TO BE 18

2.1K 200 3
                                    

Gerald, nindira dan kedua anaknya tengah menanti kabar atas operasi sang anak.

Mereka menunggu di dekat pintu ruang operasi, mereka tidak henti hentinya berdoa akan keselamatan si bungsu.

Sebelumnya, Daniel dan Ethan menghubungi sang ayah untuk menanyakan keadaan sang adik, namun mereka sangat terkejut saat ayah mereka mengabarkan bahwa sang adik akan menjalankan prosedur operasi yang sebenarnya akan dilakukan satu tahun lagi.

Operasi berlangsung selama enam jam, dan tidak ada yang beranjak dari sana, mereka duduk disana dengan khawatiran yang memupuk hati mereka.

Saat kedatangan kedua anaknya tadi, Gerald tanpa membuang waktu langsung menceritakan semua hal mengenai Lio, sekarang Daniel dan Ethan mengerti alasan kenapa keluarga sang ayah memilih pergi. Meninggalkan Mansion bahkan belum sampai sehari mereka tiba di sana.

Sejujurnya, mereka tidak tega harus mengabaikan bungsu kesayangan mereka, telebih jarak Lio dan kedua kakaknya lumayan jauh, itu membuat kasih sayang mereka terlimpahkan ke bungsu kesayangan mereka.

Mereka tidak ingin jika harus mengabaikan si bungsu yang sudah jelas mereka sayangi.

Perasaan mereka gundah, mereka tidak ingin berada jauh dari si bungsu, tapi mengingat ancaman dari Biron, membuat mereka harus memikirkan cara agar mereka bisa seperti sebelumnya tanpa diketahui oleh Biron.

Setelah lama mereka menunggu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang operasi, jantung mereka terpompa dengan cepat mewanti kabar keberhasilan operasi.

"Bagaimana keadaan Lio dok?" Tanya Gerald.

"Syukurlah, operasi berjalan dengan lancar, tidak ada kendala namun mungkin kita akan memantau perkembangan pasien untuk beberapa hari kedepan, dan pasien akan segera kami pindahkan ke ruang rawatnya." Jelas sang dokter lalu undur diri.

"Terima kasih dok." Ucap mereka serempak dan di angguki oleh dokter dengan senyum tipis di wajahnya.

Mendengar penuturan sang dokter, keluarga itu bernafas lega, ribuan kata syukur mereka ucapkan dalam hati, betapa bahagianya mereka membayangkan sang bungsu yang tidak akan merasakan sakit pada jantungnya.

Kini, mereka semua tengah berada di ruang rawat Lio, sungguh, mereka tidak tega harus menyaksikan kondisi si bungsu yang seperti sekarang, walau pun kata dokter operasinya berhasil, namun tidak menutup kemungkinan ada masalah, bereka dapat tenang si bungsu mulai membuka matanya.

Nindira menghampiri bangkar sang anak dan mengusap peran surai sang anak.

"Mas, aku tidak ingin menuruti ucapan ayah mas, tolong fikirkan caranya agar kita tetap bisa menyayangi Lio seperti sebelumnya mas, aku tidak tega jika harus memperlakukan anakku seperti itu, darah daging kita mas!" Ucap Nindira lirih pada sang suami, kepalanya ia senderkan ke dada bidang Gerald.

Sedangkan kedua anaknya yang lain hanya bisa menyaksikan tanpa bisa melakukan apa pun, mereka setuju apa yang bunda mereka ucapkan, namun disini mereka tidak punya kuasa apa pun untuk melawan sang kakek, telebih mereka sangat menyayangi adik mereka, jika mereka memperlakukan adik mereka seperti itu hati mereka jelas ikut merasakan sakit.

Gerald hanya bisa diam mendengar ucapan sang istri, ia juga setuju, otaknya berputar memikirkan solusi yang akan ia lakukan untuk Lio.

Setelah lama berdiam diri, Gerald memikirkan matang matang cara agar keputusannya tidak mengancam nyawa sang anak.

Gerald juga tidak bodoh untuk menuruti kemauan sang ayah, terlebih ayahnya juga pasti menaruh mata mata di dalam mansion Miliknya.

"Ada satu cara! Aku berharap semoga ini berhasil selagi kita mencari solusinya!" Ucap Gerald yakin.

Nindira menatap netra sang suami lekat, ada keyakinan besar di dalam sana, Daniel dan Ethan yang mendengar penuturan sang ayah bergengas menghampiri.

Sebelum menjelaskan apa yang ada di fikirannya, Gerald memantapkan sebelum berucap, mereka semua duduk di sofa dalam ruangan, suasana seketika hening, tidak ada yang berani berucap sebelum Gerald membuka suara.

Mereka mendengar dengan diam, apakah rencana dari Gerald akan berhasil? Namun melihat mimik dari Gerald membuat mereka yakin bahwa apa yang Gerald ucapkan telah difikirkan pria itu matang matang.

.
.
.
.

Sekarang beralih dengan Lio sang pemeran utama, sudah tiga hari penuh anak itu tidak membuka netranya, entah apa yang membuat Lio begitu betah berada di alam mimpinya hingga sampai sekarang belum membuka netranya.

Nindira dengan telaten membersihkan tubuh sang anak, hatinya berdenyut kala melihat bekas memanjang di dada sang anak.

Orang tua mana yang tega menyaksikan anaknya berjuang melawan maut? Apa lagi ancaman dari ayah mertuanya, Nindira tidak habis fikir, sebenarnya apa alasan di balik keputusan ayah mertuanya itu? Apa sebegitunya ia membenci orang yang lemah, di tambah sang anak yang merupakan cucu dari pria paruh baya tersebut.

Nindira berharap, semoga rencana sang suami berhasil dan membuat mereka bisa melimpahkan kasih sayang pada Lio tanpa suatu rahasia.

Sedangkan di alam bawah sadar Lio, kilasan kilasan kehidupan sebelumnya muncul kembali, bahkan sampai sekarang pun kehidupan sebelumnya akan terus menghantui Lio di kehidupannya yang sekarang, kenapa rasanya selalu sakit? Walau pun sekarang ia belum tentu mengalami hal itu.

"Cepat bangun anak bunda." Ucap Nindira pelan pada telinga sang anak, lalu mencium lamat dahi sang anak.

Tanpa sadar air matanya menetes keluar membasahi pipi si bungsu, tetesan air mata itu membuat sang empu mengerjap, netra kecilnya perlahan terbuka.

Retinanya menyesuaikan cahaya yang masuk pada pada sela matanya, pandangan pertama yang ia tangkap adalah sang bunda dengan sisa sisa air mata yang masih membekas di pipi sang bunda.

Mata Lio memerah menahan tangis.
Hati Lio sakit, kenapa ia selalu membuat bundanya menangis? Kenapa ia begitu menyusahkan?
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, baik di sini, atau pun di kehidupan sebelumnya.

"Bunda...." panggil Lio pelan.

Mendengar panggilan sang anak pelan, Nindira tersenyum bahagia, akhirnya doanya terkabul, ia memencet nurse call di atas bangkar sang anak.

"Lio mau minum?" Tanya Nindira yang diangguki pelan oleh Lip, Noindira dengan telaten membantu sang anak meminum air menggunakan sedotan yang telah di siapkan di sana.

Hanya ada Nindira di sana yang menjaga Lio, kedua anaknya sedang sekolah, sedangkan sang suami tengah mempersiapkan hal yang mungkin akan mereka lakukan segera.

Dokter datang beberapa menit setelahnya, lalu memeriksa keadaan Lio dan menyaksikan tidak ada hal yang akan menganggu keadaan Lio kedepannya.

"Syukurlah anak ibu dalam keadaan sehat, dan untuk beberapa bulan kedepan mungkin pasien harus melakukan trapi untuk mengetahui apakah ada masalah pasca operasi." Jelas sang dokter lalu pamit undur diri.

Nindira dengan bahagia menghubungi suami dan kedua anaknya, memberi tau bahwa kesayangan mereka telah kembali membuka mata.

Nindira berharap, semoga hari hari akan berjalan baik sebagaimana semestinya untuk bungsu kesayangan mereka, Lio.










Double up

Mungkin untuk beberapa hari kedepan aku nggak bakal update....
Annyeong👋🤣

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang