34. Salad buah minta disantet

1.8K 187 23
                                    


"Nih buat lo." Echi menyodorkan kotak kado berwarna biru dan kotak bekal berisi salad buah yang sejak tadi selalu ia bawa

Arham menaikkan satu alisnya. "Gue gak lagi ultah nyet," ujarnya heran

Tubuh Echi berangsur turun dan ia mengambil posisi duduk disebelah Arham

Echi menghembuskan napas perlahan sembari menyelipkan anak rambutnya yang diterpa angin ke telinga kirinya.

"Iya gue tau udah telat. Tapi kan kemarin gue udah buat acara lo rusak, bahkan gak sempet dateng kerumah lo da---"

"Udah gausah dibahas," potong Arham cepat

"Btw makasih." Lanjut Arham dengan sudut bibir terangkat manis

Senyum Echi mengembang walau balasan arham hanya sesingkat itu, tapi melihat senyum cowok itu terukir sudah bisa menenangkan hatinya.

Echi melirik Arham tak enak. "Gue pengen berdua sama lo boleh gak?" Tanya echi menatap lekat pupil coklat Arham

Devan dan bima spontan mendelik. "Lo ngusir kita keong?" tanya Bima sinis

Echi mencebikan bibirnya. "Dimana letak kata ngusir di ucapan gue barusan?" tanya Echi sinis

"Itu namanya Lo ngusir kita secara gak langsung," sahut devan

Echi berdecih sinis. "Gausah ngarang,"

"Siapa yang ngarang? Kan lo emang ngusir kita. Supaya bisa dua-duaan sama si kutu kupret ini kan," cibir Bima melirik Arham yang masih bungkam

Ekor mata Arham melirik malas ke Bima. "Iri bilang sahabat,"

Bima dan devan mendengus kesal lalu mereka mengeluarkan balsem otot geliga dari saku celana mereka. Devan dan bima mengoleskan balsem itu ke leher mereka dengan sangat brutal sambil melempar tatapan tajam ke Arham

Arham melotot kaget, mulutnya nyaris ingin beristigfar, tapi ia tahan dan memutuskan untuk beristigfar dalam hati. "Lo gila ha? Itu balsem? bego pa begimana sih?"

Devan dan bima semakim sengit mengoleskan balsem itu ke lehernya. "Ini krim penahan rasa ingin menghujat!" Balas bima sengit

Devan mengangguk setuju. "Karna kita males ribut!"

Arham bergidik ngeri lalu menjauhkan tubuhnya dari dua orang sinting itu.
Namanya juga dua tutup balsem, pasti kemana mana ya selalu bawa balsemnya.

Kini sorot mata Arham berpaling kearah echi yang tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Ngapain?"

"Lagi mabar," balas Echi singkat

Arham menaikkan satu alisnya, dengan ekor mata yang mencuri-curi pandang ke arah ponsel echi. "Oh sama Arsen ya?" sahut Arham sok tau

Echi mencebikan bibirnya tanpa menatap Arham, pandangannya masih fokus dengan game PUBG yang sedang menyala di ponselnya.

"Sama tante Iren," pungkas echi singkat

Arham melotot kaget, kali ini lidahnya mendadak kelu untuk berucap. Ah! Mamanya itu memang benar-benar tidak bisa lagi dibayangkan pakai akal sehat.

Arham melirik kotak bekal berwarna pink pemberian echi yang ia letakkan, lalu menatap secara bergantian kearah bima dan devan yang masih berbaring disamping kanannya.

Mereka berdua sedang menatap layar ponsel dengan posisi vertical dan tubuh mereka terus menggeliat kepanasan akibat balsem tadi, pantes sejak tadi tak bersuara sedikitpun. Arham hanya terkekeh pelan lalu mengalihkan kembali pandangannya ke arah echi

I'm Here √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang