TO BE 11

3K 231 8
                                    

Setelah tangisannya terhenti, Lio baru menyadari bahwa dirinya telah berubah menjadi seorang bayi, padahal Lio telah berharap, setelah kematiannya ia dapat pergi dengan tenang, tapi apa sekarang? Dirinya kembali menjadi bayi.

Namun Lio tidak menyesali keputusan yang tuhan lakukan untuknya, mungkin tuhan berbaik hati memberikan ia kehidupan untuk kedua kalinya.

Dalam fikiran kecilnya, ia berterima kasih di berikan kehidupan kedua oleh tuhan, tapi Lio juga takut kehidupan keduanya ini akan sama seperti kehidupan sebelumnya.

Apakah keluarganya yang sekarang akan melakukan hal yang sama seperti keluarganya yang dulu? Jika iya, mungkin lebih baik tuhan segera mengambil nyawanya kembali, karena sungguh, Lio takut untuk kembali melalui hari hari yang sangat melelahkan dalam hidupnya.

Tanpa Lio sadari, alam bawah sadarnya telah trauma dengan kata keluarga.

Tidak terasa, hari hari berlalu dengan cepat, dan sudah satu bulan lamanya Lio berada di ruangan inkubator, mengingat saat dokter berucap pada Gerald bahwa sang anak hanya akan berada di inkubator selama seminggu, namun ternyata salah.

Itu karena, Lio yang selalu menangis jika seorang perawat menyuntikkan cairan susu kedalam selang mulut miliknya, dan tangisan itu akan terhenti dua sampai tiga jam kemudian, dan itu berimbas pada berat badannya yang sulit untuk bertambah, dokter juga melakukan segala cara, bahkan sang dokter sampai melakukan pemeriksaan menyeluruh, takut jika ada suatu penyakit yang bersarang di tubuh ringkih Lio. Namun hasil pemeriksaan tidak menunjukkan ada yang aneh pada Lio.

Gerald dan Nindira yang mendengar kabar tersebut juga merasa cemas, sebenarnya apa yang terjadi pada putra mereka, bahkan Nindira meminta izin agar dirinya bisa menenangkan sang anak dengan menimang nimang agar tangisannya terhenti, tapi nihil, Lio akan berhenti menangis jika ia sudah lelah dan tertidur.

Namun sekarang, mereka dapat bernafas lega karena penantian mereka terwujud, yaitu membawa bayi kecil mereka pulang ke mansion.

Saat perjalanan pulang pun, di dalam mobil Lio tidak henti hentinya menangis, Nindira dan Gerald bergantian menggendong Lio berharap jika salah satu dari mereka dapat menghentikan tangisan putra kecil mereka.

'Tidak, lebih baik kalian bawa aku ke panti asuhan, jika tidak, kalian boleh membuangku'

'Aku takut'

Dalam tubuh kecilnya, ingatan kehidupan sebelumnya tidak pernah sekali pun terlepas dalam benaknya, ia takut, jika mereka akan berakhir membuang dirinya seperti sebelumnya.

Tanpa di sadari, rasa kantuk kembali menyerang dirinya, tangisan bayi kecil itu berhenti, tergantikan dengan wajah damai dari si kecil.

"Akhirnya tenang juga.." ucap Nindira di samping sang suami, karena sungguh ia tidak tega melihat wajah kecil anaknya berbalut air mata.

"Lio sangat berbeda dengan kedua kakaknya mas, ia jauh lebih sensitif." Tuturnya lembut.

"Kau benar, padahal kedua kakaknya tidak pernah menangis sampai seperti ini." Sangga Gerald.

"Hem, mungkin kedepannya kita harus ekstra menjaga Lio, dokter bahkan mengingatkan kita tentang kondisi Lio yang akan berbeda tidak seperti anak lain karena ia lahir prematur." Ucap Nindira yang lagi lagi di benarkan oleh Gerald.

.
.
.
.

