Bab 1

3.1K 366 13
                                    

Bunyi alat medis yang tersambung antar tubuh seseorang yang berbaring di ranjang dengan mesin di samping ranjang, terdengar sangat nyaring. Ruang rawat insentif dihuni satu pasien yang sedang tidak sadarkan diri. Di sampingnya seorang perempuan cantik dengan rambut kecoklatan sebahu, berdiri sambil meremas jemari si pasien. Tidak ada percakapan di antara si pasien yang memejam dan pengunjungnya yang berdiri diam meskipun jari saling terkait. Entah untuk beberapa lama keadaan itu berlangsung sampai akhirnya perawat yang bertugas memberitahu kalau waktu berkunjung sudah habis.

Siera menghela napas panjang, menunduk untuk mengecup pipi si pasien dan bergumam lembut. Tidak peduli apakah gumamannya didengar atau tidak.

"Papa, aku pergi dulu. Banyak pekerjaan yang menunggu. Tapi, aku pastikan kalau keadaan akan aman selama ada aku. Papa harus bertahan dan kembali bugar seperti semula."

Nama si pasien adalah Verman Verco, seorang presiden direktur dari Dream Work Corporation atau disingkat DWC. Membawahi banyak anak perusahaan, Verman yang sehari-hari sangat sibuk akhirnya jatuh sakit dan tidak sadarkan diri. Siera adalah anak bungsu dari istri kedua. Selama beberapa tahun ini digembleng langsung oleh sang papa untuk menangani bisnis. Dari umur 18 tahun hingga sekarang saat usia sudah 26 tahun, Siera sudah banyak mengerti asam garam dunia bisnis. Dream Work Corporation bergerak di bidang export import.

Setelah mengucapkan kata perpisahan pada sang papa, Siera keluar dari ruang perawatan. Memberi detil perintah pada perawat serta penjaga yang mengawasi sang papa, agar tetap waspada apa pun yang terjadi.

"Miss, kita harus ke kantor sekarang." Asisten Siera, seorang perempuan berumur 35 tahun dengan rambut pendek, menjajari langkahnya. "Mereka sudah menunggu."

"Mereka itu siapa?" tanya Siera.

"Kedua kakak dan juga paman serta para eksekutif."

Siera menghentikan langkah, menatap asistennya dengan heran. "Tori, apakah hari ini ada sesuatu yang istimewa terjadi?"

Tori menggeleng. "Tidak ada, Miss."

"Kalau begitu kenapa mereka berkumpul dan memanggilku datang?"

"Saya kurang tahu, tapi bisa saya cari tahu kalau mau."

"Nggak usah. Kita ke sana sekarang dan lihat apa mau kakak-kakakku serta pamanku tercinta itu."

Selama papanya sakit, keadaan perusahaan cenderung tidak stabil. Banyak isu menyebar kalau semua itu dipengaruhi oleh situasi di mana sekarang puncak pimpinan dipegang oleh Siera. Orang-orang menganggap kalau Siera tidak cukup mampu menjadi Presdir dan layaknya diganti yang lain. Sayangnya tidak mudah menggoyahkan posisi gadis itu karena dari pihak sang papa ada banyak dukungan.

Tori sendiri yang menjadi sopir Siera, selain asisten juga merangkap sopir pribadi. Tori tidak masalah melakukan pekerjaannya karena gajinya pun setimpal. Tiba di lobi, ada banyak orang sudah menunggu. Mereka membungkuk ke arah Siera dan bergerak bersamaan menuju ruang pertemua. Di sana sudah banyak orang menunggu termasuk paman Siera, Titus dan juga dua kakak tiri yaitu Marco dan Monic.

Untuk sesaat Siera tertegun, karena orang-orang ini lebih suka berkumpul dan membahas tentang posisi perusahaan dari pada mengawasi keadaan sang papa. Padahal papanya adalah pimpinan utama yang sedang terbaring dalam kondisi sekarat.

"Untuk apa kita berkumpul di sini, kalau boleh tahu?" Siera bertanya tanpa basa-basi.

Marco berdehem, menunjuk dokumen bersampul hitam di atas meja. "Tentunya kamu tahu kalau salah satu syarat dari Papa untuk menjadi Presdir selain mampu bekerja juga sudah menikah."

Siera mengenyakkan diri di kursi paling ujung dan mengangguk. "Aku tahu, lalu kenapa?"

"Kamu masih single!" Yang berteriak adalah Moniq, kakak tiri kedua. "Itu jelas berbeda dengan amanat Papa!"

My Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang