Tiana menyeruput bobanya sembari membaca komentar-komentar yang memenuhi postingan foto dirinya dan Savio di Instagram cowok itu. Terkadang dia terkikik sendirian tiap kali menemukan komentar penuh hujatan yang ditujukan pada dirinya sendiri.
Mungkin karena sudah terlalu sering dihujat sehingga Tiana malah merasa komentar-komentar itu sangat lucu. Justru terkadang dia kurang nyaman membaca komentar-komentar penuh dukungan yang ditujukan padanya karena rasanya begitu... asing baginya. Tiana dibuat heran dengan orang-orang yang masih saja membela dan mendukungnya, dia selalu bertanya-tanya bagaimana orang-orang baik itu diperlakukan di dunia nyata sehingga mereka tumbuh menjadi orang yang sangat menyenangkan.
"Lo kenapa dah senyum-senyum sendiri, terus ntar sok-sok melow. Stress lo?" tanya Masya yang ternyata sedari tadi memperhatikan dirinya. Tiana pikir cewek itu sedang sibuk dengan ponselnya.
Tanpa memandang Masya, Tiana tetap menggerak-gerakkan jempolnya pada layar ponsel. "Baca komen netijen," jawabnya cuek.
Masya mencondongkan dirinya sehingga kini dia bisa melihat raut Tiana dengan lebih jelas. "Lo sedih ya?"
Tiana sedikit melirik Masya dengan kedua alis menukik. "Sedih? Ya kali gue lagi viral kok sedih."
Masya berdecak. "Lo gak bisa bohongin gue. Gue juga sering berada di posisi itu. Ti, bukannya lo pinter masak ya? Kenapa gak buat konten masak-masak aja?"
"Siapa yang mau buat konten masak-masak?" Dean muncul dan duduk di sebelah Masya.
Sejak tadi, Tiana dan Masya sedang bersantai di kantor Elysian Management. Mereka baru saja beres membuat konten makeup transisi. Masya memang seorang beauty influencer, karena itu hari ini Dean meminta Masya mengikutsertakan Tiana di dalam kontennya. Inilah yang mereka sebut dengan sistem 'carry'.
"Ini lho Kak. Aku saranin Tiana untuk bikin konten masak-masak," jawab Masya.
Tiana memutar bola matanya malas. "Lo pikir bakal laku kalau gue yang buat konten kayak gitu?"
"Laku lah. Lo kan udah ada nama. Atau ikutan Master Chef aja dulu."
"Stress lo," sahut Tiana.
"Emangnya Tiana suka masak?" tanya Dean.
"Bisa, tapi gak suka. Males, Kak," jawab Tiana.
"Kalau mau viral, lo buat aja konten masak-masak yang fenomenal kayak DEBM," ujar Masya.
Tiana mendengus dan kembali fokus dengan ponselnya. Dean juga mulai melihat-lihat ponselnya, seperti sedang memeriksa sesuatu.
"Followers kamu bertambah ya, Ti," ucap Dean.
Tiana mengangguk. "Hujatannya juga bertambah."
Dean terkekeh. "Gak usah dibaca. Cuekin aja."
"Seru kok bacanya."
"Saran saya, kamu mending balik tinggal di Jakarta deh. Biar tim bisa lebih mudah memantau kamu."
Tiana terdiam sesaat. Sejak pertama kali menyetujui untuk bergabung di Elysian, dia sudah menduga Dean akan memintanya untuk pindah ke Jakarta. Akan sangat susah bagi manajemen maupun Tiana sendiri untuk bekerja sama kalau Tiana masih tinggal di Magelang.
Tapi pindah dari Magelang sama dengan mengambil langkah menjauh dari Richy dan Tiana tidak mau itu terjadi. Susah payah dia mengurus segala kepindahannya ke Magelang, menyesuaikan agar pekerjaannya tetap berjalan meski tidak lagi tinggal di Jakarta, semua itu dia lakukan agar tidak kehilangan momen dengan Richy... maupun Alena.
"Kamu boleh pikir-pikir dulu kok. Saya cuma saranin aja karena kalau kamu balik ke sini, tentu karir kamu bakal meningkat karena bisa ikut banyak event," jelas Dean seolah bisa membaca kebimbangan di raut Tiana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity
Ficção GeralRichy mendapatkan sebuah kesempatan untuk memiliki kembali sosok yang paling dia inginkan, Alena. Hanya saja, kesempatan itu diperoleh dengan cara yang terlalu menyakitkan sehingga Richy mempertimbangkan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Di sis...