Richy sedang berkutat dengan komputernya ketika Fian menelepon. Pria itu mengernyit melihat layar ponselnya. Jarang-jarang Fian tiba-tiba menghubunginya melalui panggilan suara. Biasanya kakaknya itu hanya akan mengiriminya chat.
Khawatir ada sesuatu yang penting, Richy meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk mengangkat telepon dari Fian. "Halo, Mas?"
"Halo, Rich. Lagi sibuk ya?"
Richy menyandarkan punggungnya di kursi sembari memperhatikan program komputernya yang sedang berjalan. "Lumayan. Ada apa, Mas?"
"Nanti malam makan di rumah Mas ya."
Lagi-lagi Richy mengernyitkan keningnya. Mereka kan baru saja makan malam bersama beberapa hari yang lalu. "Males ah. Aku mau makan malam di kantor aja biar bisa sambil nyicil kerjaan."
Fian berdecak sebal di ujung sambungan. "Makan junkfood lagi? Udah, pokoknya malam ini makan di rumah supaya kamu makan sehat. Nanti Mas minta Alena untuk ngajak Tiana juga."
Richy memutar bola matanya dengan malas. "Aku makan sehat kok. Nanti cari makanan empat sehat lima sempurna deh. Lagian Mas ngajak Tiana lagi. Dia aja dari kemarin gak bales chatku."
"Pokoknya Mas tunggu. Kalau gak datang, awas aja." Tanpa menunggu jawaban dari Richy, Fian langsung memutuskan sambungan.
Seharusnya Richy meletakkan ponselnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, namun dia kembali teringat akan Tiana yang sejak dua hari lalu tidak kunjung membalas chatnya. Dia mencari nama Tiana di chatlist kemudian mengirimi sebuah pesan lagi. Kalau Tiana masih tidak membalas, Richy berjanji tidak akan mau mengirimkan chat pada cewek itu sampai sebulan ke depan.
To: Justitia
Lo kenapa sih? Chat gue gak dibales-bales. Perasaan, waktu itu kita udah damai.
Richy tidak yakin kalau Tiana akan segera membalas pesannya, jadi dia memutuskan untuk meletakkan terlebih dahulu ponselnya. Di luar dugaan, layar ponselnya tiba-tiba menyala tepat setelah benda itu bersentuhan dengan meja. Nama Tiana tertera di sana.
"Hm?" gumam Richy begitu ia mengangkat telepon.
Suara kekehan Tiana terdengar di ujung sambungan. "Ciye... ngambek lo sama gue?" tanyanya mengejek.
Richy mendengus. "Lo kali yang ambekan."
"Sorry, sorry. Dua harian ini gue off sosmed. Lo kangen ya?"
"Ngapain off sosmed? Gak menikmati keviralan lo?"
"Lumayan. Nih gue pas buka DM, banyak tawaran endorse."
"Ada untungnya juga lo gak punya agensi atau manajer ya. Bisa seenaknya on off sosmed tanpa ada tuntutan," komentar Richy.
Tiana tertawa. "Nah, sekarang lo paham kan kenapa enakan kayak gini. Lagian gue gak terkenal-terkenal banget kok. Belom butuh lah."
"Belum aja lo ntar kelimpungan sendiri. Lo diajak makan malam di rumahnya Mas Fian?"
"Iya. Rajin bener ya Mas Fian ngasih makan anak yatim piatu macam kita."
"Jadi lo bakal datang?"
"Diundang ya datang lah."
"Bareng gue gak?"
"Gak usah lah. Gue bawa motor aja. Lagi pengen angin-anginan."
"Yakin?" tanya Richy sangsi. "Jangan-jangan cuma akal-akalan lo aja karena gak mau gue jemput. Masih ngambek kan lo?"
"Gak lah. Gue emang pengen motoran. Eh, udah dulu ya. Ada chat dari klien endorse nih. Anjir! Gue lupa hari ini harusnya posting produk mereka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
General FictionRichy mendapatkan sebuah kesempatan untuk memiliki kembali sosok yang paling dia inginkan, Alena. Hanya saja, kesempatan itu diperoleh dengan cara yang terlalu menyakitkan sehingga Richy mempertimbangkan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Di sis...