Pukul 21.30 KST.
Malam yang menyelimuti kota Seoul dengan bintang-bintang yang gemerlapan menghiasi langit gelap. Gedung-gedung tinggi yang dihiasi cahaya lampu.
Jaemin kini berada di sungai Han bersama Renjun. Haechan? Entahlah sejak sore tadi dia tidak menampakkan batang hidungnya.
Mereka berdua kini berdiri di pembatas jembatan sungai Han sembari menatap hamparan sungai yang tenang itu.
Angin yang sepoi-sepoi itu menerpa wajah mereka.
Jaemin menghirup udara malam itu dalam-dalam lalu menghembuskannya. Perasaannya sedikit lega saat ini meski kepalanya masih sakit. Bibir pucatnya membentuk sebuah senyuman. Sangat menggambarkan bahwa Jaemin sangat senang dengan suasana seperti ini.
Renjun, lelaki itu diam-diam tersenyum menatap Jaemin yang tampak sedikit lebih baik berbanding tadi.
"Kau senang saat ini?" Tanya Renjun sembari tersenyum.
Jaemin menatap Renjun sejenak.
Senyuman itu...
Senyuman yang Jaemin pernah lihat di bibir lelaki itu.
Senyumannya membuat Jaemin ikut tersenyum melihatnya.
"Ne, sekarang aku merasa sedikit tenang." Ucapnya sambil mengangguk pelan.
Keduanya terdiam karena merasa sedikit canggung.
"Jaemin~ah." Renjun kembali bersuara agar suasana tidak terlalu canggung.
Jaemin menoleh menatapnya.
"Iya?"
"Adakah kau merasa kesepian?" Tanya Renjun serius.
Seketika senyum di bibir Jaemin memudar. Lelaki itu menunduk kepalanya lesu.
"Sejujurnya, iya. Aku..."
"Merasa sangat kesepian." Ujarnya.
Renjun menatap Jaemin sendu. Jawaban Jaemin ternyata sesuai dengan ekspektasinya.
Benar, Jaemin memang kesepian.
Jaemin menoleh menatap Renjun. Lelaki itu tampak berusaha untuk tersenyum.
"Bukankah setiap manusia itu akan merasakan yang namanya kesepian?" Ucapnya sambil tersenyum meski wajahnya masih terlihat sendu.
Renjun mengangguk mengerti. Dia tahu, senyuman yang Jaemin ciptakan saat ini adalah topeng untuknya.
Hanya karena dia tidak mahu terlihat menyedihkan.
Bukankah seperti itu? Entahlah.
"Bukankah kau juga pernah merasa kesepian?" Tanya Jaemin.
Renjun terdiam sejenak mendengar itu.
Ucapan Jaemin itu benar. Sangat benar. Dia juga pernah merasa kesepian.
"Seandainya manusia bisa memilih untuk hidup seperti apa. Mungkin aku akan memilih untuk hidup bahagia dengan keluarga yang harmonis. Tanpa memikirkan banyak hal." Ucap Jaemin.
Jaemin terkekeh pelan.
"Tapi semua itu tidak mungkin. Kehidupan itu tidak se lurus yang manusia bayangkan."
"Aku tahu semua itu adalah takdir. Andai saja keinginan ku sebagian daripadanya."
Tanpa sadar, air matanya menitik. Namun, dia tetap tersenyum.
Renjun mengerti. Sangat mengerti posisi Jaemin saat ini.
"Jaemin~ah, jika kau mempunyai masalah, jangan menyembunyikannya terlalu lama. Itu akan membuat mu sakit." Ucap Renjun sembari mengusap punggung Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...