Richy mengetuk-ngetuk kemudi dengan tidak sabar. "Udah belum?"
Tiana mengangkat salah satu tangannya sebagai tanda 'bentar', sementara tangan yang satunya lagi memegang ponsel yang dia arahkan ke arah langit malam dari dalam kaca mobil. Dia sudah mengubah angle berkali-kali dan belum juga menemukan foto yang pas.
"Kurang estetik," gumamnya. "Rich, coba tangan kamu pegang persneling. Mau aku fotoin."
"Untuk apa sih?" Richy mulai kesal. Sudah hampir sepuluh menit mereka di dalam mobil dan belum juga selesai dengan segala tetek bengek konten sosmednya. "Kita bisa telat ini."
"Yah, si curut gak sabaran banget sih lo. Bantu gue nyari makan kenapa sih? Dari pada gue morotin duit lu." Tiana berujar sambil mencari-cari filter yang menurutnya bagus. "Sekali deh nih gue fotoin tangan lo terus udah, kita jalan."
Mau tak mau Richy melakukan apa yang diminta Tiana. Dia meletakkan tangannya di persneling dan membiarkan cewek itu mengambil foto sesukanya.
"Jangan tag gue." Richy mewanti-wanti begitu melihat raut sumringah Tiana, pertanda dia sudah menemukan foto yang cocok. "Denger gak?"
Tiana berdecak. "Iya, bawel ah."
Kali ini tanpa meminta persetujuan Tiana, Richy mulai melajukan mobilnya. Kalau dia bertanya lagi 'jalan sekarang?' bisa-bisa mereka batal ke rumah Fian malam ini.
Sebenarnya Richy cukup memaklumi kehausan Tiana akan foto ataupun video demi konten karena cewek itu adalah seorang selebgram plus tiktoker yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Awalnya Tiana berkarir sebagai model, akan tetapi tiba-tiba saja dia memutuskan untuk pensiun dari dunia modeling dengan alasan capek, bosan, dan menjadi selebgram lebih cuan.
Karena itu juga Richy harus selalu siap jika bepergian dengan Tiana. Pasti dia akan dijadikan bahan konten dadakan ataupun kameramen jika diperlukan.
Pernah sekali Tiana memposting ketika dirinya dan Richy sedang nongkrong di kafe. Selain itu, dia juga menandai akun Richy di postingannya. Itulah puncak trauma Richy. Akun instagramnya tiba-tiba difollow ribuan orang, ditambah lagi wajahnya muncul di akun-akun gosip. Padahal setahu Richy, Tiana hanya seorang selebgram, bukannya aktris ternama atau apa. Dan lebih menjengkelkannya lagi, Tiana sangat menikmati itu karena menurutnya semakin banyak namanya diperbincangkan, semakin bertambah juga popularitasnya.
"Hai, guys! Nih aku mau kenalin camilan favoritku..."
Richy sempat terlonjak kaget karena 'hai guys!' yang terdengar lebih seperti sentakan dibandingkan sebuah sapaan. Dia melirik sekilas dan mendapati Tiana sedang sibuk mempromosikan keripik buah yang entah muncul dari mana.
"Nih penampakan cincinnya kalau suasana lagi remang-remang. Cantik kan? Permatanya glowing shimmering splendid gitu..."
Richy mendengus. Kayaknya hampir semua yang dikenakan Tiana malam ini adalah produk endorse-an deh.
Suara kekehan Tiana membuat Richy lagi-lagi harus menoleh. "Lo kenapa lagi?"
Tiana menunjukkan layar ponselnya sekejap. "Ini lho, pada ributin itu yang gue posting tangan siapa. Mereka nebang-nebak ini tuh tangan si Cello apa bukan. Ya kali gue jalan ama Cello."
Richy mengernyitkan dahi. "Cello?"
"Ck. Lo amnesia ya? Cello tuh mantan gue yang tiga bulan lalu."
"Oh, iya. Dan gue hafal nama semua mantan lo yang tiap bulannya ganti," sindir Richy.
Tiana mengedikkan bahu tidak peduli. "Kalau gak cocok ya diganti lah. Emangnya elo." Suaranya mengecil di akhir kalimat.
"Gue?" tanya Richy bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
Fiction généraleRichy mendapatkan sebuah kesempatan untuk memiliki kembali sosok yang paling dia inginkan, Alena. Hanya saja, kesempatan itu diperoleh dengan cara yang terlalu menyakitkan sehingga Richy mempertimbangkan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Di sis...