Seorang lelaki berusia 17 tahun sedang duduk di atas bangku taman ditemani dengan lampu jalan yang remang remang.
Dia hanya menatap kosong sambil memikirkan banyak beban yang harus ditanggung.
Sepulang sekolah, dia bekerja paruh waktu di sebuah restoran dengan menjadi seorang pelayan restoran.
Tunjangan gajinya tidak seberapa. Hanya cukup untuk membeli makanan saja.
Kadang dia selalu berpikir, kenapa kehidupannya harus payah seperti ini? Kenapa hidupnya tidak seenak orang lain? Kenapa anak seumurnya harus memikirkan tentang bekerja?
Lelaki itu mengusap kasar wajahnya. Pikirannya berantakan sekali saat ini.
"Heyy."
Kepalanya mendongak menatap sosok lelaki yang berdiri di sebelahnya. Lelaki itu tampak seperti 1 tahun lebih muda darinya.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya sosok lelaki itu.
Lelaki itu mengangguk dan membiarkan saja sosok lelaki itu duduk di sampingnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Dia menatap sosok lelaki itu nanar.
"Bukan apa-apa." Balasnya.
Sosok lelaki itu lantas tersenyum tipis.
"Aku tahu, kau sedang memikirkan tentang banyak hal, bukan?" Ucap sosok lelaki itu sekedar menebak.
Lelaki itu mengangguk pelan sambil memainkan jari-jarinya.
"Pasti kau pernah berpikir kenapa hidupmu harus seperti ini, ya?"
"Terkadang kehidupan itu berjalan tidak sesuai ekspetasi kita. "
"Apa yang kita harapkan, semuanya berjalan terbalik."
"Memang benar kata orang, dunia itu keras. Dunia itu kejam. Dunia itu banyak ujian."
Sosok lelaki itu menghela nafas pelan sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Semua manusia mempunyai masalah hidup. Masalah sepele atau masalah berat, tetap juga masalah, bukan?"
"Sepertimu sekarang."
Lelaki itu terkekeh pelan mendengar itu.
"Tapi kau harus ingat satu hal, bukan kau saja yang menderita, lebih banyak lagi orang yang menderita di luar sana, tanpa kita sadari."
"Maka dari itu, kau harus bersabar menghadapi semua ini. Ingat, semua ini adalah ujian duniawi."
Pukul 23.26 KST.
Seorang lelaki berdiri di hadapan flat sewanya.
Cek lek!
Flat sewa yang tampak agak sempit. Tidak ada banyak perabotan disitu. Hanya ada sebuah sofa yang lusuh, meja kayu, sebuah kursi dan meja makan. Hanya itu saja.
Namanya Na Jaemin. Seorang lelaki yang memiliki senyuman manis.
Dia tinggal bersendirian di sebuah flat sewa.
Sendirian.
Karena dia diusir keluar dari rumahnya oleh sang kakak.
Dia kini menjalani kehidupan dengan bersendirian. Dia bekerja untuk mendapatkan uang meski pendapatannya tidak seberapa.
Sekurangnya dia bisa makan menggunakan uang itu.
Jaemin melempar tasnya asal di atas sofa yang terlihat lusuh itu. Kemudian, dia melangkah ke dapur untuk mencari makanan.
Jaemin lantas membuka pintu kulkas.
Lelaki itu menatap isi kulkasnya untuk beberapa saat.
Kosong.
Tiada apa di dalam kulkas itu. Hanya ada sebotol air mineral di sisi pintu kulkas.
Jaemin menghela nafas pelan. Sepertinya dia harus menikmati makan malamnya dengan minum air mineral saja. Pasalnya, uang hasil kerjanya hari ini sudah habis untuknya membeli buku.
Dia mengambil gelas di rak pinggan, lalu menuangkan sebagian isi dari botol air mineral itu ke dalam gelas dan meneguknya hingga habis.
Setelah itu, Jaemin mengatur langkahnya menuju ke kamarnya.
Cek lek!
Dia membuka pintu kamarnya lalu memasuki kamarnya.
Kamar yang tidak memiliki kasur di dalamnya. Hanya ada sebuah lemari kayu yang sudah hampir bobrok, satu meja belajar berukuran sederhana dan sebuah kaca.
Seperti biasa sebelum tidur, Jaemin akan begadang sedikit lama untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
Jaemin mengeluarkan beberapa buku di dalam tas ranselnya lalu mengerjakan tugas sekolahnya.
Jam 00.41 KST.
Sudah lewat malam, namun Jaemin masih berkutat dengan soal-soal yang ada dihadapannya.
Dia tetap memilih untuk menyiapkan tugas sekolahnya.
Pada dasarnya, Jaemin itu anak yang pintar. Dengan kepintarannya, dia bisa mendapatkan beasiswa di sekolahnya. Hal itu membuat beban di pikirannya sedikit berkurang.
Setelah menyelesaikan tugas sekolahnya, Jaemin bangkit dari kursinya dan membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.
Matanya sudah mulai memberat. Tengkuknya juga merasa pegal akibat terlalu lama menunduk.
Tubuhnya merasa sangat lelah setelah seharian bekerja hari ini. Dia ingin segera beristirahat.
Seperti biasa, Jaemin akan tidur di atas lantai dengan beralaskan kasur tipis. Benar-benar tipis.
Jaemin lantas mengambil kasur lipat tipisnya lalu menggelar kasur tipis itu sebagai tempat tidurnya.
Dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dan membiarkan tubuhnya yang lelah itu beristirahat setelah menjalani satu hari yang berat.
Dia berharap agar besok adalah hari yang lebih baik dari hari ini.
Meski semua itu mustahil.
Setelah itu, netra kecokelatannya terpejam...
_______________
Sorry, untuk chap 1 hanya sependek ini 😕
So, voment nya manee 😶
Ok thanks 🥸
ILY ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...