BAB 2 : SEBUAH KABAR

56 19 7
                                    

Menjelang malam hari , Arin baru kembali kerumahnya setelah menemani dan berdiskusi banyak hal dengan Lena.
Suasana rumah sepi..suaminya satu minggu ini tidak pulang karena ada keperluan keluarga di kota asalnya .
Arin berjalan gontai dan menemukan seorang gadis remaja sedang asik menikmati makan mie kuah pedas.

Gadis itu adalah Zia ,sang putri.
Usianya baru genap 17 tahun .
Antara Arin dan Zia ,mereka seperti kakak dan adik.penampilan yang selalu kompak dengan style yang dibuat ber couple.
Arin tidak tampak seperti ibu nya.lebih ke seorang teman.
Bahkan Arin adalah teman curhat Zia dalam semua masalah.
Sering pergi makan bersama atau sekedar melepas lelah dan ber canda.
Bahkan tak jarang berpetualang bersama.

"Enak banget Zi ?

Zia menoleh dan tersenyum lebar.

"Mamah mau....super pedas mah,enak untuk meluruskan emosi "
Arin tertawa dengan gaya candaan anak gadisnya yang kocak.
"Emang siapa yang emosi hah?

Arin duduk di depan Zia dan meraih sendok.mencoba mie pedas buatan Zia.terlihat wajahnya merah karena memang rasanya sangat pedas.

"Buset....ini mie apa sop cabe.?
Arin meraih air dalam gelas milik Zia.Sekali tenggak langsung habis.

"Sop cabe anti galau mah."
Zia tertawa lebar.

Arin memukul pelan kepala Zia.
"Kampret luu "

Zia asik melanjutkan aksi makan mie nya meskipun dengan wajah yang sudah merah .
Arin sendiri pergi mandi.
Pikirannya masih berkutat pada masalah Lena yang sebenarnya serius.
Arin tahu bahwa Lena benar benar sudah di ambang kebangkrutan .

Air yang segar mengguyur tubuhnya.
Rumahtangganya sendiri seperti rasa buah bengkoang.hambar dan dingin.
Arin merasa perasaanya pada suaminya sudah berubah.
Bukan karena ada orang ketiga.Tapi lebih pada rasa lelah karena perbedaan pendapat dan Arin merasa dirinya enggan terus berdebat.

"Maaaahhh"

Teriak an suara anak keduanya terdengar lantang.
Elang , adek dari Zia terdengar memanggil nya.

"Mamah mandi dek "

"Yaudah "

Arin agak terburu buru menyelesaikan mandinya.lagipula air nya terlalu dingin.
Dia keluar kamar mandi dan melihat anak keduanya yang masih duduk di bangku kelas 3 smp itu sedang memegang gitar.

"Kenapa gitarmu "

Elang tersenyum lebar.anak keduanya ini sebenarnya sangat istimewa.meskipun dia nakal pada umumnya namun Elang punya jiwa sosial yang tinggi .
Selain itu , Elang juga punya kemampuan berbeda.
Dia sangat sensitif dengan hal hal berbau ghoib.
Hal yang paling Arin gasuka .
Arin selalu tidak percaya hal hal mistis meskipun ghoib itu ada.
Dan Elang selalu bicara hal hal mistis yang dia temui.

"Maaah....bagi dwt.beli senar gitar."

"Heuuhhh....emang kamu metik gitar apa ngamuk " keluh Arin.

"Petik lah mah....masa Elang banting "

Arin merogoh kantong tas nya dan mengambil uang .

"Nih....sisanya balikin.mamah lagi pailit usahanya."

Elang menerima uang dari Arin sambil melongo.
"Buset dah....kembali cuma empatribu diminta lagi.jajan buat Elang saja masih kurang "

RITUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang