TO BE 16

2.1K 232 4
                                    

Sebelumnya, sangking senangnya atas kalimat pertama sang anak, Nindira dengan tidak sabarnya menghubungi sang suami agar segera pulang, padahal saat itu ada meeting penting yang harus di lakukan, Gerald juga penasaran atas ucapan sang istri yang begitu antusias menceritakan si bungsu.

Nindira juga menyiapkan pesta perayaan kecil atas bicaranya sang anak, sungguh Nindira sampai tidak tau harus mengungkapkan dengan cara apa lagi, bahkan para maid dan bodyguard di berikan bonus yang lumayan olehnya.

Suara sepatu pantofel terdengar dari arah pintu mansion, itu Gerald yang berlari tidak sabar ingin bertemu dengan si bungsu, ia sudah menunggu moment ini begitu lama.

Ia memeluk sang istri.

"Dimana Lio?" Tanyanya pada sang istri.

"Dia masih tidur mas, mungkin Lio kelelahan." Jawabnya.

Lalu Nindira bercerita banyak hal yang terjadi di rumah sakit, sangking antusiasnya sang istri bercerita, Gerald hanya bisa tersenyum sembari menatap wajah sang istri.

Bahkan di saat ia memarahi sang dokter juga ia ceritakan, mungkin saja jika Nindira tidak membawa anaknya ke terapis, anaknya itu tidak akan mau bicara.

"Udah, mas mandi aja dulu, entar kalo Lio udah bangun, aku akan bawa Lio ke kamar." Putusnya.

Lagian Nindira mana mau anaknya di pegang oleh sang suami yang belum membersihkan badan, apa lagi si bungsu memiliki kulit yang sangat sensitif, dan itu berlaku untuk semua orang yang akan mendekati Lio.

Betapa beruntungnya Lio di kehidupannya yang sekarang, ia sangat di jaga bak permata, bahkan jika itu demi Lio mungkin mereka rela mengorbankan seluruh hal yang mereka miliki.

Dan sekarang sosok yang menjadi buah topik penghuni mansion telah membuka matanya, Lio bingung saat dia membuka mata sudah ada keluarganya yang menatap binar ke arahnya.

"Akhirnya bungsu kita bangun!" Ucap Gerald antusias sembari mengangkat Lio ke gendongannya.

"Hem!" Balas Lio dengan wajah bantalnya.

"Baiklah sekarang waktunya untuk makan malam." Ajaknya.

Mereka semua menuruni anak tangga menuju ruang makan dan memulai acara makan dengan hikmat, malam ini Lio sangat menikmati hidangan makan malamnya.

Nindira merasa puas menyaksikan sang anak yang sangat lahap menyantap makanannya, saat memasak tadi Nindira memilih memasakkan menu favorit sang anak.

Sebenarnya anaknya tidak pernah rewel pada makanan apa pun, namun, di setiap hidangan yang ia berikan ada salah satu menu yang akan di lahap habis oleh sang anak, yaitu sup ayam yang sudah di sesuaikan dengan lidah sang anak.

Mata kecil Lio berbinar saat melihat hidangan untuknya, dengan tidak sabarnya ia memegang sendok dan melahap makanan di depannya, bahkan wajahnya kini di tempeli beberapa nasi, itu membuat keluarganya di sana terkekeh.

Lio tidak memperhatikan hal sekitar, sekarang dirinya tengah fokus menyantap makanan favoritnya, namun, mendengar suara kekehan menggagalkan fokusnya. Matanya menatap bingung dan siap untuk menangis.

"Jangan..." ucapnya dengan bibir yang bergetar.

"E eh iya iya..., kami tidak marah Lio." Ucap Gerald.

Ia menahan gemas mendengar ucapan sang anak, ingin rasanya ia mencubit pipi sang anak, namun, melihat si bungsu yang siap menangis membuatnya mengurungkan niatnya.

Ethan yang berada di samping Daniel berbisik pelan.

"Kak, bungsu lucu banget..." bisiknya antusias.

"Hem, iya, tapi lihat wajahnya yang akan menangis!" Balasnya, yang di angguki oleh Ethan.

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang