Tiana mengedarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan yang ia taksir berukuran 5x6 meter. Begitu masuk, ia disambut dengan ruang bersantai yang bisa difungsikan sebagai ruang tamu juga yang ukurannya cukup kecil tapi sudah cukup bagi Tiana. Terdapat satu kamar, 1 kamar mandi, dan 1 dapur kecil juga di dalam.
"Selain tempat tidur dan lemari, kami sudah menyiapkan kompor induksi dan AC, Kak," ucap seorang penjaga kost yang dinilai Tiana lebih mirip seorang agen properti.
Masya lebih dulu berderap ke arah kamar dan membuka pintu. Dia memperhatikan sebuah spring bed berukuran single dan lemari sliding yang sudah tertata rapih di dalam. Kamarnya juga sangat bersih sehingga kalau Tiana jadi menempati tempat ini, Masya rasa cewek itu tidak perlu repot bersih-bersih.
"Wah, beda ya kost eksklusif. Berasa kayak rumah kontrakan tapi versi minimalis," komentar Masya.
"Saya bakal jadi orang pertama yang menempati kamar ini ya?" tanya Tiana.
Penjaga kost itu mengangguk. "Betul, Kak. Kost ini baru selesai pembangunannya bulan lalu. Beberapa kamar masih belum pernah ditempati."
Salah satu alasan kenapa Tiana memilih tempat ini adalah karena dia tahu bangunannya masih baru. Tiana pernah memiliki pengalaman buruk tentang kamar kost.
Sebelum dia pindah ke Magelang dulu, dia sempat ngekost setelah Tantenya menjual rumah karena butuh biaya untuk kuliah anaknya. Apesnya, kamar kost yang dipilih Tiana ternyata sebelumnya ditempati oleh anggota sekte sesat.
Awalnya Tiana skeptis dengan hal-hal semacam itu. Karenanya, saat dia hendak mengganti wallpaper dinding dan melepaskan wallpaper yang lama lalu menemukan simbol bintang dan gambar manusia berkepala hewan, Tiana menganggap itu hanya bentuk keisengan penyewa sebelumnya.
Hampir seminggu Tiana tidak bisa tidur tenang karena mendengar suara-suara aneh tiap malamnya. Puncaknya adalah di malam ke delapan dia tidur di tempat itu. Tiana dibuat histeris dan lari seketika ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri barang-barang di kamarnya terlempar kesana kemari.
Tiana merutuki kebodohannya karena sudah membayar kost itu untuk dua bulan ke depan. Uangnya juga menipis kala itu. Untunglah Richy masih tinggal di Jakarta juga sehingga selama dua bulan Tiana lebih sering numpang di apartemen pria itu. Terkadang kalau cekcok dengan Richy karena hal-hal kecil, Tiana beralih ke rumah Masya.
Sebenarnya Tiana dan Masya lumayan dekat sejak jaman kuliah. Hanya saja, mereka jarang menghabiskan waktu bersama seperti pertemanan pada umumnya. Mereka berdua lebih banyak membahas soal pekerjaan ketika bertemu. Namun, sedikit banyak Masya mengetahui beberapa hal tentang Tiana termasuk kost angker yang ditempati Tiana dulu.
"Kalau menurut gue sih ini udah oke," ucap Masya setelah berkeliling. Si penjaga kost dibuat bingung ketika Masya meraba-raba tembok seperti sedang memastikan sesuatu. "Teman saya pernah trauma sama kost-an, Mas. Di temboknya ada simbol-simbol aneh, jadi saya periksa dulu nih."
Penjaga kost itu hanya nyengir dan mengangguk. "Di sini saya jamin gak ada hal-hal seperti itu, Kak. Kami selalu ngecek baik-baik semua calon penghuni yang mau nyewa di sini."
"Oke, Mas. Saya jadi nyewa di sini. Pembayarannya via transfer kan?"
"Iya, Kak. Pembayaran tiap bulan ditransfer saja ke rekening pemilik kost, nanti saya kirim ke Kakak melalui chat."
Tiana mengangguk. "Saya mau langsung pindah sore ini."
"Baik, Kak. Kita ke ruang depan dulu ya untuk bicarakan rules dan lain-lainnya sekaligus penyerahan kunci kost dan pagar."
Sambil mengikuti penjaga kost berjalan ke ruang depan, Tiana memeriksa ponselnya dan mendapati chat dari Alena dan Richy. Alena bertanya kapan Tiana akan kembali, sementara Richy yang Tiana kira marah malah menginformasikan sesuatu yang sukses membuat Tiana tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
General FictionRichy mendapatkan sebuah kesempatan untuk memiliki kembali sosok yang paling dia inginkan, Alena. Hanya saja, kesempatan itu diperoleh dengan cara yang terlalu menyakitkan sehingga Richy mempertimbangkan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Di sis...