"LIASHA KIRAN!"
Gadis itu menoleh ke asal suara yang memanggil namanya dengan riang. Tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk senyuman yang memperlihatkan lesung pipit di pipi kirinya.
"Tumben banget lo dateng pagi-pagi," kata Liasha pada seorang perempuan berambut pendek tanpa poni yang berjalan terburu-buru ke arahnya.
"Sekarang kan hari Senin, gue takut kejebak macet kayak sebelum-sebelumnya. Lagi nggak mau buat masalah sama bokap lo," kata perempuan bernama Mariana Elise itu dengan nada malas.
Liasha tertawa kecil. "Bokap gue emang nyeremin sih," balasnya membenarkan.
Mereka berdua berjalan berdampingan menuju pintu lift. Dua perempuan lajang yang tampak tidak membutuhkan pria dalam hidupnya itu sudah berteman sejak Liasha bekerja di perusahaan penerbitan milik keluarganya. Bisa dibilang Mariana lebih mirip mentor bagi Liasha.
Begitu pintu lift terbuka, dua orang itu masuk ke dalam dan menekan tombol lantai lima.
"Gue denger kakak lo bakal jadi direktur utama setelah bapak lo pensiun nanti. Lo udah tau?"
Liasha menganggukan kepala. "Udah tau. Kakak gue pantes dapetin itu, setelah kerja keras yang dia lakuin selama ini," katanya menjawab pertanyaan Mariana.
"Dan dia harus lebih kerja keras lagi karena PT Zahra Publisher bakal berdiri sendiri. Mereka udah rekrut marketing sendiri, mesin buat produksi sendiri, bahkan konsultan. Sedangkan pendapatan terbesar kita dari Zahra, apa Diamond nggak ketar-ketir?"
Liasha mendesah. "Masih ada projek aplikasi online yang belum berjalan sepenuhnya. Masih demo sih, tapi gue yakin bakal lancar kalau udah dirilis," katanya mencoba berpikir positif mengenai proyek besar perusahannya yang tertahan karena kekurangan investor.
Yah, beginilah kalau sejak awal perusahaan tidak berdiri sendiri. PT Diamond Publisher merupakan perusahaan penerbitan yang cukup besar, mereka bisa memproduksi buku sendiri, dan memasarkannya. Sedangkan PT Zahra Publisher adalah salah satu bagian dari PT Diamond Publisher sejak lama, alias masih satu group perusahaan. Awalnya Zahra sangat bergantung pada Diamond, dan timbal baliknya juga Diamond mendapatkan banyak keuntungan dari Zahra. Tiga puluh lima persen pendapatan Zahra masuk ke dalam Diamond. Meskipun masih ada tiga perusahaan di bawah kendali Diamond, tapi Zahra yang paling banyak menghasilkan uang.
"Aplikasi online impian itu butuh biaya besar, Sha. Milyaran! Kalau Zahra narik diri, gimana bisa aplikasi itu jalan? Pendapatan perusahaan kita nggak sebesar Zahra, Sha." Gue mulai khawatir sama nasib karyawan produksi," gumam Mariana menggelengkan kepalanya ikut pusing dengan masalah internal perusahaan yang tak ada habisnya ini.
"Apa yang lo khawatirin?" tanya Liasha tidak mengerti.
"Uang," jawab Mariana langsung. "Kalau pendapatan kurang, dan kita nggak bisa gaji karyawan. Lo pikir siapa yang kena demo lebih dulu?"
"Finance."
"Finance"
Mereka berdua menjawab kata 'finance' secara bersamaan lalu tertawa. Tak lama pun terdengar dentingan suara lift tanda mereka sudah sampai di lantai lima.
Sudah jadi rahasia umum departemen Finance menjadi musuh segala departemen di dalam perusahaan. Bahkan meskipun sudah bekerja keras sampai larut malam pun, Finance tidak akan pernah diapresiasi. Mereka selalu menjadi sasaran empuk hujatan para karyawan perusahaan. Sudah tidak aneh rasanya.
Mariana sendiri sudah menjadi manajer keuangan sejak tiga tahun yang lalu menggantikan Arabella Kiran yang sebelumnya menduduki posisi itu. Saat ini Arabella masih menjadi direktur administrasi, namun rumor beliau akan naik takhta sudah terdengar ke seluruh penjuru kantor. Sedangkan Liasha justru menduduki posisi Mariana sebelumnya yaitu leader departemen keuangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer We Met
General FictionLiasha Kiran merasa hidupnya tidak berguna. Ia merasa sudah tidak memiliki gairah untuk menjalani hidup sejak satu tahun yang lalu. Namun kakaknya bersikeras agar dirinya mau menjalani perawatan psikologis agar ia mulai membaik seperti sedia kala. K...