TO BE 17

2K 200 8
                                    

Nindira menggendong tubuh sang anak dengan ke khawatiran yang memuncah di dalam hatinya.

Kenapa ini bisa terjadi? Sebenarnya apa yang membuat anaknya seperti ini?

Dalan perjalanan menuju rumah sakit, Nindira tidak henti hentinya berdoa untuk sang anak, berulang kali ia memanggil nama sang anak, namun nihil, tidak ada respont yang di keluarkan oleh Lio.

Dapat ia lihat deru nafas sang anak yang memberat, di tambah tubuh anak yang kaku tidak bergerak membuat hatinya semakin hancur, air matanya sudah tidak dapat ia bendung lagi.

"Mas cepat mas, Lio kesulitan bernafas." Ucapnya di sela sela tangisnya.

Gerald juga di buat kalut mendengar ucapan sang istri, ia semakin melajukan mobilnya tanpa menghiraukan suara kelakson yang bersautan akibat ulahnya yang menyalip kendaraan lain tanpa aba aba.

Perjalanan begitu menegangkan karena kondisi sang anak yang memprihatinkan.

Saat sampai di rumah sakit, Gerald segera mengambil ahli tubuh sang anak dan membopongnya menuju UGD untuk mendapatkan pertolongan.

Suara langkah kaki saling bersautan, para staf medis yang bertugas segera menangani anak bungsu dari pasangan suami istri itu.

Nindira hanya bisa menangis di pelukan sang suami, ia merasa menjadi ibu yang gagal saat tidak bisa melakukan apa pun untuk menolong sang anak yang tengah kesakitan.

Gerald juga merasakan perasaan sedih, melihat sang istri menumpahkan air mata dan juga menyakisikan sang anak masuk ke ruaang UGD.

Gerald berusaha menguatkan sang istri dengan kata kata penenang, menyakinkan sang istri bahwa anak mereka akan baik baik saja, namun, ia juga hanya bisa berdoa, berharap semua ucapan yang ia katakan untuk sang istri menjadi kenyataan.

Dua jam mereka lewati tanpa tanda tanda dokter akan keluar dari ruang UGD, perasaan mereka kalut, terlebih hal yang akan mereka alami setelah semua ini terjadi, mereka tidak ingin apa yang mereka fikirkan menjadi kenyataan.

Gerald tidak berani menghubungi penghuni mansion, terlebih lagi sebuah fakta yang akan mempengaruhi kehidupan rumah tangganya kedepan.

Ia hanya bisa berdoa, semoga apa yang ia takutkan tidak akan pernah terjadi.

Pintu ruangan UGD terbuka, menampakkan seorang berjas putih dengan peluh di pelipisnya.

Dokter itu menghampiri Gerald dan Nindira yang terduduk lemas di kursi tunggu.

"Dengan wali pasien?!" Tanyanya pada pasangan tersebut.

"Ya kami, bagaimana keadaan anak kami dok?" Tanya Gerald, sedangkan Nindira tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, dirinya masih lemas mengingat kondisi sang anak.

"Sebelumnya kami mohon maaf..." ucap sang dokter membungkukkan badan.

"Kami harus mengabarkan hal ini, anak bapak harus segera melakukan operasi untuk jantungnya.... kerusakannya sudah terbilang cukup parah pak, ini lebih cepat dari perkiraan yang kami prediksi." Jelas sang dokter.

Bagai di sambar petir di siang bolong mendengar kabar yang keluar dari mulut sang dokter.

"APA?! BAGAIMANA BISA?" teriak Gerald marah.

"Mas...." tangisan Nindira semakin menjadi.

Gerald mengusap wajahnya kasar, kenapa harus secepat ini, ia tidak siap harus menanggung resiko yang akan terjadi.

.
.
.
.

Setelah bimbang akan keputusannya, mereka sepakat untuk melakukan operasi pada jantung Lio, sebenarnya mereka takut jika operasi ini mengalami kegagalan, namun, itu tidak sebanding dengan mereka membiarkan sang anak dalam keadaan kesakitan.

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang