Setelah mengurusi berkas kepulangan, akhirnya si kecil Lio kembali ke mansion, bahkan kedua kakaknya Daniel dan Ethan antusias menyambut adik bungsu mereka di pintu masuk mansion, karena sudah empat hari ini mereka tidak menjumpai wajah lucu sang adik.
"Akhirnya Lio pulang, kakak kangen!" Ucap Ethan antusias.
"Bagaimana bunda?" Tanya Daniel, bunda yang di tanya sedikit mencerna ucapan sang putra sulung.
Setelah diam beberapa saat, akhirnya ia mengerti yang di maksud anak sulungnya itu.
"Nanti bunda akan jelaskan pada kalian berdua, sekarang bunda akan mengantar adik kalian dulu ke kamar ya?, kasian nanti tidurnya terganggu." Pintanya yang di angguki oleh kedua anaknya.
Nindira mengantar sang anak yang terlelap ke kamar, ia bangga sekaligus khawatir, anaknya tidak pernah menangis saat di rumah sakit, walau pun harus beberapa kali mendapat suntikan juga mendapatkan obat cair yang harus si bungsu minum.
Ia meletakkan perlahan tubuh sang anak di box bayi, membenarkan letak selimutnya lalu kembali kebawah.
Sesampainya di bawah, Nindira sudah di sambut oleh kedua anaknya yang duduk di sofa dengan anteng, ia perlahan menghampiri dan duduk menghadap kedua anaknya.
Nindira menghembuskan nafas perlahan, sebenarnya ia tidak siap memberitahukan kabar buruk ini, lagi lagi nafasnya begitu tercekat saat mengeluarkan sebuah suara.
"Adik kalian sakit...." ia menjeda ucapannya, ia tidak sanggup, air matanya kembali membendung.
"Untuk kedepannya, bunda harap kita semua bisa menjaga Lio lebih baik lagi."
"Adik sakit apa bunda?" Tanya si sulung.
"Jantung...." lirihnya
"Maafkan adik kalian yang telah sakit." Imbuhnya dengan suara bergetar.
Mendengar penjelasan sang bunda, Ethan sudah menangis, ia sudah mengerti apa itu sakit jantung, dan apa yang akan terjadi.
Sedangkan si sulung, ia berusaha menahan air mata miliknya, ia menghampiri sang bunda, menghapus air mata sang bunda dan memeluknya.
"Adik tidak melakukan kesalahan bunda, jangan menangis, mungkin tuhan meminta kita agar lebih menyayangi adik lebih dari sebelumnya, jadi bunda jangan bersedih, Daniel dan Ethan berjanji kedepannya kami akan selalu menjaga adik." Ucapnya.
Ia berusaha bersikap dewasa di usianya yang masih terbilang labil.
Gerald yang menyaksikan sedari awal tanpa sadar menitihkan air mata, tidak di sangka hadirnya si putra bungsu bisa berdampak sampai seperti ini di kehidupannya.
Dan untuk kedepannya ia harus lebih memperketat keamanan dan keselamatan si bungsu.
.
.
.
.Kini usia Lio telah menginjak dua puluh empat bulan, lebih tepatnya dua tahun , namun pertumbuhan anak itu sedikit berbeda dari anak seusianya bahkan Lio baru bisa berjalan satu bulan yang lalu, dan karena sakit yang di deritanya, pergerakannya di batasi oleh keluarga serta orang orang yang bekerja di mansion, jangankan berjalan jauh, baru beberapa langkah saja dirinya sudah di gendong oleh bunda atau pun yang lainnya.
Dan sekarang, Lio tengah berjemur di halaman mansion, bersama dengan sang bunda, suatu rutinitas pagi yang wajib ia lakukan, dan hari ini juga adalah jadwal check up bulanan yang akan di lakukan oleh Lio.
Lio tidak berlarikan kesana kemari seperti anak seusianya, ia hanya duduk manis sambil memegang dot susu yang tergenggam di tangan mungilnya, sesekali matanya melirik pada sesuatu yang ada di dekatnya, seperti beberapa kupu kupu yang terbang melewati dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE PERFECT(D.R) ✔️
Novela JuvenilKarya 2 Seorang pemuda yang rela menyerahkan seluruh masa remajanya hanya untuk kebahagian dan ego orang tuanya. Seseorang yang membuat kesalahan didunia ini tidak akan dicintai, sepertiku. Pov. Aku sudah banyak mengemis dalam hidupku. Semakin aku...