Bab 40 - Revenge for You

1.7K 205 15
                                    

"SST, sst, Sha. Itu siapa yang sama sekretaris kakak lo? Buset dah cakep bener," ucap Mariana menyenggol Liasha dengan lengannya. Ia tampak kagum melihat secercah matahari di hari Senin yang suram ini, satu lift pula. Kebaikan apa yang sudah ia perbuat sampai harus bertemu pangeran setampan ini?

Bukan cuma Mariana yang merasa begitu, beberapa karyawan perempuan yang masuk ke dalam lift juga terang-terangan menatap Gavin dengan sorot mata terpana.

Liasha yang menyadari hal itu melirik Gavin dari sudut matanya. Pria itu sedang memainkan ponselnya dengan ekspresi datar, terlihat tidak terpengaruh tatapan para perempuan yang menunjukkan minat padanya. Aduh, kenapa ia malah merasa tidak tenang seperti ini ya?

"Nggak tau," cetus Liasha pada temannya yang tidak mau diam sejak tadi. Sebenarnya Liasha sudah berniat langsung naik ke lantai atas, namun Mariana sengaja menunggunya di lobi untuk menceritakan huru-hara tentang Liasha yang ketahuan datang ke acara pernikahan Bastian bersama seorang pria. Intinya Mariana ingin Liasha bersiap-siap dengan banyak pertanyaan yang akan ia terima.

Sebenarnya Liasha sangat berterima kasih atas kebaikan Mariana, tapi masalahnya situasinya malah bertambah ruwet. Gavin pasti mendengar apa yang Liasha katakan tadi. Padahal tadinya ia hanya ingin mengabaikan apa yang ditanyakan Mariana.

Sesampainya di lantai paling atas yang tak lain juga lantai departemen finance, sekretaris Arabella mempersilakan Gavin untuk keluar lebih dulu dari dalam lift. "Silakan Pak Gavin," katanya dengan sangat sopan.

Gavin menganggukan kepalanya satu kali lalu melangkah keluar dari dalam lift. Liasha pun dan Mariana menyusul dari belakang. Sebelum ke ruangan Arabella, Gavin harus melewati departemen finance lebih dulu.

Liasha mendesah memandang punggung Gavin kemudian duduk di kursi kerjanya dengan perasaan bersalah.

"Buset dah wangi bener tuh cowok. Siapa itu Mbak?" Ajeng, perempuan berambut pendek bertanya kepada Mariana yang masih berdiri memandang kepergian Gavin menuju ruang direksi.

"Tadi gue denger Mbak Oliv manggilnya Gavin," balas Mariana.

"Ooh itu yang namanya Pak Gavin," gumam Ajeng mengangguk-ngangguk. Kepala Liasha menoleh cepat ke arah Ajeng mendengar cara bicara gadis itu seolah-olah sudah mengenal Gavin.

"Lo kenal?" seru Mariana mulai heboh.

"Lah itu kan investor baru kita Mbak. Kemarin gue sempet denger dari tim IT kalau investor baru kita masih muda. Cuma gue gak expect bakal semuda dan seganteng itu sih. Dia udah nikah belum ya?"

"Ah walaupun janur kuning udah melengkung sekalipun, gue mau aja jadi istri kedua kalau modelannya macem begitu."

Kini semua mata terarah langsung pada Uti yang ternyata sudah mabuk ketampanan Gavin meskipun pria itu cuma lewat beberapa detik.

Liasha mendengus tidak percaya, dadanya mendadak panas. Bisa-bisanya si Uti berkata seperti itu di depannya. Ia mengibaskan rambutnya menahan kekesalan yang terbit begitu saja.

"Ck ck ck lemah banget lo jadi betina," decak Mariana tidak habis pikir. "Gue juga mau sih," sambungnya sambil terkekeh malu.

Liasha menghentakkan mouse di meja kerjanya hingga orang-orang tersentak kaget. "Maaf," gumamnya sembari tersenyum tak sampai mata.

"Pelan Sha, pelan..." ucap Mariana sembari berjalan menuju mejanya. kan

Tak perlu waktu lama, orang-orang di kantornya kembali hanyut dalam pekerjaan. Sedangkan Liasha termenung di layar monitornya memikirkan Gavin.

***

Gavin Varren menyimak persentasi Arabella mengenai projek aplikasi novel online dengan serius, sesekali ia akan menganggukan kepala dan menanyakan sesuatu yang dirasanya masih belum jelas.

Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang