Keesokan paginya...
Pukul 07.45 KST.
Jaemin menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Lelaki itu tampak sudah siap dengan seragam sekolah yang ia kenakan.
Sekilas, ia memandangi Jaehyun yang sedang menikmati sarapannya tanpa selera di ruang makan. Niatnya ingin menyapa lelaki itu, namun fikirannya berubah pasti Jaehyun akan membalas sapaannya dengan ucapan sinis. Jadi, Jaemin memilih untuk pergi begitu saja tanpa bersarapan.
"Jaemin."
Jaemin membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara yang memanggilnya.
"Iya, hyung?" Balasnya.
Jaehyun menyudahi aktivitas makannya lalu bangkit menghampiri adiknya. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi membuat Jaemin tidak berani menatapnya.
"Ingat, jangan berpikir aku membawa mu kembali karena aku menyayangimu, merindukanmu." Ujar Jaehyun dengan intonasi yang tegas.
"Aku membawa mu kembali, karena aku ingin membuatmu tersiksa disini. Aku ingin kau merasakan semua kepedihan yang aku alami selama 2 tahun lalu." Bisik Jaehyun tepat di telinga Jaemin.
Deg!
Jaemin terkejut dengan ucapan kakak lelakinya yang terdengar sangat menakutkan. Sebisanya ia mengatur ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Kau mengerti?" Sorot mata yang tajam itu diarahkan ke kedua manik kecokelatan di hadapannya.
Jaemin mengangguk menanggapinya. Rasa sesak tercipta di rongga hatinya. Dia tidak tahu apa yang harus ia hadapi lagi seterusnya. Berharap, semua itu tidak seberat dulu.
Jaehyun berlalu pergi begitu saja, sesekali menabrak pundak sang adik.
Jaemin tetap terdiam di tempatnya. Tolong, dia tidak mahu menangis lagi saat ini. Sudah cukup dirinya menangisi penderitaannya.
Tangannya terangkat menghapus air matanya yang sempat menitik jatuh.
Tidak, aku tidak boleh menangis lagi...
Bel sudah berbunyi menandakan jam istirahat sudah tiba. Seperti kebiasaannya, Jaemin akan menuju ke rooftop yang menjadi tempat kesukaannya untuk merasakan ketenangan.
Jaemin berjalan menghampiri beton pembatas sesekali memandangi jalan yang hiruk-pikuk dengan banyaknya kenderaan yang lalu lalang di bawah sana.
Kepalanya mendongak menatap langit cerah hari ini. Ujung bibirnya menarik membentuk sebuah senyuman.
"Kau senang?" Tanya Haechan yang tiba-tiba saja muncul di sebelahnya.
Jaemin tersentak lalu menoleh menatap lelaki yang tak lain adalah sahabatnya. Seseorang yang merupakan rumah untuknya berbagi cerita.
"Haechan~ah!" Pekiknya dengan girang, kemudian memeluk sahabatnya.
"Kau kemana saja, Haechan~ah? Sudah terhitung 3 hari kita tidak bertemu." Rengek Jaemin layaknya seperti seorang adik yang merindukan kakaknya setelah lama tidak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...