Pukul 17.12 KST.
Jaemin hari ini dibenarkan pulang lebih awal karena Taeyong meminta pemilik restoran itu untuk mengizinkannya pulang karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Terutama dengan wajahnya yang pucat dan dia sempat mimisan tadi.
Jaemin kini duduk di bangku taman dekat sungai Han. Dia tidak berniat untuk pulang ke flat sewanya setelah pulang dari tempat kerjanya.
Lelaki itu ingin berada di sini lebih lama untuk menenangkan pikirannya yang tampak sangat berantakan dengan banyak masalah yang bersarang di kepalanya. Tertekan sekali rasanya.
Jaemin menghela nafas pelan. Matanya menatap hamparan sungai yang terbentang luas itu. Kepalanya masih terasa pusing saat ini.
"Jaemin."
Jaemin menoleh ke arah sumber suara itu.
"Kau?" Ucapnya saat melihat Haechan berada di sebelahnya.
"Sedang apa sendirian disini?" Tanya Haechan sembari tersenyum.
"Tidak ada." Sahutnya.
"Mau ku temani?"
Jaemin mengangguk pelan membiarkan Haechan duduk di sampingnya.
"Kau tampak berantakan sekali. Apa yang mengganggu mu?" Tanya Haechan menatap Jaemin lamat-lamat.
Jaemin menghembuskan nafas berat.
"Entahlah."
Haechan mengerutkan keningnya.
"Hmm? Wae? Tidak ada manusia yang tampak berantakan tanpa sebab. Aku tahu ada sesuatu yang membuatmu seperti ini."
Jaemin menoleh menatap Haechan dengan senyuman tipis. Entah kenapa dia merasakan sebuah kehangatan sekarang. Dia merasa masih ada orang yang peduli tentangnya.
"Wajahmu pucat sekali. Kau sakit, ya?" Tanya Haechan menatap Jaemin dengan sorot penuh kekhawatiran.
Jaemin menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan saja."
"Baik-baik saja apanya? Wajahmu itu sangat pucat seperti mayat hidup saja."
Jaemin menundukkan kepalanya lesu. Benar juga, tidak ada yang baik-baik saja saat ini.
Suasana hening menyelimuti mereka berdua untuk beberapa saat.
"Tidak ada manusia yang baik-baik saja. Pada akhirnya, mereka akan mempunyai masalah juga." Haechan kembali bersuara.
Jaemin menghela nafas pelan sembari menatap Haechan.
"Mau cerita?" Tanya Haechan. Membuat Jaemin menoleh menatapnya.
"Bolehkah?" Jaemin berbalik menanya.
"Tentu saja."
Haechan tersenyum lalu mengusap punggung Jaemin pelan.
"Apa salahnya jika kau menceritakan masalah mu pada seseorang. Lebih salah jika kau memendamnya sendirian. Semakin lama kau memendam masalah mu, kau akan lebih terluka, dan masalah mu itu bisa saja membuat mu hilang kewarasan jika kau menyembunyikannya terlalu lama."
"Jadi, apa masalah mu? Jangan sungkan untuk bercerita dengan ku."
Jaemin menatap sosok lelaki di sebelahnya. Benar juga, tidak ada salahnya kan, jika dia menceritakan semua masalahnya pada Haechan? Lagipula, Haechan sepertinya orang baik dan bisa dipercayai.
"Aku... Ahh, entahlah aku bingung harus bermula dari mana." Jaemin menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, ceritakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...