× 30 ×

1.7K 154 8
                                    

Suara tamparan terdengar keras. Berkumandang ke seluruh penjuru toilet, tempat Giri duduk lemas bersandar pada dinding dan dihadapkan dengan sekumpulan mahasiswa yang dipimpin Wendy untuk merundungnya.

Sudah berapa kali ini terjadi? Sepertinya baru dua kali? Atau sudah lebih dari itu? Giri tidak terlalu memperhatikan.

Biarkan saja mereka menyiksanya yang tertuduh menjadi penyebab kebergian sang kakak—Samuel, dari kampus.

"Lo itu aib! Bawa masalah aja terus! Kenapa nggak lo aja yang pergi dari sini!" Wendy berteriak sambil terisak. Mata wanita itu berkaca-kaca dengan suara bergetar. Terlihat seperti orang paling sedih setelah semua kejadian yang membuat Samuel terpaksa pergi.

Paling sedih?

Jika Wendy dikatakan sebagai yang paling terluka dengan kepergian Samuel, lalu bagaimana dengan Giri?

Sudah seperti apa hatinya sekarang?  Sudah sehancur apa jiwanya? Sudah sekacau apa Giri sekarang?

Tidak ada yang mampu membayangkannya. Bahkan orang-orang terdekat yang masih Giri miliki tak mampu menggambarkan betapa amburadul keadaan Giri di dalam badan kasarnya yang terlihat oleh mata.

Seruan-seruan kebencian dari orang-orang di sekitar Giri seakan teredam. Bunyi dengungan yang melengking memasuki kedua sisi alat pendengaran Giri.

Membuat pengang. Matanya mulai berkunang-kunang. Salah satu tangan Giri  bergerak naik, memegangi kepala yang perlahan terasa pening.

Giri berusaha mempertahankan kesadaran. Namun keadaan berubah menjadi lebih buruk. Penglihatan Giri menghitam. Semuanya gelap. Tidak ada suara barang sedikit. Giri tidak bisa merasakan apa pun. Ia telah sepenuhnya pingsan.



Tititit...!! Tititit...!!

Giri terperanjat bangun dari tidur.  Keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Napas Giri berat dan tidak beraturan. Ia terbangun dari mimpi tentang kenangan masa kuliahnya tujuh tahun lalu. Kenangan mesnyedihkan bahkan begitu menyiksa jika harus diingat kembali. 

Kepala Giri berotasi seiring penglihatannya menangkap penampakan jam yang berada di atas nakas sebelah kasur. Bunyi alram masih terdengar berirama, membangunkan Giri pada pukul enam lebih lima belas menit.

Helaan napas tedengar setelah Giri berhasil membawa kembali dirinya ke kenyataan. Ia beranjak bangun dari tempat tidur begitu menghentikan bunyi alram dari jam weker.

Sebaiknya ia harus segera bersiap-siap agar tidak terlambat menuju kantor. Ada klien penting yang harus ditemui hari ini untuk membahas rencana bisnis yang sudah ia rancang bersama timnya selama seminggu penuh.

××ו×××

Ting!

Giri mengangkat wajahnya kala mendengar bunyi yang menandakan kalau pintu lift telah terbuka. Langkah Giri mantap keluar dari lift menuju beasment parkiran apartement yang ia tinggali.

Sempat melirik jam di pergelangan tangannya sebentar, masih jam delapan kurang. Giri bisa menyempatkan diri untuk membeli sarapan di supermarket dan sedikit santai mengendarai mobilnya menuju kantor. 

Segera Giri menyalakan mesin kendaraan roda empatnya, sebelum akhirnya melaju pergi meninggalkan area parkir apartement. Mebelah jalanan pagi yang mulai ramai dengan aktivitas orang  yang akan berangkat bekerja sama sepertinya.

𝐆𝐈𝐑𝐈 | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang