Pukul 03.40 KST.
Cek lek!
Jeno baru saja memasuki rumahnya setelah balap liar. Suasana rumahnya yang gelap gulita itu tampak sedikit menyeramkan. Namun, dia tidak peduli. Matanya benar-benar sudah memberat sekarang.
Sepertinya dia tidak akan ke sekolah hari ini karena dia pulang hampir subuh.
Jeno segera menaiki tangga menuju ke kamarnya. Dia ingin cepat-cepat tidur sekarang.
"Jeno."
Jeno tersentak ketika Jaehyun memanggilnya. Jaehyun segera membuka kesemua lampu.
"Hyung belum tidur?"
"Kau kemana saja, Jeno? Jam segini baru pulang. Ini sudah hampir subuh, kau tahu itu?" Ucap Jaehyun tanpa menjawab pertanyaan adiknya. Entah ini sudah yang ke berapa kali Jeno pulang ke rumah di waktu hampir subuh.
"Jika setiap hari kau selalu begini, mau jadi apa kau, Jeno?!"
Jeno berdecak sebal lalu pergi begitu saja tanpa mempedulikan Jaehyun yang meneriaki namanya berkali kali. Benar-benar menyebalkan jika harus mendengar omelan Jaehyun yang tiada habisnya.
Jaehyun memijit pangkal hidungnya merasa frustasi. Kenapa anak itu begitu payah sekali?!
Pagi yang indah dengan burung-burung yang berkicauan di pagi itu.
Jaemin kini berada di koridor flat dengan seragam sekolah yang dia kenakan.
Lelaki itu menghirup udara segar dalam-dalam lalu menghembuskannya. Seketika ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman manis.
Jaemin tersenyum saat ini seolah dia tidak mempunyai masalah hidup sekarang. Dia ingin sekali merasakan sebuah ketenangan seperti ini, tanpa memikirkan tentang uang.
Tapi ketenangan itu hanya sebentar...
Tidak apa, sekurangnya dia merasakan yang namanya ketenangan.
Matanya menangkap sosok lelaki yang baru saja keluar dari flat sewanya.
"Renjun~ah!" Panggil Jaemin dengan senyuman yang merekah.
Namun, lelaki yang dipanggil itu tidak menoleh ke arahnya sedikit pun. Justru dia berjalan meninggalkan flat. Apakah Renjun tidak mendengarnya? Entahlah...
Jaemin segera mengejar Renjun yang berada sedikit jauh darinya.
"Renjun~ah!"
Renjun menoleh menatapnya.
"Jaemin? Wae? Ada apa?" Ucapnya. Seperti biasa, wajah lelaki itu selalu datar.
Jaemin lantas merogoh sakunya mengambil dompet lusuhnya, lalu mengeluarkan kesemua uangnya dan memberikan kesemuanya pada Renjun.
"Ini uangmu yang aku pinjam sebulan lalu." Ucap Jaemin sambil mengulurkan beberapa lembar won pada Renjun dengan senyuman tipisnya.
Renjun terdiam sejenak menatap uang itu. Ada rasa ragu untuk mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...