11. I'm Tired

124 35 22
                                    

"Mwoya?!! Kau memberikan imbalan yang sangat besar pada pemilik sekolah untuk mencabut beasiswanya?!!" Ucap Xiaojun dan Hendery secara serentak.

Yangyang hanya menunjukkan smirk nya.

"Itu masih belum cukup. Aku akan membuatnya menderita setelah ini."

"Bahkan sangat menderita."

Xiaojun dan Hendery melotot kaget mendengar itu.

"Wahh, ini benar-benar gila. Lihatlah, kau bisa melakukan apa saja dengan uang." Ucap Xiaojun sembari menepuk tangannya.

"Tapi kenapa kau mencabut beasiswanya secara tiba-tiba?" Tanya Hendery. Lelaki itu tidak pernah mengerti dengan jalan pikiran Yangyang. Anak itu benar-benar susah di tebak.

"Karena aku membencinya." Balasnya.

"Hanya itu? Yakk, selama ini kau juga membencinya tapi kau tidak pernah menyuruhnya untuk minggat dari sekolah itu. Ada apa sebenarnya?" Tanya Xiaojun.

Yangyang menatap kedua temannya secara bergantian dengan tatapan datar.

"Aku melakukannya karena aku benci orangtua ku terus menerus membandingkan ku dengan si miskin itu." Ucap Yangyang sebelum menghisap sebatang nikotin.

"Kau tahu bukan, dulu aku selalu mendapat nilai bagus?" Ujar Yangyang pada keduanya.

Hendery mengangguk pelan menanggapinya.

"Semenjak si miskin berada di sekolah itu, prestasi ku menurun. Dia seolah merampas semua milik ku. Menyebalkan sekali."

"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Tanya Xiaojun secara serius.

"Lihat saja nanti..."

Jaemin memasuki sebuah restoran untuk menjalankan kerjanya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin memasuki sebuah restoran untuk menjalankan kerjanya hari ini.

"Jaemin, ikut aku ke ruangan ku sekarang!!" Suara berat milik Kang Dong-In, lelaki paruh baya yang merupakan pemilik restoran itu menginterupsinya sebaik saja Jaemin memasuki restoran itu.

Jantungnya langsung berdegup melihat tatapan tajam lelaki paruh baya itu. Jaemin menatap Dong-In sebentar, kemudian mengikuti lelaki paruh baya itu ke ruangannya.

Cek lek!

Jaemin menunduk ketika sudah berada di hadapan lelaki paruh baya itu.

Dong-In, lelaki paruh baya itu duduk bersandar pada kursi kerjanya serta memandang remeh pada Jaemin.

"Ada banyak sekali pelanggan yang melaporkan padaku tentang mu." Suara Dong-In terdengar tegas membuat Jaemin tidak berani menatapnya.

Dong-In menghela nafas kasar.

"Apakah penampilan mu selalu berantakan seperti ini??"

"Maaf-"

"Kau ini mau bekerja atau apa?!! Banyak sekali pelanggan yang tidak suka padamu!!" Tegas Dong-In dengan amarah yang memuncak.

Him || NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang