× 13 ×

5.4K 384 6
                                    

Giri mematung di tempatnya begitu melihat siapa pelanggan yang masuk ke dalam toko milik Maria. Dialah sang kakak—Samuel, bersama Liam yang langsung menyadari keberadaannya.

"Loh Giri? Lo kerja di sini?" tanya Liam riang gembira menghampiri salah satu junior di kampusnya. Sementara Samuel justru ikut terdiam ketika melihat Giri memakai seragam pegawai.

"I-iya Kak, kerja sampingan.."

Liam mengangguk takzim. Lantas berpamitan untuk melihat jajaran kue dan roti pada rak sekitarnya. Meninggalkan Giri yang refleks menunduk begitu bertemu pandang dengan Samuel. 

"Jadi ini alasan kenapa lo jarang di rumah?" Samuel berbisik setelah mengambil langkah untuk mendekati Giri.

"Ma-maaf aku—"

"Bang Giri!"

Keduanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Nampak dari pintu masuk, ada seseorang lagi yang datang sambil melambai dengan ramah.

"Ernestnya ada kan Bang?" tanya Ady sumringah begitu sudah berada dalam jangkauan Giri dan Samuel.

Dia adalah bocah SMA yang menjadi salah satu langganan di toko Maria dan entah mengapa selalu menempel pada Ernest semenjak Giri mulai bekerja di sini.

"Dia di belakang, mau dipanggil? Kamu bisa duduk dulu Dy,"

"Oke! Sama pesen yang biasa ya Bang."

Giri tersenyum dan mengangguk sebelum Ady beranjak meninggalkannya menuju tempat duduk yang biasa ia tempati bersama Ernest—rekan kerja sekaligus adik dari bosnya.

"Lo hutang penjelasan ke gue dan Mama."

Senyum Giri perlahan memudar ketika ia mengangguk untuk yang kedua kalinya. Giri permisi pada Samuel karena harus memanggil Ernest dan melayani pelanggan. Perasaannya campur aduk antara takut juga bingung.

Bagaimana ini? Samuel tahu jika dia mengambil pekerjaan sampingan padalah hal itu sangat dilarang keras oleh Rika. Bagaimana Giri akan menjelaskan keadaannya nanti?

××ו×××

Beberapa waktu lalu kejadian yang sama terjadi di kamarnya dan kini justru di kamar Samuel.

Giri terduduk dengan gugup di kasur Samuel. Tetap menunduk karena takut bertemu pandang dengan sang kakak.

Setelah makan malam Giri diseret langsung oleh Samuel menuju kamarnya, lalu mendudukkan yang lebih muda di tepian kasur. Samuel menyilang tangan di depan dada, menunggu Giri berbicara untuk menjelaskan kejadian tadi siang.

"Jadi?" tanya Samuel pada akhirnya, ia gemas sendiri karena Giri tak kunjung berbicara.

"Aku pengen beli sesuatu, makanya aku kerja sampingan.."

"Uang yang Mama kasih nggak cukup?"

Giri menggeleng. Bukan itu yang dia maksudkan. Awalnya Giri hanya ingin membelikan Samuel hadiah—jam tangan kemarin, dari kerja kerasnya sendiri.

Namun toko Maria adalah tempat kerja yang nyaman dan suportif, Giri bahkan tidak sadar jika dia sudah lama bekerja pada Maria.

"Di sana kerjanya enak, aku jadi lupa buat resign setelah beli barang yang aku mau," jelas Giri dengan lirih.

Kali ini Samuel yang mengeleng. Dia beranjak dari duduk untuk mendekati Giri. Tanpa disangka, Samuel justru duduk di lantai setelah menggenggam kedua tangan Giri. Membuat yang lebih muda semakin terkejut kala Samuel juga menopang dagu pada pahanya.

𝐆𝐈𝐑𝐈 | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang