14. The Truth

123 38 11
                                    

Pukul 20.43 KST.

Dingin yang menyelimuti malam kota Seoul, bandar yang penuh gemerlapan dengan lampu-lampu gedung yang dihidupkan.

Jaemin, lelaki itu hanya duduk di halte sembari menatap kosong. Air matanya seperti sudah terlanjur kering.

Dia sudah lelah menangis. Dia sudah lelah menghadapi dunia yang penuh sialan ini dengan bersendirian.

Dia lelah dengan semuanya...

Andai saja 10 tahun yang lalu, dia yang mati bukan ayahnya.

Setidaknya dia tidak merasa hancur seperti ini. Bukankah begitu?

Kenapa dia harus menjalani ujian yang berat seperti ini?

Kata orang, manusia yang bersabar menghadapi ujian berat, akan bahagia di suatu hari nanti.

Tapi dimanakah kebahagiaannya?

Sudah sekian lama dia bersabar menghadapi semua ujian itu.

Apakah harapan untuknya bahagia memang tidak ada?

Setelah beasiswanya dicabut, dia dipecat, dan sekarang?

Dia diusir dari satu-satunya tempat tinggalnya.

Dunia memang tidak adil untuknya.

Dia bersendirian saat ini.

Tidak ada yang menemaninya disini. Dia hanya duduk bersendirian di halte.

Lelaki itu tidak tahu kemana dia harus pergi.

Dadanya masih terasa sesak. Sangat sesak.

"Haruskah aku mengakhiri semua ini?" Gumamnya.

"Aku sudah lelah. Bahkan sangat lelah."

"Aku menderita, tersiksa, lelah, aku ingin mengakhiri semua ini."

"Aku benci hidup seperti ini."

Jaemin terkekeh pelan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sepertinya tidak apa-apa bukan, jika aku menyerah?"

"Lagipula aku sudah banyak menderita. Aku sudah tidak sanggup."

Jaemin bergumam sendirian seperti orang gila saat ini.

"Baiklah, aku akan lakukannya."

Jaemin bangkit dari duduknya menatap banyak kenderaan yang sibuk melaju di hadapannya.

Kaki panjangnya melangkah maju ke depan dengan isakannya.

Semakin lama, semakin maju langkahnya dan...

BIIIPPP!!

Bruukk!

Jaemin meringis kesakitan. Kepalanya terasa sakit karena menghentam aspal.

Perlahan, Jaemin membuka matanya. Dia melihat ada seorang lelaki yang berusaha bangkit sesekali menepuk-nepuk pelan setelan mewahnya yang sedikit berdebu.

"Yakk, apakah kau gila?!! Kalau saja aku tidak lalu disini, kau pasti sudah kecelakaan!!" Tegas lelaki itu.

Jaemin menangis untuk kesekian kalinya.

"Mianhae..."

"Aku hanya lelah..hiks."

"Aku lelah dengan semua ini! Aku lelah!!"

Lelaki itu menatapnya sendu. Bagaimana anak remaja seperti ini tampak semelelahkan itu?

Lelaki itu lantas berjongkok di hadapannya.

Him || NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang