Begitu sampai di Bandara Yogyakarta, Leo sudah terlebih dahulu menunggu kedatangan mereka di depan arrival gate. Mereka langsung bertolak ke Magelang tanpa berucap apapun. Sekedar mengucapkan bela sungkawa pun tak Leo lakukan. Dia tahu bahwa atasannya itu belum bisa menerima kepergian kakaknya sehingga ucapan bela sungkawa kemungkinan akan mengusik emosi Richy.
Tiana sendiri juga memilih diam, namun tangannya sama sekali tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Richy tiap kali mereka duduk bersebelahan. Sesekali Tiana memberi usapan-usapan lembut pada punggung tangan Richy, berharap hal itu bisa memberikan sedikit ketenangan pada Richy meskipun kemungkinannya hampir nol persen.
Meskipun Richy tidak lagi menangis, Tiana tahu itu bukan karena pria itu mulai tenang. Malah, rasa sakitnya pasti semakin terasa sehingga untuk menangispun Richy sudah tidak sanggup.
Tidak berniat membanding-bandingkan sebuah kehilangan, akan tetapi Tiana sudah pernah berada di posisi ini sebelumnya. Kedua orang tuanya meninggal bersamaan pada sebuah kecelakaan ketika Tiana masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tiana yang merupakan anak satu-satunya, praktis menjadi sebatang kara semenjak kejadian itu. Untunglah dia masih memiliki beberapa sanak keluarga yang berbaik hati merawatnya hingga lulus sekolah.
Ketika kehilangan itu datang, segala rasa bercampur aduk. Kecewa pada takdir, frustasi akan keadaan, dan putus asa terhadap rasa sakit. Awalnya Tiana juga menangis sampai dadanya sesak, namun lambat laun rasa sakitnya malah bertambah karena dia dipaksa menerima kenyataan bahwa orang-orang terkasihnya telah tiada. Dan ketika dia sudah sadar akan kenyataan itulah, sekedar untuk menangispun rasanya tidak sanggup.
Genggaman tangan Tiana pada Richy perlahan terlepas ketika Tiana mendapati ponselnya bergetar. Terakhir kali dia mengecek ponselnya saat mengabari Dean dan Masya soal kepulangannya yang mendadak hari ini dan Dean memperbolehkan. Dia bahkan melobby para klien endorse agar mau beralih ke talent lain dikarenakan saat ini Tiana sedang berduka dan untungnya para klien mau. Untuk hal ini, Tiana benar-benar bersyukur sudah bergabung bersama Dean.
Begitu membuka kunci layarnya, Tiana mendapati sebuah chat dari Savio. Sepertinya cowok itu sudah mendapatkan informasi dari Masya.
From: Elsavio
Aku turut berduka cita atas kepergian kakak angkat kamu, Tiana. Hati-hati di perjalanan ya.
Diam-diam, Richy melirik layar ponsel Tiana. Dari jarak sedekat ini, dia bisa membaca isi chat dari Savio.
To: Elsavio
Aku baru aja tiba, Sav. Ini lagi di perjalanan ke Magelang.
From: Elsavio
Kapanpun kamu butuh teman cerita, aku siap dengerin. Yang kuat ya, Ti. Aku udah dengar dari Masya kalau kamu dan Kak Fian dekat banget. Dia juga orang baik.
Tiana terdiam sejenak setelah membaca chat dari Savio. Dia kemudian mulai mengetikkan balasan di sana.
To: Elsavio
Nanti malam kalau memungkinkan, aku bakal nelpon. Thanks ya, Sav.
From: Elsavio
Anytime, Tiana.
Setelah itu, Tiana kembali memasukkan ponselnya ke saku jaketnya. Ia menoleh untuk melihat Richy. Ternyata, pria itu juga sedang menatapnya.
"Kenapa?" tanya Tiana.
Richy menggeleng pelan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah depan. Leo sesekali melihat ke arah belakang untuk memastikan semua baik-baik saja.
"Aku udah nyiapin roti di paper bag cokelat itu. Siapa tau Mbak Tiana atau Mas Richy belum makan siang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
General FictionRichy mendapatkan sebuah kesempatan untuk memiliki kembali sosok yang paling dia inginkan, Alena. Hanya saja, kesempatan itu diperoleh dengan cara yang terlalu menyakitkan sehingga Richy mempertimbangkan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Di sis...