Kini mereka telah tiba di pekarangan mansion, mereka di sambut oleh para bldyguard dan maid yang berjejer di sepanjang pintu masuk, dan di ujung pintu, mereka telah di sambut oleh keluarga yang sudah menunggu kedatangan si kecil.

Tidak banyak, di sana hanya ada kakak dari Gerald yang bernama Alger, sang istri Gina serta tiga anak dari kakaknya yang bernama Melden tujuh belas tahun, Vale lima belas tahun, dan Clara putri bungsu mereka yang berusia setahun lebih tua dari Lio, serta orang tua Gerald yang bernama Biron sang ayah dan Darla ibu, tidak lupa kedua anak Gerald dan Nindira.

Kakak dan orang tua Gerald segaja datang dari luar negeri hanya untuk menjumpai bungsu keluarga Reinhard, sedangkan kedua orang tua Nindira sudah berpulang satu tahun yang lalu sebelum Nindira mengandung Lio.

Ngomong ngomong soal kedua anak mereka Gerald dan Nindira, anak pertama bernama Daniel dan yang kedua Ethan, Daniel sudah menduduki kelas delapan, sedangkan Ethan menduduki kelas enam sekolah dasar.

Daniel dan Ethan menghampiri sang adik dengan semangat.

"Jangan terlalu berisik, adik kalian sangat sensitif." Peringat Gerald lembut, mereka berdua mengangguk paham, alhasil mereka hanya mampu memandang dari dekat tanpa ada niatan untuk menyetuh sang adik sedikit pun, mengingat penjelasan sang ayah saat di telpon tadi.

"Wahh, adik bayinya kecil, lucu." Ucap Ethan sedikit keras yang berhasil membuat sang adik tersentak dan membuka mata.

'Siapa?' Tanya Lio dalam hati, karena untuk sekarang ia tidak bisa bicara.

"Hallo adik, aku kakak keduamu Ethan." Ucapnya antusias sesaat setelah sang adik membuka mata.

"Seharusnya kau tidak terlalu ke... a ah hallo adik kecil aku kakak pertamamu Daniel" peringat Daniel pada sang adik, namun terhenti saat netranya bertatapan dengan netra sang adik kecilnya.

'Ah aku jadi merindukan kedua kakakku, terlebih lagi sekarang aku tidak bisa bertemu dengan mereka berdua.' Fikir Lio sesal.

Netra kecil itu kembali berembun ketika mengingat kedua kakaknya.

Nindira yang mengendong Lio kembali di buat takut, ia berharap anaknya tidak akan menangis kembali. Dan benar saja, anaknya itu tidak menangis dan hanya diam memperhatian kedua anaknya yang lebih tua darinya, itu membuat Nindira dapat bernafas lega.

'Aku sudah tau siapa nama kedua kakakku sekarang, sama seperti kedua kakakku di kehidupanku sebelumnya'

'Mungkin dengan nama mereka yang sama aku bisa sedikit mengobati rasa rinduku pada mereka'

'Namun aku sampai sekarang tidak mengetahui siapa nama orang tuaku dan namaku di kehidupanku kali ini.' Fikirnya.

"Nindira, lebih baik kau bawa Lio ke kamarnya untuk istirahat, dan kau Gerald, ikut ayah!" Ucap Biron.

JDEERR

Bagai di sambar petir di siang bolong, Lio terkejut, 'apa? Bagaimana bisa?'

Dalam batinnya Lio tersenyum kecut, jadi tuhan menghidupkannya kembali hanya untuk membuat dirinya tersiksa lagi dengan nama yang sama, apakah tuhan tidak puas menyiksanya di kehidupan sebelumnya, dosa apa yang telah ia perbuat sampai tuhan menyiksa ia sebegitu detailnya, Lio yakin pasti kehidupannya tidak ada bedanya dengan kehidupan sebelumnya, yaitu menjadi perbandingan kedua kakaknya serta menjadi sempurna di mata semua orang yang memandang.






Vote and coment juseyo😚🙏🏻

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang