu kamar echi

Ceklek
Pintu terbuka dan

Anika tersentak kaget saat melihat putrinya sudah berseragam rapi dan sedang menyisir rambutnya dihadapan cermin.

Sorot mata anika melirik ke jam dinding yang ada di kamar echi, masih pukul 05.30 pagi.

"Tumben bangun jam segini? Tanpa bunda bangunin lagi. Kesambet apa?" selidik Anika

Echi menoleh sejenak lalu kembali menyisir rambutnya. "Bunda ini gimanasih, anaknya mau belajar mandiri masak dibilang kesambet." cicit echi sembari menata helai helai rambutnya.

Anika menyandarkan tubuhnya ke dahan pintu, ia menghela napas berat. "Gimana bunda gak kaget coba. Kamu kan biasanya gak akan bangun sebelum bunda tereak tereak sampe kedengeran sama pak rt." cibir Anika

Echi terkekeh lalu meletakkan sisir ditangannya ke meja rias. Ia berbalik badan dan menghampiri Anika yang masih tersandar diambang pintu.

Gadis itu tiba-tiba merangkul Anika. "Yuk bun kita masak." ajak echi lalu melangkahkan kakinya keluar kamar seraya merangkul ibunya

Anika spontan melotot kaget, ia pasrah tubuhnya dituntun echi menuju ke dapur, tapi sorot matanya tak henti memperhatikan echi yang tiba tiba aneh.

"Masak? Ini beneran kan kamu gak kesambet?" tanya anika heran selama diperjalanan menuju dapur

Echi melirik wanita parubaya disebelahnya itu sejenak lalu ia terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

Sedangkan anika masih tak percaya? Tumben tumbenan echi bangun pagi sendiri, terus mau bantuin masak lagi. Apalagi namanya kalau bukan kesambet.

******

Kini echi duduk dikursi dapur sembari memotong buah-buahan. Sejak tadi gadis itu tak bisa berhenti tersenyum saat pikirannya terus terbayang tingkah-tingkah Arham yang sering mengganggunya. Kalau dipikir pikir pria itu cukup menggemaskan bagi echi saat ini.

Kejadian saat arham menautkan jari jemarinya ke tangan echi pun ikut terngiang dikepalanya, echi terus mengembangkan senyumnya, saat ini mungkin ia akan benar-benar terpikat oleh pria bermata teduh itu!

"Ini beneran kamu bisa buat salad sendiri? Gamau bunda bantuin?" tanya Anika sembari mengaduk bubur yang ia masak

"Yaelah bun, cuman salad doang mah kacang bun. Echi udah bosen liat tutorialnya di youtube." sahut echi dari meja makan.

Anika berbalik badan, menatap heran ke arah putrinya "Emang tu salad buat siapasih?" selidik anika

"PASTI ARSEN." tebak anika

Echi berdecak kesal. "Kepo banget emak emak jaman sekarang." sahut echi masih fokus dengan buah buahan yang ia potong

Anika hanya geleng-geleng kepala lalu kembali mengaduk masakannya.

Echi tak bisa berhenti tersenyum. Sebenarnya ilmu membuat salad ini baru tadi malam ia pelajari di youtube. Karna masakan segampang apapun tetap terasa sulit bagi gadis yang hampir mendekati kata tomboi itu. Bisa masak mi instan aja sudah jadi kebanggaan tersendiri bagi echi apalagi bisa bikin salad buah.

"Bunda sejak kapan kenal Arham?" tanya echi tiba-tiba

Anika menoleh sejenak, lalu tangan kanannya mematikan kompor. "Memangnya Arham gak cerita sama kamu?" tanya anika sembari mendudukkan bokongnya di kursi sebelah echi

I'm Here √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang