Bab 37 - Illusion

1.3K 226 22
                                    

BASTIAN HARTONO benar-benar tidak bisa menikmati pesta pernikahannya sendiri karena tatapannya tak sedikit pun beralih dari keberadaan Liasha dan Gavin. Orang-orang juga lebih memberi perhatian kepada mereka berdua. Sebagian mereka mungkin menganggap kedatangan Liasha ke pernikahan mantan kekasihnya sangat diluar dugaan, namun kedatangan Gavin bersama gadis itu lah yang paling menjadi daya tarik.

"Tentu saja Liasha meninggalkan pria berselingkuh seperti Bastian, orang kekasih barunya konglomerat." Mereka pasti diam-diam mencemoohnya, dan membuat spekulasi-spekulasi aneh tentangnya.

Saat batalnya pernikahannya dengan Liasha dulu, pria itu menerima banyak hujatan dari banyak orang. Seluruh karyawan kantornya menggosipkan dirinya sebagai tukang selingkuh, sedangkan Vianka disebut sebagai 'pelakor.' Hal itu berdampak pada nama baik keluarganya yang sudah dijaga sebaik mungkin.

Semua itu gara-gara Liasha. Andaikan gadis itu tidak membeberkan bahwa Bastian berselingkuh, andaikan gadis itu tidak membatalkan pernikahan mereka, mungkin nama baik Bastian dan keluarganya tidak akan tercoreng.

"Yang, kenapa ngeliatin mereka terus? Udah lah. Takutnya orang malah mikir yang enggak-enggak." Vianka menyentuh lengan Bastian untuk mengingatkan pria itu.

Bastian tidak terpengaruh, ia masih merasa tidak rela Liasha akan menikah dengan orang seperti Gavin Varren. Kesepakatan macam apa yang diberikan Diamond hingga seorang Gavin Varren mau menikahi Liasha? Ia sangat penasaran. Sejak dulu Bastian ingin Liasha menyesali keputusannya, menderita, terpuruk kalau bisa. Kalau begini ceritanya, ia harus melakukan sesuatu agar keinginannya menjadi kenyataan.

"Bas," tegur Vianka sekali lagi.

Kepala Bastian menoleh cepat. "Bisa diem nggak?" desis Bastian dingin. Tubuh Vianka seketika membeku, mengerjap kaget akan tanggapan Bastian yang tidak disangkanya.

Vianka melepaskan rangkulan di lengan Bastian dan menundukkan kepalanya. Skandal mereka di masa lalu bukan cuma berimbas pada Bastian, namun juga pada Vianka. Gadis itu menerima lebih banyak sanksi sosial daripada pria itu. Semua orang mencaci makinya, mengatainya perebut kekasih orang, pelacur, bahkan sampai menghina keluarganya. Untuk berada di posisi ini adalah bayaran atas hinaan yang telah ia terima. Bahwa setidaknya ia berhasil menikahi Bastian, bahwa sebenarnya hubungan mereka berdasarkan cinta, bukan kesalahan.

Tapi entahlah, apakah cinta itu sejak awal memang ada? Atau memang pernikahan ini dilaksanakan untuk sekadar menutupi rasa malu?

"Maaf," lirih Vianka nyaris seperti bisikan. Bastian tampak mengabaikan apa yang dikatakan Vianka, matanya tetap fokus melihat ke arah Liasha dan Gavin. Sampai ketika Bastian melihat Gavin duduk sendirian sedangkan Liasha pergi entah ke mana.

Baguslah, ini kesempatan yang bagus untuk mengobrol dengan Gavin. Tanpa berpamitan pada Vianka, bahkan mengabaikan tamu-tamu yang ingin mengucapkan selamat padanya, Bastian berjalan menuju di mana Gavin duduk.

"Sendirian aja nih Pak Gavin?" teguran ramah itu membuat Gavin yang sedang membuka ponselnya kontan mengangkat wajahnya. Ia bangkit berdiri lalu tersenyum pada Bastian yang datang menghampirinya.

"Iya nih," katanya sambil tersenyum kecil.

"Liasha-nya mana?"

"Dia lagi di toilet," sahut Gavin.

Bastian mengangguk acuh tak acuh. "Kalau boleh tau, Pak Gavin pacaran sama Liasha dari kapan?" tanyanya langsung.

Dahi Gavin berkerut samar tapi ia tetap tersenyum. "Kenapa?" Bukannya menjawab, Gavin malah bertanya balik.

"Ooh nggak apa-apa, cuma penasaran aja," sahut Bastian mengibaskan sebelah tangannya. "Liasha itu kan introvert, dia juga nyaris nggak pernah punya temen. Makanya saya bingung kenapa dia bisa sampai jadian sama Pak Gavin," lanjut Bastian sementara ia tangannya menunjuk Pak Gavin dengan gerakan sungkan.

Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang