Sang fajar telah menampakkan sinarnya, netra kecil itu terbuka perlahan, cuaca yang sejuk membuat tubuhnya sedikit menggigil, apa lagi kemarin dirinya mengalami demam, sedangkan sang pengasuh masih memejamkan mata di samping ranjang Lio.
"Bibi..." panggilan kecil Lio membuat netra Bi Mina terbuka.
"Tuan muda sudah bangun!, lapar? Bibi masakkin sarapan ya buat tuan muda?" Ucapnya seraya mengecek suhu tubuh Lio, ia bernafas lega saat suhu tubuh Lio sudah kembali normal.
Lio mengangguk, tenggorokkannya terasa sakit sekarang akibat terlalu banyak menangis kemarin, baiklah mungkin ini memang sudah takdir untukku, batin Lio.
Ia akan bersikap seperti biasanya jika keluarganya datang berkunjung, tidak akan ada yang berubah saat keluarganya menemui dirinya, Lio jamin itu.
"Baiklah tuan muda, sekarang tuan muda cuci muka dulu ya!" Ajaknya sembari mengakat tubuh Lio menuju kamar mandi untuk membasuh muka.
Beberapa hari yang lalu, sebelum Bi Mina bertugas menjadi pengasuh Lio, ia secara khusus di beri arahan oleh Nindira, apa saja yang harus dan selalu ia lakukan untuk merawat Lio terlebih tentang pola makan Lio, anak itu bukan type pemilih pada makanan, namun tetap saja hidangan yang Lio makan harus lengkap sesuai standar kesehatan yang dokter anjurkan.
Sarapan di lakukan dengan tenang, bi Mina sedikit heran, padahal kemarin tuan mudanya itu menangis sampai demam, tetapi sekarang lihat, tuan mudanya itu begitu kalem menyantap sarapannya.
"Selesai makan kita minum obatnya ya tuan muda!" Pintanya, Lio hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sedikit pun suara.
Sambil menunggu Lio menyelesaikan sarapannya, bi Mira mengambil beberapa obat yang telah dokter resepkan untuk Lio.
Dirasa Lio telah menyelesaikan sarapannya, bi Mira menyuapi Lio dengan sirup obat yang telah di racik, Lio menerimanya tanpa menolak, ternyata benar kata sang Nyonya, tuan mudanya ini tidak akan pernah membuat dirinya kerepotan, namun dirinya sedikit heran, biasanya anak seusia Lio akan susah sekali di atur dan lebih menguras tenaga karena terlalu banyak tingkah.
Setelah sarapan dan minum obat, kini Lio berada di ruang keluarga, dirinya tengah mewarnai gambar yang ia dapat dari ruang bermain.
Lio bermain dengan tenang di dampingi oleh bi Mira yang berada di sampingnya. Sunyi, keadaan itulah yang tengah terjadi sekarang, padahal disana ada beberapa bodyguard yang berjaga serta bi Mira di sampingnya, tidak ada kata yang terlontarkan dari mulut kecil Lio, seakan bisu.
Pintu vila di buka perlahan, mengalihkan atensi Lio yang fokus mewarnai, matanya membolak sempurna, ia terkejut saat melihat kedua orang tuanya datang.
Hatinya senang, namun tidak dengan raut wajahnya yang kebingungan, otaknya mencerna, bukan kah orang tuanya telah meninggalkan dia di sini? Tapi apa sekarang? Orang tuanya kembali untuk dirinya.
Tubuh Lio seketika berada di dekapan Nindira, berulang kali Nindira mengecup wajah sang anak, saat perjalanan kesini tadi, hatinya sudah memupuk rindu yang membuncah.
Nindira mengusap surai Lio, ia bersyukur keadaan sang anak telah membaik, bahkan tadi malam Nindira tidak bisa tidur tenang akibat memikirkan kondisi sang anak.
"Bunda, Lio rindu!" Ucapnya. Jujur,Lio tidak tengah berbohong sekarang.
"Bunda juga rindu Lio!" Balas Nindira, ia kembali mendekap erat tubuh sang anak guna menyalurkan rasa rindunya. Padahal baru sehari ia berpisah dengan sang anak, namun ia sudah rindu berat.
Gerald menyaksikan interaksi manis itu di dekat mereka. Bersabarlah, ini pasti akan segera berakhir! Batinnya lalu melangkah untuk ikut bergabung melepas rindu.
Sebelum pergi ke sini, Gerald dan Nindira mencari cara agar mereka bisa berkunjung ke vila, mereka harus hati hati agar rencana mereka tidak di ketahui, mau bagaimana pun, pasti ada banyak mata mata yang mengintai mereka atas perintah Biron, apa lagi di dalam mansion mereka.
"Ada yang sakit?" Tanya Nindira khawatir, Lio tentu saja menggeleng, tidak mungkin kan ia akan bilang bahwa kepalanya masih terasa pusing.
"Baiklah, untuk hari ini, bunda dan ayah akan menemani Lio bermain sepuasnya." Ucapnya.
Mata Lio berbinar, namun dahinya sedikit mengernyit saat mendengar kata untuk hari ini, apa maksudnya itu? Namun Lio tidak akan ambil pusing, setidaknya keluarganya yang sekarang masih menyayanginya.
.
.
.
.Seharian ini Lio hanya bisa bermain di dalam ruangan saja, padahal dirinya ingin sekali bermain di luar, namun kedua orang tuanya kompak menolak, padahal ia sudah menunjukkan wajah memelas tapi tetap saja mereka menolak dengan alasan Lio baru sembuh, padahal sebenarnya Lio ingin sekali menghabiskan waktu dengan orang tuanya.
Terjadi perdebatan kecil di antara mereka bertiga, karena Lio yang tidak bisa di kasih pengertian oleh Nindira, padahal sebelumnya anak itu selalu menuruti segala ucapan dari sang bunda.
"Tidak, sekali bunda bilang tidak ya tidak Lio." Peringat Nindira.
"Sekarang waktunya kamu tidur, udah malam!" Titah Nindira tidak ingin di bantah.
Nindira mengendong Lio menuju kamar, bukannya Nindira tidak ingin anaknya bermain, tapi sekarang sudah pukul sembilan malam dan waktunya Lio untuk tidur, apalagi sang anak sudah bermain seharian, ia takut putranya itu akan kelelahan, di tambah penjelasan sang dokter yang melarang Lio agar tidak kelelahan, itu membuat Nindira semakin overprotektif pada Lio.
Seperti biasa, saat menidurkan sang anak, Nindira akan menepuk nepuk pelan perut Lio agar cepat terlelap.
Setelah lima belas menit mendampingi sang anak agar tertidur,Nindira bangkit dari sana setelah memastikan sang anak telah tertidur pulas, ia mencium pucuk kepala sang anak, lalu keluar dari sana menghampiri Gerald yang telah menunggu di garasi.
Sesuai kesepakatan yang telah mereka buat, mereka masing masing akan mengunjungi Lio selama dua hari sekali secara bergiliran, itu mereka lakukan agar si bungsu tidak merasa kesepian selama berada di sini.
"Ayo mas!" Ajak Nindira, ia tidak berani menoleh ke belakang menatap vila tempat anaknya tinggal, ia takut dirinya akan goyah dan tidak ingin meninggalkan sang anak sendiri.
Sedangkan Gerald, hanya bisa menunggu di dalam mobil saat sang istri menidurkan bungsu mereka, ia takut keputusannya akan berubah jika terus menatap wajah sang putra.
Mobil di hidupkan dan mobil yang mereka kendarai perlahan menghilang dari kawasan vila, sampai mereka tidak menyadari ada sosok yang memperhatikan mereka dari lantai dua.
Lio, ya sebenarnya anak itu hanya pura pura tertidur, saat Nindira bangkit dari sana dan keluar, Lio bangkit dari ranjangnya, ia berjalan menuju cendela kamar, ia memperhatikan mobil yang orang tuanya kendarai perlahan menghilang meninggalkan dirinya disini sendirian, lagi.
Lio tersenyum tipis, setidaknya orang tuanya rela meluangkan waktu untuknya hari ini, pikirnya.
Lio tidak bisa mengharapkan hal yang lebih, karena ia sudah faham akar permasalahannya sekarang, yaitu dirinya sendiri.
Aku tuh heran sendiri sama kalian, tiap Lio sengsara pasti votenya lebih banyak dari biasanya, kalian ada masalah apa sih? Suka banget lian Lio tersiksa.... 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE PERFECT(D.R) ✔️
Roman pour AdolescentsKarya 2 Seorang pemuda yang rela menyerahkan seluruh masa remajanya hanya untuk kebahagian dan ego orang tuanya. Seseorang yang membuat kesalahan didunia ini tidak akan dicintai, sepertiku. Pov. Aku sudah banyak mengemis dalam hidupku. Semakin aku...