PLAKK!!
"Baba..."
"Kau penyebab ku lumpuh!!"
"Kenapa anak seperti mu ini diberikan hidup di dunia?!!"
"Baba, maafkan aku..."
"Dengan cara kau meminta maaf seperti ini, adakah kaki ku bisa sembuh?! Tidak kan?!!!"
"DASAR ANAK SIALAN!!"
"Kalau saja kau tidak membantah tadi, pasti semua ini tidak akan terjadi!!"
"Kau memang anak sialan!!"
"Kenapa kau lahir di dunia ini?!! Kau pantas mati saja!!"
"Dan kau-"
"Kalau baba mau tahu, aku sebenarnya tidak meminta untuk dilahirkan. Dan aku juga tidak meminta kau menjadi ayah ku..."
"Kau pikir, aku mau menjadi ayah mu? Dari dulu lagi aku membenci mu!! Aku juga tak ingin menjadi ayahmu!!"
"Kenapa?!! Kenapa baba membenciku, tapi kau tidak membenci Chenle sama sekali?!!"
"Baba selalu membandingkan aku dengan Chenle! Kenapa hanya Chenle saja yang mendapat kasih sayang dari mu?! Kenapa aku tidak?!"
"Karena aku tidak menginginkan anak seperti mu!!"
"Kau dan perempuan sialan itu sama saja."
"Dia ibu ku, bukan perempuan sialan..."
"ARRRGHHH!!"
PRRAAANNGG!
"Sekarang kau keluar dari kamar ku!! KELUAR!!"
"JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKI MU DI RUMAH INI LAGI!!"
"KELUAR!!!"
"ARGHHH!!" Renjun berteriak kesal sambil meninju pembatas jembatan sungai Han.
"Buat apa aku harus menjenguknya? Dia juga tidak pernah menganggap aku sebagai anaknya..." Lirih Renjun pelan.
"Putra nya itu cuma Chenle, bukan aku. Aku hanya anak yang tidak diinginkan yang hidup di tengah-tengah mereka." Ucapnya dengan sorot mata berkaca-kaca.
"Tapi kenapa?!!"
Renjun terisak pelan sembari menatap lampu-lampu gedung yang gemerlapan di seberang sana.
"Kenapa hanya Chenle?..." Lirihnya.
Semenjak kecil, Renjun tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Ayahnya hanya tahu membanding-bandingkan dirinya dengan Chenle saja.
Kadang dia selalu berpikir, kenapa dia selalu disisihkan? Kenapa ayahnya selalu membanggakan Chenle saja? Kenapa hanya Chenle yang mendapat kasih sayangnya? Kenapa dia tidak pantas merasakan kasih sayangnya?
Pertanyaan itu selalu bersarang di kepalanya. Renjun tidak pernah mengerti dengan jalan pikiran sang ayah. Entah apa kesalahannya hingga membuat ayahnya begitu benci padanya.
Renjun hanya melamun di situ dengan air mata yang mengalir deras.
Sementara itu, Jaemin masih berada di sungai Han bersendirian.
Haechan terlebih dahulu pulang, katanya ibunya menyuruhnya pulang. Dasar, katanya mau mengantar Jaemin sampai di depan flatnya nanti. Malah dia terlebih dahulu pulang.
Matanya menangkap sosok lelaki yang sedang melamun di pembatas jembatan sungai Han.
"Renjun? Sedang apa dia disitu?" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him || NA JAEMIN
FanfictionDia... Seorang lelaki yang tak pernah merasa secuil kebahagiaan di hidupnya. Dengan kakak sulungnya yang menyalahkannya atas kematian orangtua mereka. Dan kembarannya yang selalu menambah beban di pikirannya. Dia menderita. "Apa hanya aku yang meras...