16. Great Liar

123 37 6
                                    

Pukul 07.43 KST.

Hari sudah pagi, itu menandakan manusia akan memulakan aktivitasnya. Ada yang mahu berangkat kerja, ada juga anak-anak yang hendak ke sekolah.

Namun, Jaemin...

Lelaki itu terbaring lemas di lantai kamarnya. Tubuhnya lemah sekali. Beberapa menit lalu, dia sempat berbolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan cairan merah yang keluar dari mulutnya.

Kepalanya sakit. Sangat sakit. Jaemin menaikkan sedikit lengan bajunya menampakkan tangannya yang terdapat kesan lebam. Entah karena apa, dia tidak tahu.

Jaemin berusaha bangkit dengan tenaga yang tersisa di tubuhnya. Lelaki itu mengambil jaketnya yang tergantung di pintu lalu mengenakannya.

Setelah itu, tangannya meraih tas nya di atas meja.

Perlahan, dia berjalan menuju ke pintu kamarnya. Pandangannya mengabur, kakinya lemas untuk sekedar berjalan. Namun semua itu tidak apa, dia bisa melawan rasa sakitnya.

Dengan perlahan, Jaemin memutarkan kenop pintu.

Cek lek!

Lelaki itu berjalan menghendap agar tidak tertangkap basah.

Perlahan menuruni tangga sembari memegang rel tangga.

Jaemin menoleh ke arah sekelilingnya. Seketika lelaki itu bernafas lega.

"Syukurlah Doyoung hyung sudah berangkat kerja." Gumamnya.

Dengan nafas yang terengah-engah, Jaemin membuka pintu utama. Niatnya ingin ke sesuatu tempat.

Jaemin duduk di kerusi tunggu di halte sembari menunggu bus datang.

Untungnya Doyoung memberinya beberapa lembar won yang jumlahnya sangat besar kemarin. Maka dari itu, dia bisa menuju ke sesuatu tempat hari ini.

Wajahnya yang sangat pucat terlihat seperti mayat hidup, tidak heran jika orang-orang yang lalu lalang di situ menatapnya dengan tatapan mengasihani.

Dingin sekali...

Jaemin menggosok kedua telapak tangannya. Ya, cuaca pagi ini sangat dingin meski matahari sudah menampakkan dirinya.

Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya dengan raut wajah cemas.

"Omo!! Hidung mu berdarah!!"

Jaemin kaget mendengar teriakan wanita paruh baya yang mencemaskannya.

Dia ingin menghapus darah yang keluar dari hidungnya, namun wanita paruh baya itu terlebih dahulu mengelap hidungnya dengan tisu.

"Gwaenchana? Apakah kau sedang tidak enak badan?" Tanya wanita paruh baya itu.

Jaemin menggeleng pelan sembari tersenyum ramah.

"Aniya, ahjumma. Aku baik-baik saja, aku memang selalu seperti ini." Ujar Jaemin.

Wanita paruh baya itu menaruh curiga terhadapnya. Bagaimana bisa anak ini baik-baik saja? Mana ada orang baik-baik saja jika hidungnya berdarah secara tiba-tiba. Wajahnya juga terlihat cekung dan pucat.

"Tanganmu dingin sekali." Ucap wanita paruh baya itu setelah memegang tangan Jaemin.

"Aishh anak ini, kenapa kau tidak memakai jaket tebal? Sekarang musim dingin, kau harus memakai jaket tebal agar kau tidak kedinginan."

Jaemin terkekeh pelan seraya menggaruk kepalanya.

"Aku terlupa ahjumma." Balasnya dengan cengiran.

Him || NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang