Bab 36 - Toxic Positivity

1.9K 225 35
                                    

"KAMU lagi liat apa? Ayo, kita masuk ke dalem."

Suara itu berhasil menembus kabut hitam yang di sekeliling Liasha. Gadis itu menoleh ke belakang dan melihat Gavin sedang menatapnya dengan sorot mata bingung.

Wajah Liasha memucat, ia berusaha mungkin mengendalikan dirinya yang nyaris hilang kontrol.

"Apa orang yang maksud kamu ngundang ke acara nikahan anaknya adalah Andy Hartono?" tanya Liasha nyaris berupa bisikan.

Gavin mengangguk. "Iya, dia CEO dari PT Zahra Publisher. Kamu kenal?" tanyanya.

"Kenal," gumam Liasha. "Perusahaan mereka dulu di bawah Diamond," ujarnya.

Tentu saja Gavin sudah tahu akan informasi itu. Sejujurnya ia menyetujui datang ke acara pernikahan mantan tunangan Liasha bukan tanpa alasan. Awalnya ia sendiri bingung kenapa Andy Hartono secara pribadi mengundangnya ke acara pernikahan anaknya padahal mereka tidak memiliki hubungan sedekat itu. Pria itu bahkan memerintahkan sekretaris pribadinya datang ke perusahaan Gavin demi memberikan surat undangan pernikahan.

Entah kenapa Gavin merasa perlu datang ke acara pernikahan ini. Pria itu tahu kapasitas power yang ia punya ketika memutuskan datang ke acara seperti ini, jadi ia ingin Liasha juga ikut mendampinginya. Ia ingin tahu niat sebenarnya Andy Hartono mengundangnya ke acara pernikahan mantan tunangan Liasha, yang di mana sudah rahasia umum bahwa kini Liasha adalah calon istrinya.

Gavin menggenggam tangan Liasha dengan perlahan. Ia bisa merasakan tangan gadis itu gemetar dan dingin. "Ayo, Sha," ajaknya lembut.

Liasha menelan ludahnya dengan susah payah namun berusaha menyunggingkan seulas senyum kepada Gavin. Ia membiarkan Gavin mengajaknya masuk ke dalam sementara ia terus-menerus berdoa dalam hati bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bagaimanapun hubungannya dengan Bastian sudah berakhir sejak lama, dan jauh di dalam hati Liasha juga ingin memberitahu semua orang jika ia sudah berdamai dengan masa lalu. Pernikahan Bastian dan perempuan itu bukan masalah besar baginya. Ya, itu kenyataannya.

Tapi masalahnya ia merasa takut akan sesuatu. Kepala gadis itu mendongak menatap Gavin yang tersenyum manis kepadanya. Liasha takut Gavin mengetahui sisi yang tidak ingin tunjukan bahkan sampai akhir hidupnya.

***

Bastian Hartono menghampiri ayahnya untuk kesekian kalinya yang sedang mengobrol dengan tamunya.

"Kata Papa dia bakal dateng," kata Bastian berbisik ke telinga ayahnya. Zaki tetap tersenyum kepada rekan bisnisnya meskipun raut wajahnya agak berubah.

"Tunggu aja sih Bas, nanti dia juga pasti dateng," ucap ayahnya setengah menggeram namun tatapannya masih lurus-lurus menatap rekan bisnisnya yang sedang bercerita mengenai pembangunan PT barunya di Purwakarta.

"Please lah Bas, enjoy aja your wedding. Kasian lho istri kamu ditinggal-tinggal terus," kata ayahnya sembari menunjuk Vianka Larasati dengan dagunya. Perempuan yang menggunakan gaun berbahan satin sederhana tengah menyalami tamu-tamu yang datang mengucapkan selamat atas pernikahannya.

Bastian tampak tidak peduli, ia ingin cepat-cepat bertemu dengan pria bernama Gavin Varren itu. Ia sudah merangkum banyak cerita yang ingin dirinya bagikan kepada pria itu mengenai Liasha.

Bertepatan dengan itu, beberapa pasang mata terarah langsung ke arah pintu masuk ballroom.

"Itu Pak Gavin dari PT Capital Asset ya?" kata seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Kontan semua arah fokus beralih pada pria yang menggunakan batik berwarna cokelat yang entah mengapa membuatnya tampak menonjol di dalam ruangan. Tapi bukan itu, bukan itu yang membuat Bastian terdiam di tempat, melainkan seorang perempuan yang berada di samping Gavin.

Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang